Pak Ghazian.

Kalau memang itu berasal  dari premi .  yg bukan milik pemerintah dong.
premi deposito itu khusus diadakan supaya kalau ada bank yg kolaps.
diganti pakai uang itu.
kenerja bank tidak baik ---> preminya makin tinggi yg harus di bayar (dalam
soal ini saya nga tau
dibayar sama bank atau nasabah)
(kaya asuransi kebakaran gitu loh / asuransi  jiwa )


kalau pajak  memang milik pemerintah.

Lukman




2010/1/18 ghazian <ghazian.ja...@gmail.com>

>
>
>  Walaupun sumber dana LPS berasal dari premi, tapi yang punya LPS siapa?
> Pemerintahkan, sama saja dgn BUMN, kalau ada indikasi korupsi, masuk wilayah
> BPK atau KPK
>
>
>
> Semoga endingnya baik untuk semua dan tidak baik untuk RT, sayang RT belum
> nyanyi, kalau nyanyi habis dah BI (maksudnya penjabat BI yg dulu)
>
>
>
> *From:* obrolan-bandar@yahoogroups.com [mailto:
> obrolan-ban...@yahoogroups.com] *On Behalf Of *Hidden Source
> *Sent:* Monday, January 18, 2010 12:46 PM
>
> *To:* obrolan-bandar@yahoogroups.com
> *Subject:* Re: [ob] Inkongruensi Bangsa Ini
>
>
>
>
>
> saya setuju pak. Dr catatan menkeu, negara tidak ada dirugikan, karena dana
> talangan itu sudah dipersiapkan. LPS paling tau tentang hal ini. LPS
> menerangkan dana talangan saat itu tersedia Rp 11 T dan ini bersumber bukan
> dari APBN, melainkan dari premi perbankan. jadi, aslinya LPS ini dari bank,
> oleh bank, untuk bank juga. kalaupun ada melibatkan APBN, persentasenya
> sangat kecil sekali. Cuma mungkin kebijakannya yg dirasa kontroversial,
> sehingga memancing pro-con dari beberapa ahli. Apalagi  menyangkut kaedah2
> penetapan efek sistemik yg mencuat beberapa waktu belakangan ini. Cuma
> herannya, beberapa anggota pansus ngotot bahwa negara dirugikan. Mungkin ada
> beberapa keterangan yg masih belum dijelaskan seputar asal usul dana
> talangan ini. Ini menurut yg saya tau. Sehingga kalau cerita ini dibesar2kan
> hingga mengatakan Cina, Australia cemas dengan sistem perbankan Indonesia
> (gara2 kebijaksanaan seputar Century), ini pasti ada udang dibalik bakwan.
>
> Mohon koreksi dari para master di sini. Trims.
>
>
>  ------------------------------
>
> *From:* Jacob Oen <oenja...@yahoo.com>
> *To:* obrolan-bandar@yahoogroups.com
> *Sent:* Mon, January 18, 2010 12:02:23 PM
> *Subject:* Re: [ob] Inkongruensi Bangsa Ini
>
>
>
> Betul pak. Dana bail-out yang sebesar 6.7 T itu sangat mungkin bisa
> didapatkan kembali, berilah kesempatan bagi Mangement Bank Mutiara (Bank
> Century) untuk bekerja sampai beberapa tahun ke depan, apalagi Negara masih
> bisa meminta pertanggungan jawab dari pemilik lama Bank Century.
>
>
>
> Rakyat dan Bangsa ini memerlukan iklim politik yang kondusif dan sehat
> untuk bekerja dan memacu ketertinggalan kita dibandingkan dengan negara
> tetangga.
>
>
>
>
>  ------------------------------
>
> *From:* Abraham Sihombing <abrah...@limas. com>
> *To:* obrolan-bandar@ yahoogroups. com
> *Sent:* Mon, January 18, 2010 11:48:23 AM
> *Subject:* RE: [ob] Inkongruensi Bangsa Ini
>
>
>
> Satu lagi Pak Jacob…apakah benar bailout Bank Century yang mencapai Rp6,70
> triliun itu benar-benar merugikan negara?...kalau ada pihak yang menyatakan
> bahwa kebijakan itu merugikan negara, maka pihak tersebut harus bisa
> membuktikan kerugian negara tersebut…iya kan , pak?
>
>
>
> Salam,
>
> Abraham Sihombing
>
>
>  ------------------------------
>
> *From:* obrolan-bandar@ yahoogroups. com [mailto: obrolan-ban...@yahoogroups. 
> com ]
> *On Behalf Of *Jacob Oen
> *Sent:* Saturday, January 16, 2010 1:29 PM
> *To:* obrolan-bandar@ yahoogroups. com
> *Subject:* Re: [ob] Inkongruensi Bangsa Ini
>
>
>
>
>
> Menurut saya, sebuah kebijakan yang baik dan tepat sekali pun selalu saja
> memunculkan "pro-con" aspek. Yang terpenting bahwa kebijakan itu dibuat pada
> saat yang tepat, dengan pertimbangan matang, dan menempatkan kepentingan
> nasional sebagai yang utama.
>
>
>
> Kebijakan bail-out bank Century tidak saja memperhatikan masalah mikro
> tetapi juga mempertimbangkan *kestabilan makro yaitu system keuangan
> nasional dan perekonomian bangsa secara menyeluruh*. Dalam situasi yang
> sangat mendesak karena pengaruh Global crisis, jatuh-nya harga-harga saham
> dan melemahnya nilai mata uang, sebuah tindakan antisipatif, cepat dan
> berani merupakan suatu keharusan dan perlu diapresiasi. Jadi kebijakan
> bail-out Bank Century menurut saya adalah pilihan terbaik yang tersedia
> sehingga akhirnya perekonomian Indonesia  bisa kembali pulih bahkan bisa
> tumbuh lebih dari 4%. (sebuah percikan api bisa menghanguskan sebuah kota
> jika tidak dilakukan pemadaman selagi masih kecil kobaran apinya, ini sebuah
> ilustrasi betapa pentingnya langkah antisipatif itu).
>
>
>
> Pansus Bank Century seharusnya lebih memfokuskan diri pada analisa dan
> investigasi kemungkinan terjadinya *penyimpangan pada penggunaan dana
> bail-out itu* tetapi bukan pada kebijakannya.
>
>
>  ------------------------------
>
> *From:* Ferry <ferry.wachjudi@ gmail.com>
> *To:* obrolan-bandar@ yahoogroups. com
> *Sent:* Sat, January 16, 2010 10:39:42 AM
> *Subject:* Re: [ob] Inkongruensi Bangsa Ini
>
>
>
> Pak Oen,
>
> Saya masih ingat pada waktu krismon tahun 97-98, pada waktu itu menkeu
> orba dengan sangat yakinnya meyakinkan masyarakat bahwa fundamental
> ekonomi Indonesia sehat dan tidak akan terpengaruh krisis di Thailand.
> Makanya saya kemudian invest di salah satu saham yg sampai sekarang
> belum pernah mencapai harga tertingginya, karena terpengaruh ucapan dr
> menkeu tsb dan krismon tidak akan mampir di negara kita. Ternyata
> hasilnya seperti yg teman2 rasakan..... Indonesia paling terpengaruh dan
> dampaknya menjalar kemana-mana.
>
> Dan pada krisis global ini menkeu yg sekarang mencoba mengantisipasi
> dampak dr krisis global, dan ternyata diungkit-ungkit. Memang
> mengherankan nich wakil rakyat kita, apa harus menunggu terpengaruh,
> setelah itu baru bertindak???
>
> Jacob Oen wrote:
> >
> > Setelah beberapa hari tidak sempat mengikuti perkembangan bursa secara
> > saksama, memantau situasi politik tanah air dan membaca OB milis,
> > ternyata bahwa keadaannya tidak banyak berubah.
> >
> > Dunia Persahaman kita tetap penuh dengan intrik-intrik cerdas (baca
> > kotor?) oleh Pelaku besar Bursa .
> >
> > Carut marut perpolitikan kita terus menggelinding di mana yang menjadi
> > "center of attention-nya" adalah "PANSUS" BANK CENTURY yang semakin
> > hari nampak semakin jauh dari tujuan utama "pansus dibentuk". Jika
> > dibandingkan negara lain kita masih harus banyak belajar, sebagai
> > contoh pemerintah China merencanakan membangun lapangan udara di TIBET
> > dengan anggaran sekitar USD.350 Million, dengan tujuan
> > meningkatkan "standard of living" bangsa Tibet, tetapi di sini para
> > politikus kita masih saja berkutat dengan kepentingan politik mereka
> > tanpa dengan sungguh-sungguh memikir nasib bangsa ini ke depan dalam
> > era globalisasi, termasuk FTA yang akan segera dimasuki.
> >
> > Tetapi ada yang tetap menarik yaitu OB milis, yang mana mulai tampil
> > kembali "bintang2" OB milis masa lalu dan tetap aktif-nya para pakar
> > TA di OB milis....
> >
> > Ada pandangan bahwa /''Kita adalah apa yang kita baca"/ oleh karena
> > itu di bawah ini sebuah tulisan menarik di kolom "Opini" KOMPAS
> > Cetak hari ini yang patut dibaca dan direnungkan.
> >
> > Inkongruensi Bangsa Ini
> >
> > Sabtu, 16 Januari 2010 | 02:41 WIB
> >
> > *Limas Sutanto*
> >
> > Kalau kita tega (atau berani tegas) mengatakan bahwa bangsa Indonesia
> > sakit, pertanyaan mendasar yang niscaya dijawab adalah: apakah
> > penyakit bangsa ini?
> >
> > Hal itu terasa makin pantas dikemukakan karena akhir-akhir ini kian
> > terhayati betapa keindahan, citra yang baik, kesantunan, ketenangan,
> > dan ketertiban yang begitu tampak dan sengaja ditampakkan di permukaan
> > kehidupan bangsa ini terasa tidak memiliki landasan substansi yang
> > congruent (sejalan dan serasi) dengan semua penampilan hebat di
> > permukaan itu.
> >
> > Penampilan hebat para pemimpin, yang terkesan lebih bersih
> > dibandingkan dengan penguasa yang lampau, tidak kongruen dengan
> > kemewahan mobil dinas yang dijatahkan melalui prosedur yang ”bersih”,
> > dalam arti diwujudkan tanpa melanggar peraturan atau undang-undang apa
> > pun. Peraturan atau undang-undang disiasati dan dijadikan siasat untuk
> > melakukan sesuatu yang menguntungkan diri sendiri.
> >
> > Kemenangan gemilang dalam pemilihan umum begitu mengesankan dan pada
> > awalnya sangat membanggakan. Namun, George Junus Aditjondro dalam
> > bukunya, Membongkar Gurita Cikeas, dapat meredupkan kegemilangan,
> > kesan hebat, dan kebanggaan yang sebelumnya begitu mencuat. Bisa saja
> > orang mengatakan, benang-benang gagasan George Aditjondro tentang
> > jejaring korupsi itu ngawur atau bersifat memfitnah, tetapi jika
> > pikiran bening digunakan untuk membaca buku itu, dan reputasi serta
> > rekam jejak sang penulis buku dipertimbangkan, dapat dirasakan betapa
> > setidaknya sebagian kandungan buku George Aditjondro dapat dijadikan
> > masukan dan kritik bagi para penguasa untuk mawas diri.
> >
> > Namun, yang terlihat dalam kenyataan justru sikap defensif yang
> > intinya adalah aksi asal membela diri. Pidato dan bantahan
> > didengungkan, bahkan kegiatan membantah mencapai tingkat begitu
> > sengit. Salah satu pembantah cerdik memainkan strategi playing victim
> > dan mengadu ke polisi karena merasa dirinya dizalimi sang penulis,
> > bukan saja secara tertulis, tetapi juga secara fisik.
> >
> > *Memalukan*
> >
> > Panitia Khusus DPR tentang Hak Angket Bank Century yang sedang
> > berusaha memberikan penampilan mengesankan bagi rakyat di sana-sini
> > dibercaki beberapa serpihan peristiwa memalukan, seperti pertengkaran
> > antaranggota Pansus seputar ihwal yang sama sekali tidak penting jika
> > ditinjau pada perspektif penyelidikan kasus Bank Century. Dalam
> > pertengkaran terlontar kata-kata kasar, seperti ”bangsat”, dan
> > terluapkan emosi keras penuh amarah.
> >
> > Ini sungguh incongruent (berlawanan) dengan kesan santun, segalanya
> > serba terukur, tenang, baik, necis, dan tertib yang sela- ma ini
> > begitu diandalkan di permukaan. Tanya-jawab dalam sidang-sidang Pansus
> > pun mengguratkan kesan bahwa tokoh-tokoh yang tampil, apa pun
> > jabatannya, seperti apa pun reputasinya selama ini, ternyata suka
> > berkelit dengan kerap bilang ”tidak tahu” untuk membela dirinya
> > sendiri. Ini tentu incongruent dengan kewajiban mereka sebagai pejabat
> > berintegritas.
> >
> > /Mungkin penyakit bangsa ini adalah inkongruensi (incongruence) . Inti
> > inkongruensi adalah ketidakjujuran dan ketidaktulusan. Di balik
> > inkongruensi bersarang kepentingan diri sendiri. Manusia
> > mengejawantahkan inkongruensi karena dia mementingkan dirinya sendiri,
> > berbuat untuk dirinya sendiri, bukan berbuat untuk kepentingan orang
> > lain./ Memang tidak ada manusia yang dapat melarang seseorang untuk
> > bersikap inkongruen. Namun, di tengah masyarakat dan bangsa selalu ada
> > orang-orang tertentu yang dipilih oleh hamparan luas warga untuk
> > menjalankan suatu jabatan publik atau untuk jadi pemimpin. Orang-orang
> > tertentu itu disebut pejabat publik dan pemimpin. Tugas mereka adalah
> > melayani kepentingan orang-orang di luar diri mereka sendiri, bukan
> > melayani kepentingan diri sendiri. Mereka seyogianya kongruen dan
> > konsisten.
> >
> > Kini bangsa ini masih kurang memiliki pejabat publik dan pemimpin yang
> > kongruen. Mudah-mudahan para pejabat publik dan pemimpin itu mau
> > bermawas diri dan menjadi makin kongruen. Namun, sungguhkah bangsa ini
> > suka dengan pemimpin yang kongruen?
> >
> > /Anda mungkin masih ingat betapa Gus Dur adalah pemimpin yang selalu
> > menomorsatukan kepentingan orang-orang lain dan berani mengorbankan
> > kepentingan dirinya sendiri. Gus Dur adalah pemimpin yang kongruen.
> > Namun, Gus Dur tampil begitu saja dengan celana pendek dan baju
> > seadanya di teras Istana, melambaikan tangan buat hamparan rakyat di
> > hadapannya. Dan, apa yang terjadi kemudian? Orang-orang mengecam
> > perbuatan Gus Dur itu./
> >
> > Mungkin bangsa ini memang lebih suka pada inkongruensi yang dibungkus
> > penampilan bagus ketimbang kongruensi yang tidak terlalu peduli
> > penampilan di permukaan. Seluruh warga bangsa pun perlu mawas diri.
> >
> > /Limas Sutanto Psikiater Konsultan Psikoterapi; Wakil Presiden Asia
> > Pacific Association of Psychotherapists; Tinggal di Malang/
> >
> >
> >
> > ------------ --------- --------- --------- --------- --------- -
> > *From:* Joe Grunk <joe_gr...@yahoo. com <joe_grunk%40yahoo.com>>
> > *To:* obrolan-bandar@ yahoogroups. com<obrolan-bandar%40yahoogroups.com>
> > *Sent:* Sat, January 16, 2010 9:20:12 AM
> > *Subject:* Bls: [ob] Indices Support Resistance
> >
> >
> >
> > Welcome aboard bro..
> >
> > ------------ --------- --------- --------- --------- --------- -
> > *Dari:* Liem Hok Hwan <limh...@gmail. com>
> > *Kepada:* obrolan-bandar@ yahoogroups. com
> > *Terkirim:* Sab, 16 Januari, 2010 08:02:35
> > *Judul:* [ob] Indices Support Resistance
> >
> > Terlampir Sectoral Indices Support Resistance untuk senin 18 Januari
> 2010.
> >
> > Semoga bermanfaat.
> >
> > Happy Cuan and Merry Safe Trading
> >
> > Hok1
> > Facebook : Liem Hok Hwan
> >
> > Plaza Bapindo Citibank Tower , t.14
> > Jl. Jend. Sudirman Kav.54-55
> > Jakarta 12190
> > Telp. +6221.2557.1088 (Cust.Service)
> > Fax. +6221.2557.1089
> > Helpdesk. +6221.2557.1099
> > Email: cs-ketr...@kimeng. co.id <mailto:cs-ketr...@kimeng. 
> > co.id<cs-ketrade%40kimeng.co.id>
> >
> >
> >
> > ------------ --------- --------- ------
> >
> > + +
> > + + + + +
> > Mohon saat meREPLY posting, text dari posting lama dihapus
> > kecuali diperlukan agar CONTEXTnya jelas.
> > + + + + +
> > + +Yahoo! Groups Links
> >
> >
> > (Yahoo! ID required)
> >
> > obrolan-bandar- fullfeatured@ yahoogroups. com
> > <mailto:obrolan-bandar- fullfeatured@ yahoogroups. 
> > com<obrolan-bandar-fullfeatured%40yahoogroups.com>
> >
> >
> >
> >
> >
> > "
> > ------------ --------- --------- --------- --------- --------- -
> > Apakah saya bisa menurunkan berat badan?
> > Temukan jawabannya di Yahoo! Answers! "
> >
> >
>
>
>
>
>
>
>
>
>
> 
>



-- 
Lukman

Kirim email ke