Utk mengurangi kerugian2 negara - bisa diambil nantinya dr dana2 yg telah dilarikan ke LN oleh pemilik Bank
:) Kalo melihat2 ke belakang2 - yah susah jg krn si-kon yl pada waktu dihadapi saat itu (telah terjadi) bisa 'aja jauh berbeda apabila melihatnya dr saat ini > yg seingat saya begitu pak. ini saya dengar dari salah satu stasiun TV. > saya kurang tau apa istilahnya di perbankan. semacam iuran atau premi > gitulah. jd, tidak benar jika dana Rp6,7 T itu merugikan negara. Cuma yang > dikhawatirkan, apabila ada 1 kasus lagi seperti bank century, apakah dana > itu cukup? Itu saja pertimbangan dari KSSK waktu itu. Lebih dan kurang > saya mohon maaf. Soalny informasi seputar ini pun masih simpang siur. > > > > ________________________________ > From: "twoac...@gmail.com" <twoac...@gmail.com> > To: obrolan-bandar@yahoogroups.com > Sent: Mon, January 18, 2010 1:24:52 PM > Subject: Re: [ob] Inkongruensi Bangsa Ini > > > Maaf, apakah benar dana talangan tsb dr premi perbankan? > > Sent from my BlackBerry® by dtac. > ________________________________ > > From: Hidden Source <fauza...@yahoo. com> > Date: Sun, 17 Jan 2010 21:45:43 -0800 (PST) > To: <obrolan-bandar@ yahoogroups. com> > Subject: Re: [ob] Inkongruensi Bangsa Ini > > saya setuju pak. Dr catatan menkeu, negara tidak ada dirugikan, karena > dana talangan itu sudah dipersiapkan. LPS paling tau tentang hal ini. LPS > menerangkan dana talangan saat itu tersedia Rp 11 T dan ini bersumber > bukan dari APBN, melainkan dari premi perbankan. jadi, aslinya LPS ini > dari bank, oleh bank, untuk bank juga. kalaupun ada melibatkan APBN, > persentasenya sangat kecil sekali. Cuma mungkin kebijakannya yg dirasa > kontroversial, sehingga memancing pro-con dari beberapa ahli. Apalagi > menyangkut kaedah2 penetapan efek sistemik yg mencuat beberapa waktu > belakangan ini. Cuma herannya, beberapa anggota pansus ngotot bahwa negara > dirugikan. Mungkin ada beberapa keterangan yg masih belum dijelaskan > seputar asal usul dana talangan ini. Ini menurut yg saya tau. Sehingga > kalau cerita ini dibesar2kan hingga mengatakan Cina, Australia cemas > dengan sistem perbankan Indonesia (gara2 kebijaksanaan seputar Century), > ini pasti ada udang dibalik bakwan. > Mohon koreksi dari para master di sini. Trims. > > > > ________________________________ > From: Jacob Oen <oenja...@yahoo. com> > To: obrolan-bandar@ yahoogroups. com > Sent: Mon, January 18, 2010 12:02:23 PM > Subject: Re: [ob] Inkongruensi Bangsa Ini > > > Betul pak. Dana bail-out yang sebesar 6.7 T itu sangat mungkin bisa > didapatkan kembali, berilah kesempatan bagi Mangement Bank Mutiara (Bank > Century) untuk bekerja sampai beberapa tahun ke depan, apalagi Negara > masih bisa meminta pertanggungan jawab dari pemilik lama Bank Century. > > Rakyat dan Bangsa ini memerlukan iklim politik yang kondusif dan sehat > untuk bekerja dan memacu ketertinggalan kita dibandingkan dengan negara > tetangga. > > > > > ________________________________ > From: Abraham Sihombing <abrah...@limas. com> > To: obrolan-bandar@ yahoogroups. com > Sent: Mon, January 18, 2010 11:48:23 AM > Subject: RE: [ob] Inkongruensi Bangsa Ini > > > Satu lagi Pak Jacobâ¦apakah benar bailout Bank Century yang mencapai > Rp6,70 triliun itu benar-benar merugikan negara?...kalau ada pihak yang > menyatakan bahwa kebijakan itu merugikan negara, maka pihak tersebut harus > bisa membuktikan kerugian negara tersebutâ¦iya kan , pak? > > Salam, > Abraham Sihombing > > > ________________________________ > > From:obrolan-bandar@ yahoogroups. com [mailto: obrolan-bandar@ > yahoogroups. com ] On Behalf Of Jacob Oen > Sent: Saturday, January 16, 2010 1:29 PM > To: obrolan-bandar@ yahoogroups. com > Subject: Re: [ob] Inkongruensi Bangsa Ini > > > Menurut saya, sebuah kebijakan yang baik dan tepat sekali pun selalu saja > memunculkan "pro-con" aspek. Yang terpenting bahwa kebijakan itu dibuat > pada saat yang tepat, dengan pertimbangan matang, dan menempatkan > kepentingan nasional sebagai yang utama. > > Kebijakan bail-out bank Century tidak saja memperhatikan masalah mikro > tetapi juga mempertimbangkan kestabilan makro yaitu system keuangan > nasional dan perekonomian bangsa secara menyeluruh. Dalam situasi yang > sangat mendesak karena pengaruh Global crisis, jatuh-nya harga-harga saham > dan melemahnya nilai mata uang, sebuah tindakan antisipatif, cepat dan > berani merupakan suatu keharusan dan perlu diapresiasi. Jadi kebijakan > bail-out Bank Century menurut saya adalah pilihan terbaik yang tersedia > sehingga akhirnya perekonomian Indonesia bisa kembali pulih bahkan bisa > tumbuh lebih dari 4%. (sebuah percikan api bisa menghanguskan sebuah kota > jika tidak dilakukan pemadaman selagi masih kecil kobaran apinya, ini > sebuah ilustrasi betapa pentingnya langkah antisipatif itu). > > Pansus Bank Century seharusnya lebih memfokuskan diri pada analisa dan > investigasi kemungkinan terjadinya penyimpangan pada penggunaan dana > bail-out itu tetapi bukan pada kebijakannya. > > > ________________________________ > > From:Ferry <ferry.wachjudi@ gmail.com> > To: obrolan-bandar@ yahoogroups. com > Sent: Sat, January 16, 2010 10:39:42 AM > Subject: Re: [ob] Inkongruensi Bangsa Ini > > > Pak Oen, > > Saya masih ingat pada waktu krismon tahun 97-98, pada waktu itu menkeu > orba dengan sangat yakinnya meyakinkan masyarakat bahwa fundamental > ekonomi Indonesia sehat dan tidak akan terpengaruh krisis di Thailand. > Makanya saya kemudian invest di salah satu saham yg sampai sekarang > belum pernah mencapai harga tertingginya, karena terpengaruh ucapan dr > menkeu tsb dan krismon tidak akan mampir di negara kita. Ternyata > hasilnya seperti yg teman2 rasakan..... Indonesia paling terpengaruh dan > dampaknya menjalar kemana-mana. > > Dan pada krisis global ini menkeu yg sekarang mencoba mengantisipasi > dampak dr krisis global, dan ternyata diungkit-ungkit. Memang > mengherankan nich wakil rakyat kita, apa harus menunggu terpengaruh, > setelah itu baru bertindak??? > > Jacob Oen wrote: >> >> Setelah beberapa hari tidak sempat mengikuti perkembangan bursa secara >> saksama, memantau situasi politik tanah air dan membaca OB milis, >> ternyata bahwa keadaannya tidak banyak berubah. >> >> Dunia Persahaman kita tetap penuh dengan intrik-intrik cerdas (baca >> kotor?) oleh Pelaku besar Bursa . >> >> Carut marut perpolitikan kita terus menggelinding di mana yang menjadi >> "center of attention-nya" adalah "PANSUS" BANK CENTURY yang semakin >> hari nampak semakin jauh dari tujuan utama "pansus dibentuk". Jika >> dibandingkan negara lain kita masih harus banyak belajar, sebagai >> contoh pemerintah China merencanakan membangun lapangan udara di TIBET >> dengan anggaran sekitar USD.350 Million, dengan tujuan >> meningkatkan "standard of living" bangsa Tibet, tetapi di sini para >> politikus kita masih saja berkutat dengan kepentingan politik mereka >> tanpa dengan sungguh-sungguh memikir nasib bangsa ini ke depan dalam >> era globalisasi, termasuk FTA yang akan segera dimasuki. >> >> Tetapi ada yang tetap menarik yaitu OB milis, yang mana mulai tampil >> kembali "bintang2" OB milis masa lalu dan tetap aktif-nya para pakar >> TA di OB milis.... >> >> Ada pandangan bahwa /''Kita adalah apa yang kita baca"/ oleh karena >> itu di bawah ini sebuah tulisan menarik di kolom "Opini" KOMPAS >> Cetak hari ini yang patut dibaca dan direnungkan. >> >> Inkongruensi Bangsa Ini >> >> Sabtu, 16 Januari 2010 | 02:41 WIB >> >> *Limas Sutanto* >> >> Kalau kita tega (atau berani tegas) mengatakan bahwa bangsa Indonesia >> sakit, pertanyaan mendasar yang niscaya dijawab adalah: apakah >> penyakit bangsa ini? >> >> Hal itu terasa makin pantas dikemukakan karena akhir-akhir ini kian >> terhayati betapa keindahan, citra yang baik, kesantunan, ketenangan, >> dan ketertiban yang begitu tampak dan sengaja ditampakkan di permukaan >> kehidupan bangsa ini terasa tidak memiliki landasan substansi yang >> congruent (sejalan dan serasi) dengan semua penampilan hebat di >> permukaan itu. >> >> Penampilan hebat para pemimpin, yang terkesan lebih bersih >> dibandingkan dengan penguasa yang lampau, tidak kongruen dengan >> kemewahan mobil dinas yang dijatahkan melalui prosedur yang >> âbersihâ, >> dalam arti diwujudkan tanpa melanggar peraturan atau undang-undang apa >> pun. Peraturan atau undang-undang disiasati dan dijadikan siasat untuk >> melakukan sesuatu yang menguntungkan diri sendiri. >> >> Kemenangan gemilang dalam pemilihan umum begitu mengesankan dan pada >> awalnya sangat membanggakan. Namun, George Junus Aditjondro dalam >> bukunya, Membongkar Gurita Cikeas, dapat meredupkan kegemilangan, >> kesan hebat, dan kebanggaan yang sebelumnya begitu mencuat. Bisa saja >> orang mengatakan, benang-benang gagasan George Aditjondro tentang >> jejaring korupsi itu ngawur atau bersifat memfitnah, tetapi jika >> pikiran bening digunakan untuk membaca buku itu, dan reputasi serta >> rekam jejak sang penulis buku dipertimbangkan, dapat dirasakan betapa >> setidaknya sebagian kandungan buku George Aditjondro dapat dijadikan >> masukan dan kritik bagi para penguasa untuk mawas diri. >> >> Namun, yang terlihat dalam kenyataan justru sikap defensif yang >> intinya adalah aksi asal membela diri. Pidato dan bantahan >> didengungkan, bahkan kegiatan membantah mencapai tingkat begitu >> sengit. Salah satu pembantah cerdik memainkan strategi playing victim >> dan mengadu ke polisi karena merasa dirinya dizalimi sang penulis, >> bukan saja secara tertulis, tetapi juga secara fisik. >> >> *Memalukan* >> >> Panitia Khusus DPR tentang Hak Angket Bank Century yang sedang >> berusaha memberikan penampilan mengesankan bagi rakyat di sana-sini >> dibercaki beberapa serpihan peristiwa memalukan, seperti pertengkaran >> antaranggota Pansus seputar ihwal yang sama sekali tidak penting jika >> ditinjau pada perspektif penyelidikan kasus Bank Century. Dalam >> pertengkaran terlontar kata-kata kasar, seperti âbangsatâ, dan >> terluapkan emosi keras penuh amarah. >> >> Ini sungguh incongruent (berlawanan) dengan kesan santun, segalanya >> serba terukur, tenang, baik, necis, dan tertib yang sela- ma ini >> begitu diandalkan di permukaan. Tanya-jawab dalam sidang-sidang Pansus >> pun mengguratkan kesan bahwa tokoh-tokoh yang tampil, apa pun >> jabatannya, seperti apa pun reputasinya selama ini, ternyata suka >> berkelit dengan kerap bilang âtidak tahuâ untuk membela dirinya >> sendiri. Ini tentu incongruent dengan kewajiban mereka sebagai pejabat >> berintegritas. >> >> /Mungkin penyakit bangsa ini adalah inkongruensi (incongruence) . Inti >> inkongruensi adalah ketidakjujuran dan ketidaktulusan. Di balik >> inkongruensi bersarang kepentingan diri sendiri. Manusia >> mengejawantahkan inkongruensi karena dia mementingkan dirinya sendiri, >> berbuat untuk dirinya sendiri, bukan berbuat untuk kepentingan orang >> lain./ Memang tidak ada manusia yang dapat melarang seseorang untuk >> bersikap inkongruen. Namun, di tengah masyarakat dan bangsa selalu ada >> orang-orang tertentu yang dipilih oleh hamparan luas warga untuk >> menjalankan suatu jabatan publik atau untuk jadi pemimpin. Orang-orang >> tertentu itu disebut pejabat publik dan pemimpin. Tugas mereka adalah >> melayani kepentingan orang-orang di luar diri mereka sendiri, bukan >> melayani kepentingan diri sendiri. Mereka seyogianya kongruen dan >> konsisten. >> >> Kini bangsa ini masih kurang memiliki pejabat publik dan pemimpin yang >> kongruen. Mudah-mudahan para pejabat publik dan pemimpin itu mau >> bermawas diri dan menjadi makin kongruen. Namun, sungguhkah bangsa ini >> suka dengan pemimpin yang kongruen? >> >> /Anda mungkin masih ingat betapa Gus Dur adalah pemimpin yang selalu >> menomorsatukan kepentingan orang-orang lain dan berani mengorbankan >> kepentingan dirinya sendiri. Gus Dur adalah pemimpin yang kongruen. >> Namun, Gus Dur tampil begitu saja dengan celana pendek dan baju >> seadanya di teras Istana, melambaikan tangan buat hamparan rakyat di >> hadapannya. Dan, apa yang terjadi kemudian? Orang-orang mengecam >> perbuatan Gus Dur itu./ >> >> Mungkin bangsa ini memang lebih suka pada inkongruensi yang dibungkus >> penampilan bagus ketimbang kongruensi yang tidak terlalu peduli >> penampilan di permukaan. Seluruh warga bangsa pun perlu mawas diri. >> >> /Limas Sutanto Psikiater Konsultan Psikoterapi; Wakil Presiden Asia >> Pacific Association of Psychotherapists; Tinggal di Malang/ >> >> >> >> ------------ --------- --------- --------- --------- --------- - >> *From:* Joe Grunk <joe_gr...@yahoo. com> >> *To:* obrolan-bandar@ yahoogroups. com >> *Sent:* Sat, January 16, 2010 9:20:12 AM >> *Subject:* Bls: [ob] Indices Support Resistance >> >> >> >> Welcome aboard bro.. >> >> ------------ --------- --------- --------- --------- --------- - >> *Dari:* Liem Hok Hwan <limh...@gmail. com> >> *Kepada:* obrolan-bandar@ yahoogroups. com >> *Terkirim:* Sab, 16 Januari, 2010 08:02:35 >> *Judul:* [ob] Indices Support Resistance >> >> Terlampir Sectoral Indices Support Resistance untuk senin 18 Januari >> 2010. >> >> Semoga bermanfaat. >> >> Happy Cuan and Merry Safe Trading >> >> Hok1 >> Facebook : Liem Hok Hwan >> >> Plaza Bapindo Citibank Tower , t.14 >> Jl. Jend. Sudirman Kav.54-55 >> Jakarta 12190 >> Telp. +6221.2557.1088 (Cust.Service) >> Fax. +6221.2557.1089 >> Helpdesk. +6221.2557.1099 >> Email: cs-ketr...@kimeng. co.id <mailto:cs-ketr...@kimeng. co.id> >> >> >> ------------ --------- --------- ------ >> >> + + >> + + + + + >> Mohon saat meREPLY posting, text dari posting lama dihapus >> kecuali diperlukan agar CONTEXTnya jelas. >> + + + + + >> + +Yahoo! Groups Links >> >> >> (Yahoo! ID required) >> >> obrolan-bandar- fullfeatured@ yahoogroups. com >> <mailto:obrolan-bandar- fullfeatured@ yahoogroups. com> >> >> >> >> >> " >> ------------ --------- --------- --------- --------- --------- - >> Apakah saya bisa menurunkan berat badan? >> Temukan jawabannya di Yahoo! Answers! " >> >> > > > > > > >