Dear all, Dr asing masuk tdk bisa dicegah. Asal ybs juga lulus ujian kompetensi yg diterapkan di negara ini. Jadi harus ada regulasi, yg mengatur ini. Tentang maldistribusi ini memang masalah klasik dimana2, ini hal yg alamiah. Sebagian besar manusia pasti ingin hidup enak. Tdk ada yg bercita2 utk hidup susah. Bekerja di daerah terpencil di asosiasikan hidup susah, tdk hanya utk diri sendiri ttp juga utk masa depan anak2nya.
Pemerintah bisa mengatur bila memang ada keberihakkan, peduli. Ini bukan soal dokternya yg tdk mau tp ini soal berbangsa, yg namanya RI. Seharusnya IDI bisa memberikan kontribusinya dalam hal ini utk mendsak pemerintah. Kembali ke presidennya, nyampe ke sana nggak mikirnya, jangan2 gaj kepikir karena urusan nya banyak.... Sent from my iPhone On 18 Jul 2013, at 07:09, Kartono Mohamad <mohnuh2...@yahoo.com> wrote: > > Dokter Billy, > Ikut nimbrung. Tidak hanya dokter lulusan LN yang maunya praktik di kota > besar. Banyak juga dokter lulusan DN yang bersikap demikian. Kalaupun mau > ikut PTT, mereka lebih senang di daerah yang wajib kerjanya hanya 6 bulan > atau setahun. Supaya bisa segera kembali ke kota besar. Kerja yang hanya 6 > bulan atau setahun tentu tidak banyak dampaknya bagi kesehatan masyrakat > sekitarnya,. > Kalau kerja setahun, tiga bulan pertama "orientasi medan" dan tiga bulan > terakhir bersiap-siap untuk mencari tempat di kota besar (spesialisasi). > Praktis hanya 6 bulan ia kerja efektif. Sudah pasti yang diutamakan kerja > kuratif. > Soal ada dokter lulusan LN yang diam-diam saja masuk, itu soal sistem, soal > kebijakan, soal aturan, dan soal pengawasan. > Di negeri ini masalah kesehatan nyaris tidak punya sistem yang jelas. Sangat > liberal. > KM > > > Sent from Yahoo! Mail for Windows 8 > From: Billy N. bi...@mediator.web.id> > Sent: Thu, Jul 18, 2013 at 6:23 AM > To: desentralisasi-kesehatan@yahoogroups.com> > Subject: [des-kes] Re: Indonesia Alami Maldistribusi Dokter > > halo rekan-rekan > Isu dokter asing atau lulusan LN nggak ada kaitan dengan pemecahan masalah > maldistribusi dokter. Malah kalau syarat dokter asing atau lulusan LN dibuat > mudah maka maldistribusi makin parah karena mereka hampir semuanya hanya mau > praktik di kota besar yang menjanjikan fasilitas uang lebih besar. Sekarang > saja terlarang banyak yang mencuri-curi sampai dicurigai praktik di beberapa > hotel dekat bandara (agar mudah kabur ketika dapat masalah). > Kalau memang bagus, nggak takut pada ujian. Karena dari hasil ujian terlihat > bagusnya. Jadi kalau dokter asing atau lulusan LN merasa diri bagus ada > sebagian yang merasa lebih hebat/pintar dari lulusan lokal, nggak perlu takut > diuji. Jangan terjadi merasa bisa menyelesaikan suatu tantangan/ujian tapi > dengan cara menghilangkan ujiannya. > Maldistribusi terjadi karena pembangunan yang nggak merata, bukan karena > masalah kurangnya dokter untuk situasi di Indonesia. Dokter tetap bertahan di > kota besar walau penghasilan lebih kecil atau pasien sedikit karena sulit > meninggalkan kenyamanan hidup di kota. Ini kenyataan. > Beberapa waktu lalu ikatan alumni almamater saya dapat permintaan dari > seorang kadinkes untuk mencarikan dokter yang mau ditempatkan di puskesmas > yang jaraknya hanya 60km dari ibukota negara. Kenapa? Karena akses jalan ke > sana sangat buruk. Perbaiki kondisi jalannya, dokter akan dengan senang hati > ditugaskan di sana. > salam > Billy > > >