baca postingan ini jadi rindu pulang ke brastagi, ya memang inilah hasil dari 
sistem yg amburadul, adanya kartel harga yg dimainkan oleh mafia harga di 
sentra2 pertanian membuat petani tak bisa punya pilihan, bukan tidak bisa 
diubah tapi kita mempunyai sistem dan orang2 yg tidak amanah dan profesional di 
bidangnya.

disinilah perlunya kesadaran umum bahwa sistem yg diterapkan di negeri ini jauh 
dari rahmat Allah SWT krn krisis demi krisis tak ada kesudahannya.

sekedar usul : kita buat petisi tertulis ke pemerintah atas nama semua anggota 
milist agromania agar pemerintah serius dan jangan takut dgn mafia harga yg 
dikendalikan oleh manusia2 bejat dan juga tekanan asing.

kita harus berani melawan arus yg memang nyata2 tidak bisa membuat rakyat 
sejahtera, bagaimana yg lain???

agronursery <[EMAIL PROTECTED]> wrote:                             Saay 
terharu, sedih dan marah membaca psotingan ini. Bukannya marah 
 kepada si penulis tapi lebih kepada keadaan yg terjadi sekarang. 
 Benar yg anda katakan Pak Mugi sekarang keadaan benar benar 
 amburadul. Begitu petani kita mau panen padi dan gula langsung deh 
 para pejabat melakukan import gula dan beras. Apa petani gak babak 
 belur?
 Seharusnya pada saat ini para petani bisa bernafas lega karena harga 
 mulai naik, tapi entah kenapa nasib petani tetap terpuruk. 
 DI tanah Karo para petani mulai membunuh tanaman jeruk mereka karena 
 harga yg tidak menentu sementara harga pupuk naik luar biasa dan 
 langka lagi. Kalau mahal sih masih bisa dimengerti, yg gak enaknya 
 pupuk pun bisa langka karena diseludupkan atau malah di timbun agar 
 harga menlambung. Dan yg lebih parahnya lagi malah pupuknya ada yg 
 palsu. Mau bagaimana lagi para petani jeruk. Harga pernah mencapai 
 Rp. 700/kg, bagaimana mau untung? Dan sebagian sudah mulai di bunuh 
 dan diganti dengan coklat dan tanaman lainnya.
 Ketua asosiasi petani karo seorang pria sampai harus melakukan 
 protes ke kantor pengadilan dengan memakai pakaian penagntin wanita 
 karo. Bayangkan, seorang pria melakukan protes dgn memakai pakaian 
 penagntin wanita!. Ini semua terjadi karena beliau hampir putus asa 
 menghadapi mafia pupuk di tanah karo. Dulu dia juga pernah melakukan 
 protes dengan membawa keranda peti mati ke kegedung pengadilan di 
 kabanjahe , karo. Dia protes karena pupuk palsu waktu itu sgt meraja 
 lela. Sampai sampai dia menyalami seorang jaksa dan berkata, selamat 
 pindah ke daerah baru dan bikin kacau ditempat baru. Sang jaksa 
 hanya mesem mesem saja. 
 Kemarin saya melihat acar TV di Metro Tv yg mengatakan bahwa Brazil 
 sudah mulai memproduksi Bio ethanol dari rumput. Jadi tidak 
 membahayakan pangan manusia dan mereka mengekspor nya ke Amerika. 
 Amerika terpaksa menaikkan pajak Bea masuk sebesar 100 % untuk 
 melindungi produksi nasional Bioethanol mereka karena Bioethanol 
 mereka terbuat dari kacang kedelai yg otomatis lebih mahal. Kapan 
 kita bisa menciptakan Bioethanol dari rumput? Para ahli kita saya 
 rasa sanggup membuat mesinnya. 
 Sayangnya sampai sekarang masalah bioethanol masih belum mendapat 
 dukungan penuh pemerintah, pemerintah masih ragu untuk menentukan 
 pilihan. Atau mereka masih sibuk mengurus pemilu ygs semakind dekat?
 Kalau pemerintah memang mendukung proyek bioethanol, seharusnya 
 mereka menciptakan bibit unggul untuk jarak pagar, berikan secara 
 gratis dan dirikan pabrik Bioethanol agar hasil dari petani ada yg 
 menampung. Berikan intensif pajak buat produsen sehingga harga lebih 
 bersaing. Juga adakan penelitian seperti di brazil sehingga kita 
 bisa membuat bioethanol dari rumput.
 Melihat semua ini rasanya ingin saja aku mencalon kan diri dalam 
 PILPRES mendatang. Ada yg mau mendukung aku? He he he he ..........
 
 Wassalam,
 
 Rudy Surbakti
 Medan
 ( Calon Presiden dari jalur INDEPENDEN di Republik Mimpi Siang 
 Bolong  )
 
 --- In agromania@yahoogroups.com, Mugiono Mugiono <[EMAIL PROTECTED]> 
 wrote:
 >
 > Moderator dan rekan agromania Yth,
 >    
 >   Pada akhir-akhir ini bangsa kita telah disibukan dengan adanya 
 bencana dimana-mana dan masalah pangan yang seakan menjadi topik 
 yang tiada henti. Sawah ladang dihantam bencana, tidak panen, ada 
 yang panen harganya jatuh. Harga gabah bahkan ada yang mencapai 
 hanya Rp 1.600,00/kg kering panen. Kedelai hingga kini harganya 
 terus merambat naik. Ironissnya harga beras dipasar internasional 
 mencapai $708.00 (kompas hal. depan berita hari ini). Harga beras 
 dipasar-pasar kota kabupaten diJawa juga telah turun. Petani 
 disebagian tempat tidak berani menjual gabahnya, akan tetapi bagi 
 mereka dihimpit oleh kebutuhan mendesak tiada pilihan lain kecuali 
 menjual hasil panennya walaupun harganya rendah. Yang menyedihkan 
 beberapa depo logistik (bulog) belum bertindak alias masih menunggu 
 bola( kalau tidak mau dikatakan masih main mata dengan tengkulak).
 >    
 >   Keadaan yang demikian selalu terjadi dan akan terjadi terus. 
 Tidakkah kita sebagai bangsa akan selalu egois, tidak berani bersatu 
 atau tidak bisa bersatu dan membiarkan bangsa ini menjadi obyek 
 pasar bangsa-bangsa lain dengan pujian : "Wah pasar Indonesia 
 menjajikan atau potensial" Tidakkah kita perlu mulai menggalang 
 kelompok-kelompok kecil dan dilink-kan untuk menjadi besar dan 
 syukur bisa ddijadikan jaringan. Tidakkah kita ingat bahwa 
 nenekmoyang kita mewariskan budaya musyawarah yang sekarang mulai 
 didtinggalkan dengan rasa egoitis dan memilih banyak voting yang 
 serasa menjadi sangat liberal dan menjadikan sebagaian dari kita 
 menjadi anarkis. 
 >   Rekan Agromania yang tercinta, kata-kata tersebut diatas memang 
 merupakan sebuah emosional saya sebagai bangsa, sebagai rakyat yang 
 terkadang bingung dengan keadaan kita, keadaan Negara ini. Saya yang 
 tidak kurang 10 tahun terakhir ikut blusukan(keluar-masuk) didesa-
 desa dikalangan petani atau masyarakat yang termaginalkan terkadang 
 merasa heran ternyata banyak sebagian dari bangsa ini yang masih 
 hanya memikirkan dirinya sendiri, termasuk para pemimpin dan kader 
 partay yang katanya ingin memperjuangkan negara. Isu-isu semacam 
 jatuhnya harga beras(gabah), melonjaknya harga kedelai masih 
 ditangani secara seporadis dan masih menjadi komoditas politik 
 belaka. Makin banyak isu dimasyarakat seakan menjadikan partay 
 mempunyai ajang empuk untuk membuat aksi. Sangat reaktif dan tidak 
 kreatif.
 >    
 >   Rekan Agromania, bila kita membuat kelompok-kelompok dengan 
 sadar dan dengan yakin kita juga membangun sebuah budaya 
 beragrobisniss yang membumi, kita akan menjadi bangsa yang 
 Kertoraharjo hidup dinegeri yang Gemah Ripah Loh Jinawi. Sekarang 
 kita lagi hidup kekurangan dinegeri yang subur loh jinawi, kurang 
 bermartabat, sering dipermainkan oleh negeri-negeri kecil yang tidak 
 punya sumber daya apapun. Kita ibarat gajah yang dimainkan oleh 
 semut. Gajah yang bingun karena semut yang telah merubung kepalanya.
 >   Harga beras internasional yang tinggi seharusnya membuat para 
 pengambil keputusan kita langsung mengambil sikap yang strategis 
 untuk mencari keuntungan ekonomis bagi bangsanya, bagi negaranya, 
 bagi rakyatnya. Tapi apa yang terjadi dilapangan merka masih lirik-
 lirikan dengan para tengkulak untuk menjatuhkan rakyatnya(petani) 
 supaya tetap mau menjual gabahnya, jagungnya dengan harga yang 
 murah. 
 >    
 >   Dimasa minyak/energi semakin mahal harganya, terjadi 
 diversifikasi energi. Baik dengan bioethanol ataupun biosolar. 
 Peluang besar didepan mata kita. Didepan bangsa kita. Tapi kenapa 
 prktek-praktek penjajahan justru masih diterapkan. Petani suruh 
 nanam komoditass tertentu yang hasilnya harus dijual kepada mereka. 
 DIberitahu(ditakuti) hasil komoditas itu hnya bisa dibuat .... tidak 
 bisa dimakan. Contohnya Singkong. Bibitnya diberi, tapi tidak 
 gratis. Pupuk diberi tapi juga tidak gratis. Sama dengan IMF atau 
 BANK DUNIA yang katanya membantu tapi tetap mengembalikan dengan 
 bunga.  Sekarang petani mau nanam jagung, padi, kedelai dan sekarang 
 singkong harus tergantung dengan pabrik(perusahaan). Dalam satu 
 periode tertentu tanaman itu disertai dengan jenis petisida 
 tertentu, bila sudah ganti maka akan disertai jenis petisida yang 
 baru pula. Apakah kita tidak merasa pertanian kita telah dijajah. 
 Pasar kita sudah hancur, jenis komoditi(varietas) kita sudah 
 didekte, tanah kita
 >  sudah mati, lingkungan sudah rusak(terkontaminasi), sebentar lagi 
 umur (harapan hidup)kita menjadi makin pendek, dan generasi kita 
 akan menjadi semakin bodoh.
 >    
 >   Budaya kita katanya Adiluhung. Kita selalu mendapat pujian itu. 
 Kita merasa bangga sekali.   Tapi sadarkah kita bagaimana 
 mempertahankan budaya yang adiluhung itu. Sadarkah kita bagaimana 
 membangun budaya yang adiluhung itu. Mudah-mudahan dengan kita bisa 
 membangun kelompok-kelompok kecil yang dengan sadar dilandasi  
 kepentingan bangsa yang mendasar sesuai citra, karsa bangsa yang 
 membumi kita bisa mulai di-perhitungkan. Saya dari kota kecil 
 dibagian barat dari Jawa Timur sebelah utara sangat berharap melalui 
 agromania kita bisa membangun jaringan bangsa yang ikut memecahkan 
 permasalahan pangansehingga tidak banyak rakyat kelaparan atau tidak 
 kuat lagi membeli sembako dinegeri yang subur ini. Mari kita bangun 
 Pangan kita dengan ongkos produksi yang murah, kwalitas baik, 
 kwantitas melimpah dan menjadi pemasok pangan dunia. Amin. Amin. 
 Amin.
 >    
 >   mugi.
 >
 
 
     
                                       


A.Yusuf Pulungan
Izzah Engineering&Trading
YM : abyuspul05
http://izzahengineering.indonetwork.co.id
081511748827
Jl. Lapangan No.90 RT 05/ RW 10 Kranji
Bekasi
       
---------------------------------
Kunjungi halaman depan Yahoo! Indonesia yang baru!

[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke