He he he lucuh deh....kalau mau simak isi artikel yang mempresentasikan buku "Miracle Of Enzyme" karangan Dr. Hiromi Shinyae.Memang benar ide itu serta gagasan itu benar dalam tataran teori untuk sementara waktu. Tapi dengan perjalanan waktu kedepan pasti adalagi teori yang akan menyangkal teori tersebut, karena teori atau ilmu itu sifatnya sementara, diakui benar karena teori tersebut telah merasuk setiap pemikiran manusia dan seolah-olah telah menjadi konsensus umum pada zamannya. Mungkin pada zaman yang berbeda akan lain lagi teorinya. Contoh yang nyata coba simak perkembangan teori si Galieo-galilei, baca sejarahnya dan sepak terjangnya! Itulah paradigma ilmu pengetahuan. Karena ilmu akan lebih matang jika terjadi dialektika/pertentangan2 sehingga memacu ilmuwan baru untuk mengadakan riset/penelitian yang dapat menghasilkan ilmu atau teori baru yang lebih mendekat pada kebenaran. Kalau saya sih kalau manusia tak akan menemukan kebenaran yang seratus persen(kebenran yang sejati), karena keenaran itu adalah milik sang Pencipta. Jadi kita tak perlu dimutlakan oleh teori2 yang konyol seperti itu. kita jalani aja sepeti yang telah kita jalani dan kita yakini.
Kalau saya sih ikuti aja sebagai bahan bacaan ajah deh.....! Saya anggap humor aja itu. Jujur aja aku belum pernah membaca buku tersebut, tapi lucu deh kalau digali secara kritis semua pemikiran kritisnya, entah benar atu ngak menurut artikel tersebut. "Susu sapi bukan untuk manusia karena karena sapi tak pernah membutuhkan susu manusia". Maaf kalau aku salah mempresepsikannya. Kalau orang balik bertanya.....mengapa manusia ndak makan manusia aja karena mereka sejenis dan bukan makan tumbuhan atau hewan ciptaan lainnya? Khan nati derajatnya turun....! Maka manusia akan konyol dalam hidupnya, dan akan musnalah manusia dari bumi ini kalau terjadi kanibalisme. He he he manusia mengkonsumsi ciptaan lain karena manusia punya kelebihan akal dan rasio. Kalau sapai tak pernah mengkonsumsi susu manusia karena dia binatang yang tak berakal budi seperti manusia. Karena sapi tidak mengetahui keguaannya dan memang sapi ndak pernag berpikir....dia hidup dengan insting saja. Kalau mau dilihat dengan pikiran yang jernih kita mengkonsumsinya semuanya itu dengan wajar jangan berlebihan, kalau berlebihan mungkin bisa membahayakan bagi kesehatan manusia itu sendiri. Jadi sebuah teori tak perlu dimutlakan kebenarannya. He he he apalagi orang yang membuat terori baru berumur 70-an tahun, belum tentu dia hidup 2-3 abad lamamnya. Kalau saya sih biarkan saja anak cucuku 2-3 abad mendatang yang akan mengikuti teorinya kalau sang pembuat teori hidup dan panjang umurnya tidak sepeti manusia zaman sekarang. Orang Indonesia jangan percaya dan terpengaruh dengan teori2 prematur seperti itu......giatalah membangun bangsa sesuai porsi kita masing-masing. Yang ternak sapi jalankan terus produksilah susu sebanyak mungkin, karena masih banyak yang membutuhkan. Jangan sampai susu sapi dan susu apapun di impor dari luar sana. Kita masih akan menjadi tergantug dan tak akan mandiri.....! NDAK IKUT NYESEL!! ****************************************** Acara Temu Penjual-Pembeli Agro 2009 PELAKSANA: Agromania, Deptan RI & Wahyu Promocitra PENDUKUNG: Kadin, Gapmmi, Ina, Ekonid, dll TANGGAL: 6 s/d 7 Juni 2009 TEMPAT: JCC (Balai Sidang Jakarta) BIAYA: Rp 250ribu (disc.10% untuk anggota ABC) PENDAFTARAN: http://www.agromall.co.cc PESAN-ANTAR TIKET: 0 8 1 1 1 8 5 9 2 9 (SMS Only) ****************************************** BERGABUNG: http://www.milisabc.co.cc --- Pada Sen, 18/5/09, e...@telkom.net <e...@telkom.net> menulis: Dari: e...@telkom.net <e...@telkom.net> Topik: Re: Bls: [agromania] Dahlan Iskan: Susu Sapi Bukan Untuk Manusia Kepada: agromania@yahoogroups.com Tanggal: Senin, 18 Mei, 2009, 4:23 AM DAhlan Iskan menulis artikel di bawah, semata-mata hanya mengutip isi dari buku "Miracle Of Enzyme" karangan Dr. Hiromi Shinyae. Untuk lebih bijak, disarankan membaca langsung dari sumbernya. ^^^^^^^^^^^^ ^^^^^^^^^ ^^^^^^^^^ ^^^^^^^^^ ^^^^^^^^^ ^^^^^^^^^ ^ PEMINAT MEMBLUDAK, SILAHKAN PROMOSIKAN USAHA ANDA! Kami membuka kesempatan mempromosikan usaha & bisnis Anda di dengan biaya murah & efektif di acara TEMU PENJUAL-PEMBELI AGRO 2009 (6 & 7 Juni 2009, Balai Sidang Senayan Jakarta) dengan cara: pasang standing banner, titip brosur atau kartu nama, atau pasang iklan di buklet promosi. Info lengkap lihat di: http://www.agromall .co.cc ^^^^^^^^^^^^ ^^^^^^^^^ ^^^^^^^^^ ^^^^^^^^^ ^^^^^^^^^ ^^^^^^^^^ ^ BERGABUNG: http://www.milisabc .co.cc On Sun, 17 May 2009 18:48:49 -0700 (PDT) hery winarno <herywinarno@ yahoo.com> wrote: > Pak Eka Budhi, > > Benar kata bapak, > > Kebetulan kami dulu saat kecil dan juga sampai saat ini >sering beli dan mengkonsumsi Susu sapi perah juga >Kambing yang diantar/dibawa pakai sepedah ditaruh di >karung yang ber-kantong2, Alhamdulillah tidak ada >masalah, sehat2 dan baik2 saja. > > Sebelum diminum susu yang dari pengider pakai sepedah, >kita rebus dan ditambah pemanis dari syrup Marjan sesuai >rasa yang kami inginkan. > > Makanya saya heran dengan tulisan tersebut, apa tendensi >menulis artikel tersebut. > > Di Indonesia banyak peternak sapi perah yang menjalankan >usaha tersebut untuk menghidupi keluarga, saya berharap >kita tidak terpancing isu2 yang dengan alasan macam >tersebut yang mengatas namakan Prof, Dr, etc. > > Kenapa ada Calustrum yang sangat terkenal dengan >kelebihanya / advantages-nya, yang dibuat dari susu sapi >dan dijual dengan harga tidak murah dan banyakdikonsumsi >masyarakat. Sampai saat ini saya belum pernah dengar yang >minum susu sapi dan product olahan dari susu sapi menjadi >sakit seperti yang dialami "dahlan iksan" , kemungkinan >sakitnya dia karena other things. > > Maaf bapak2 agromaniasekalian, saya bukan peternak sapi >perah lho, semoga saja peternak sapi perah kita tidak >berkecil hati, dan bisa cari option/pilihan untuk >menjual/mengolah hasil susunya supaya tidak rugi dengan >harga susu yang jatuh saat ini yng saya dengar dan baca >dari koran. > > Btw, harapan saya kita tidak mudah terpancing isu yang >bisa menghancurkan Peternak, Petani dan Producer anak >bangsa / bumi putera. > > Salam, > HW > --- On Sun, 5/17/09, eka budhi sulistyo ><ekabe...@yahoo. co.id> wrote: > > >From: eka budhi sulistyo <ekabe...@yahoo. co.id> > Subject: Bls: [agromania] Dahlan Iskan: Susu Sapi Bukan >Untuk Manusia > To: agroma...@yahoogrou ps.com > Date: Sunday, May 17, 2009, 10:39 AM > > > > > > > > > harus ada penjelasan lanjutan tentang artikel ini ... >hal ini harus disikapi dengan bijak dan penuh penjelasan > > best regards, > > ekabees > > --- Pada Sab, 16/5/09, ekabudi_setiyawan ><eka.budisetiyawan @ gmail.com> menulis: > > Dari: ekabudi_setiyawan <eka.budisetiyawan@ gmail.com> > Topik: [agromania] Dahlan Iskan: Susu Sapi Bukan Untuk >Manusia > Kepada: agroma...@yahoogrou ps.com > Tanggal: Sabtu, 16 Mei, 2009, 7:57 PM > > Jum'at, 15 Mei 2009 , 08:50:00 > > Susu Sapi Bukan untuk Manusia > > catatan dahlan iskan > > Tidak ada makhluk di dunia ini yang ketika sudah dewasa >masih minum susu –kecuali manusia. Lihatlah sapi, >kambing, kerbau, atau apa pun: begitu sudah tidak >anak-anak lagi tidak akan minum susu. Mengapa manusia >seperti menyalahi perilaku yang alami seperti itu? > > "Itu gara-gara pabrik susu yang terus mengiklankan >produknya," ujar Prof Dr Hiromi Shinya, penulis buku >yang sangat laris: The Miracle of Enzyme (Keajaiban >Enzim) yang sudah terbit dalam bahasa Indonesia dengan >judul yang sama. Padahal, katanya, susu sapi adalah >makanan/minuman paling buruk untuk manusia. Manusia >seharusnya hanya minum susu manusia. Sebagaimana anak >sapi yang juga hanya minum susu sapi. Mana ada anak sapi >minum susu manusia, katanya. > > Mengapa susu paling jelek untuk manusia? Bahkan, >katanya, bisa menjadi penyebab osteoporosis? Jawabnya: >karena susu itu benda cair sehingga ketika masuk mulut >langsung mengalir ke kerongkongan. Tidak sempat >berinteraksi dengan enzim yang diproduksi mulut kita. > > Akibat tidak bercampur enzim, tugas usus semakin berat. > > Begitu sampai di usus, susu tersebut langsung >menggumpal dan sulit sekali dicerna. Untuk bisa >mencernanya, tubuh terpaksa mengeluarkan cadangan >"enzim induk" yang seharusnya lebih baik dihemat. Enzim >induk itu mestinya untuk pertumbuhan tubuh, termasuk >pertumbuhan tulang. Namun, karena enzim induk terlalu >banyak dipakai untuk membantu mencerna susu, peminum susu >akan lebih mudah terkena osteoporosis. > > Profesor Hiromi tentu tidak hanya mencari sensasi. Dia >ahli usus terkemuka di dunia. Dialah dokter pertama di >dunia yang melakukan operasi polip dan tumor di usus >tanpa harus membedah perut. Dia kini sudah berumur 70 >tahun. Berarti dia sudah sangat berpengalaman menjalani >praktik kedokteran. Dia sudah memeriksa keadaan usus >bagian dalam lebih dari 300.000 manusia Amerika dan >Jepang. Dia memang orang Amerika kelahiran Jepang yang >selama kariernya sebagai dokter terus mondar-mandir di >antara dua negara itu. > > Setiap memeriksa usus pasiennya, Prof Hiromi sekalian >melakukan penelitian. Yakni, untuk mengetahui kaitan >wujud dalamnya usus dengan kebiasaan makan dan minum >pasiennya. Dia menjadi hafal pasien yang ususnya >berantakan pasti yang makan atau minumnya tidak >bermutu. Dan, yang dia sebut tidak bermutu itu antara >lain susu dan daging. > > Dia melihat alangkah mengerikannya bentuk usus orang >yang biasa makan makanan/minu man yang "jelek": >benjol-benjol, luka-luka, bisul-bisul, bercak-bercak >hitam, dan menyempit di sana-sini seperti diikat dengan >karet gelang. Jelek di situ berarti tidak memenuhi syarat >yang diinginkan usus. Sedangkan usus orang yang >makanannya sehat/baik, digambarkannya sangat bagus, >bintik-bintik rata, kemerahan, dan segar. > > Karena tugas usus adalah menyerap makanan, tugas itu >tidak bisa dia lakukan kalau makanan yang masuk tidak >memenuhi syarat si usus. Bukan saja ususnya kecapean, >juga sari makanan yang diserap pun tidak banyak. >Akibatnya, pertumbuhan sel-sel tubuh kurang baik, daya >tahan tubuh sangat jelek, sel radikal bebas >bermunculan, penyakit timbul, dan kulit cepat menua. >Bahkan, makanan yang tidak berserat seperti daging, bisa >menyisakan kotoran yang menempel di dinding usus: >menjadi tinja stagnan yang kemudian membusuk dan >menimbulkan penyakit lagi. > > Karena itu, Prof Hiromi tidak merekomendasikan daging >sebagai makanan. Dia hanya menganjurkan makan daging itu >cukup 15 persen dari seluruh makanan yang masuk ke >perut. > > Dia mengambil contoh yang sangat menarik, meski di >bagian ini saya rasa, keilmiahannya kurang bisa >dipertanggungjawab k an. Misalnya, dia minta kita >menyadari berapakah jumlah gigi taring kita, yang >tugasnya mengoyak-ngoyak makanan seperti daging: hanya 15 >persen dari seluruh gigi kita. Itu berarti bahwa alam >hanya menyediakan infrastruktur untuk makan daging 15 >persen dari seluruh makanan yang kita perlukan. > > Dia juga menyebut contoh harimau yang hanya makan >daging. Larinya memang kencang, tapi hanya untuk >menit-menit awal. Ketika diajak "lomba lari" oleh >mangsanya, harimau akan cepat kehabisan tenaga. Berbeda >dengan kuda yang tidak makan daging. Ketahanan larinya >lebih hebat. > > Di samping pemilihan makanan, Prof Hiromi mempersoalkan >cara makan. Makanan itu, katanya, harus dikunyah minimal >30 kali. Bahkan, untuk makanan yang agak keras harus >sampai 70 kali. Bukan saja bisa lebih lembut, yang lebih >penting agar di mulut makanan bisa bercampur dengan >enzim secara sempurna. Demikian juga kebiasaan minum >setelah makan bukanlah kebiasaan yang baik. Minum itu, >tulisnya, sebaiknya setengah jam sebelum makan. Agar air >sudah sempat diserap usus lebih dulu. > > Bagaimana kalau makanannya seret masuk tenggorokan? Nah, >ini dia, ketahuan. Berarti mengunyahnya kurang dari 30 >kali! Dia juga menganjurkan agar setelah makan sebaiknya >jangan tidur sebelum empat atau lima jam kemudian. >Tidur itu, tulisnya, harus dalam keadaan perut kosong. >Kalau semua teorinya diterapkan, orang bukan saja lebih >sehat, tapi juga panjang umur, awet muda, dan tidak akan >gembrot. > > Yang paling mendasar dari teorinya adalah: setiap tubuh >manusia sudah diberi "modal" oleh alam bernama >enzim-induk dalam jumlah tertentu yang tersimpan di >dalam "lumbung enzim-induk" . Enzim-induk ini setiap >hari dikeluarkan dari "lumbung"-nya untuk diubah >menjadi berbagai macam enzim sesuai keperluan hari itu. >Semakin jelek kualitas makanan yang masuk ke perut, >semakin boros menguras lumbung enzim-induk. Mati, >menurut dia, adalah habisnya enzim di lumbung >masing-masing. > > Maka untuk bisa berumur panjang, awet muda, tidak >pernah sakit, dan langsing haruslah menghemat >enzim-induk itu. Bahkan, kalau bisa ditambah dengan cara >selalu makan makanan segar. Ada yang menarik dalam hal >makanan segar ini. Semua makanan (mentah maupun yang >sudah dimasak) yang sudah lama terkena udara akan >mengalami oksidasi. Dia memberi contoh besi yang kalau >lama dibiarkan di udara terbuka mengalami karatan. Bahan >makanan pun demikian. > > Apalagi kalau makanan itu digoreng dengan minyak. >Minyaknya sendiri sudah persoalan, apalagi kalau minyak >itu sudah teroksidasi. Karena itu, kalau makan makanan >yang digoreng saja sudah kurang baik, akan lebih parah >kalau makanan itu sudah lama dibiarkan di udara terbuka. >Minyak yang oksidasi, katanya, sangat bahaya bagi usus. >Maksudnya, mengolah makanan seperti itu memerlukan enzim >yang banyak. > > Apa saja makanan yang direkomendasikan? Sayur, >biji-bijian, dan buah. Jangan terlalu banyak makan >makanan yang berprotein. Protein yang melebihi keperluan >tubuh ternyata tidak bisa disimpan. Protein itu harus >dibuang. Membuangnya pun memerlukan kekuatan yang >ujung-ujungnya juga berasal dari lumbung enzim. Untuk apa >makan berlebih kalau untuk mengolah makanan itu harus >menguras enzim dan untuk membuang kelebihannya juga harus >menguras lumbung enzim. > > Prof Hiromi sendiri secara konsekuen menjalani prinsip >hidup seperti itu dengan sungguh-sungguh. Hasilnya, >umurnya sudah 70 tahun, tapi belum pernah sakit. >Penampilannya seperti 15 tahun lebih muda. Tentu sesekali >dia juga makan makanan yang di luar itu. Sebab, sesekali >saja tidak apa-apa. Menurunnya kualitas usus terjadi >karena makanan "jelek" itu masuk ke dalamnya secara >terus-menerus atau terlalu sering. > > Terhadap pasiennya, Prof Hiromi juga menerapkan >"pengobatan" seperti itu. Pasien-pasien penyakit usus, >termasuk kanker usus, banyak dia selesaikan dengan >"pengobatan" alamiah tersebut. Pasiennya yang sudah >gawat dia minta mengikuti cara hidup sehat seperti itu >dan hasilnya sangat memuaskan. Dokter, katanya, banyak >melihat pasien hanya dari satu sisi di bidang sakitnya >itu. Jarang dokter yang mau melihatnya melalui sistem >tubuh secara keseluruhan. Dokter jantung hanya fokus ke >jantung. Padahal, penyebab pokoknya bisa jadi justru di >usus. Demikian juga dokter-dokter spesialis lain. >Pendidikan dokter spesialislah yang menghancurkan ilmu >kedokteran yang sesungguhnya. > > Saya mencoba mengikuti saran buku ini sebulan terakhir >ini. Tapi, baru bisa 50 persennya. Entah, persentase itu >akan bisa naik atau justru turun lagi sebulan ke depan. > > Yang menggembirakan dari buku Prof Hiromi ini adalah: >orang itu harus makan makanan yang enak. Dengan makan >enak, hatinya senang. Kalau hatinya sudah senang dan >pikirannya gembira, terjadilah mekanisme dalam tubuh >yang bisa membuat enzim-induk bertambah. Nah... gan pei! > > ======= > >>> Saya gak tau alasan Dahlan memuat tulisan ini di >>>korannya. ..apakah dia nggak ngerti bahwa di balik >>>industri persusuan itu ada banyak petenak rakyat yg >>>menggantungkan hidupnya dari hsl jual susu ternaknya, >>>kalau setelah membaca berita tersebut semua orang di >>>Indonesia takut minum susu...habislah riwayat peternakan >>>sapi perah di Indonesia... > > Salam, > > Eka Budi Lebih bersih, Lebih baik, Lebih cepat - Yahoo! Mail: Kini tanpa iklan. Rasakan bedanya! http://id.mail.yahoo.com [Non-text portions of this message have been removed]