http://www.waspada.co.id/index.php?option=com_content&view=article&id=57977:puteri-indonesia-gedor-syariat-aceh&catid=46:analisis&Itemid=128

            Sunday, 11 October 2009 18:00           
     
      Puteri Indonesia gedor syariat Aceh?  
     
      R FEDIAN ANDI R

       
      (kapanlagi.com)
      Kemenangan Qory Sandioriva asal Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) dalam 
kontes kecantikan Pemilihan Puteri Indonesia 2009 mengejutkan banyak pihak. 
Sebab dalam menggapai kemenangan kontes itu, Qory menaggalkan atribut seperti 
jilbab yang selama ini identik dengan perempuan Aceh. Inikah simbol perlawanan 
perempuan Aceh terhadap Perda Syariat Islam di NAD?

      Qory memang hadir berbeda dengan delegasi dari Aceh dalam kontes serupa 
di tahun-tahun sebelumnya. Aceh memang tak pernah absen mengirimkan delegasinya 
dalam kontes kecantikan itu. Namun, perempuan Aceh yang dikirim dalam kontes 
kecantikan tak pernah absen dengan atibut khas Aceh, yakitu jilbab dan busana 
muslimah. Qory hadir berbeda, atribut itu ia tanggalkan.

      Meski demikian, Qory cukup sadar dengan pilihannya menanggalkan atribut 
muslimah yang dikenakan mayoritas perempuan Aceh itu. Ia mengaku telah 
mengantongi izin dari orang tua dan pemerintah daerah NAD.

      "Saya menanggalkan jilbab saya dengan izin dari Pemda Aceh. Semoga 
keputusan saya bisa diterima," ujarnya saat menjawab pertanyaan host acara 
malam final Puteri Indonesia 2009 Charles Bonar Sirait.

      Meski jawaban itu dibantah sendiri oleh Qory yang mengaku sebenarnya, 
sehari-hari ia tak mengenakan jilbab. "Saya sebenarnya memang dari awal 
sehari-hari tidak mengenakan jilbab," jelasnya.

      Terlepas dari hal itu, konsekwensi atas kemenangan itu pula, Qory juga 
dapat dipastikan mengikuti kontes ratu sejagad tahun depan. Seperti sebelumnya, 
kontes ratu sejagad ini selalu menimbulkan kontroversi di Tanah Air, karena 
peserta harus melakukan sesi pemotretan dengan busana swim suit alias bikini.

      Kemenangan Qory jelas menimbulkan polemik. Pihak yang selama ini kontra 
dengan penerapan syariat Islam di Aceh, menyambut positif kemenangan Qory dalam 
kontes kecantikan ini. Apalagi tak selang lama sebelum pemilihan kontes 
kecantikan ini, pada 14 September lalu, DPR Aceh telah mengesahkan Qanun 
Jinayat (Perda Pidana Islam) di bumi Serambi Mekkah.

      Sementara kalangan ulama Aceh bereaksi keras atas kemenangan Qory dalam 
kontes kecantikan tersebut. Qory dinilai bukanlah representasi perempuan Aceh 
dan tidak berhak mengatasnamakan Aceh.

      "Qory bukan cerminan putri Aceh. Untuk itu, ia tidak berhak 
mengatasnamakan rakyat Aceh. Ini sangat kita sesalkan," kata Sekretaris Ulama 
Dayah Aceh (HUDA), Tengku Faisal Aly di Banda Aceh, Sabtu (10/10).

      Faisal menegaskan, Qory berhak mengikuti kontes kecantikan tersebut. 
Meski Qory tidak berhak mengatasnamakan putri Aceh karena tidak mencerminkan 
budaya Aceh yang Islami. "Qory boleh saja mengikuti pemilihan Putri Indonesia. 
Itu hak dia. Tapi untuk menobatkan sebagai putri Aceh tidak bisa, karena dia 
tidak bisa menjaga sifat-sifat budaya Aceh yang Islami," ujarnya.

      Sementara Antroplog Universitas Malikus Shalih Lhoksuemawe Teuku Kemal 
Fasya tidak ada korelasi kemenangan kandidat dari Aceh dengan penerapan syariat 
Islam di Aceh. "Itu kontes tentang pemilihan perempuan terkait dengan dengan 
penampilan fisik dan wawasan tertentu yang berhubungan dengan dunia wanita, dan 
saya tidak menganggap kemenangan ini menjadi pesan ideologis tertentu atas 
perempuan Aceh," ujarnya kepada INILAH.COM, di Jakarta, Minggu (11/10).

      Lebih lanjut anggota Majelis Pertimbangan Pusat (MPP) Forum Mahasiswa 
Syariah se-Indonesia (Formasi) ini menegaskan, tidak perlu ditanggapi secara 
reaktif oleh pemuka agama Islam merespons kemenangan Qory yang asal NAD dengan 
tidak mengenakan jilbab. "Itu adalah pilihan-pilihan personal dari si 
perempuan, dan bukan representasi dari perempuan Aceh," cetusnya.

      Ia yang menyebut, kemenangan Qory menjadi kebanggan sesaat dan dangkal 
bagi masyarakat Aceh. Kemal berharap, kemenangan Qory jangan dibesar-besarkan 
dan jangan didramatisasi secara berlebihan oleh masyarakat Aceh. "Jangan 
terlalu didramatisasi dan jangan terlalu dibesar-besarkan," cetus alumnus IAIN 
Sunan Kalijaga Yogyakarta ini. 
     

<<putri%20indo.jpg>>

Kirim email ke