"Dan di antara manusia (ada) yang mempergunakan lahwul hadits untuk 
menyesatkan (manusia) dari jalan Allah tanpa pengetahuan dan 
menjadikan jalan Allah itu bahan olok-olokan." (Luqman: 6)

Sebagian besar mufassir berkomen-tar, yang dimaksud dengan lahwul 
hadits dalam ayat tersebut adalah nyanyian. Hasan Al Basri 
berkata,ayat itu turun dalam masalah musik dan lagu. Allah berfirman 
kepada setan:

"Dan hasunglah siapa yang kamu sanggupi di antara mereka dengan 
suaramu." 

Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam telah bersabda:
"Kelak akan ada dari umatku beberapa kaum yang menghalalkan zina, 
sutera, minuman keras dan musik." (HR. Bukhari dan Abu Daud)

Dengan kata lain, akan datang suatu masa di mana beberapa golongan 
dari umat Islam mempercayai bahwa zina, memakai sutera asli, minum-
minuman keras dan musik hukumnya halal, padahal semua itu adalah 
haram.

Adapun yang dimaksud dengan musik di sini adalah segala sesuatu yang 
menghasilkan bunyi dan suara yang indah serta menyenangkan. Seperti 
kecapi, gendang, rebana, seruling, serta berbagai alat musik modern 
yang kini sangat banyak dan beragam. Bahkan termasuk di dalamnya 
jaros (lonceng, bel, klentengan).

"Lonceng adalah nyanyian setan ." (HR. Muslim)

Padahal di masa dahulu mereka hanya mengalungkan klentengan pada 
leher binatang. Hadits di atas menun-jukkan betapa dibencinya suara 
bel tersebut. Penggunaan lonceng juga ber-arti menyerupai orang-
orang nasrani, di mana lonceng bagi mereka merupakan suatu yang 
prinsip dalam aktivitas gereja.

Nyanyian di masa kini:

Kebanyakan lagu dan musik pada saat ini di adakan dalam berbagai 
pesta juga dalam tayangan televisi dan siaran radio. Mayoritas lagu-
lagunya berbicara tentang asmara, kecantikan, ketampanan dan hal 
lain yang lebih banyak mengarah kepada problematika biologis, 
sehingga membangkitkan nafsu birahi terutama bagi kawula muda dan 
remaja. Pada tingkat selanjutnya membuat mereka lupa segala-galanya 
sehingga terjadilah kemaksiatan, zina dan dekadensi moral lainnya.

Lagu dan musik pada saat ini tak sekedar sebagai hiburan tetapi 
sudah merupakan profesi dan salah satu lahan untuk mencari rizki. 
Dari hasil menyanyi, para biduan dan biduanita bisa mem-bangun rumah 
megah, membeli mobil mewah atau berwisata keliling dunia, baik 
sekedar pelesir atau untuk pentas dalam sebuah acara pesta musik.

Tak diragukan lagi hura-hura musik --baik dari dalam atau manca 
negara-- sangat merusak dan banyak menimbul-kan bencana besar bagi 
generasi muda. Lihatlah betapa setiap ada pesta kolosal musik,selalu 
ada saja yang menjadi korban. Baik berupa mobil yang hancur, 
kehilangan uang atau barang lainnya, cacat fisik hingga korban 
meninggal dunia. Orang-orang berjejal dan mau saja membayar meski 
dengan harga tiket yang tinggi. Bagi yang tak memiliki uang terpaksa 
mencari akal apapun yang penting bisa masuk stadion, akhirnya 
merusak pagar, memanjat dinding atau merusak barang lainnya demi 
bisa menyaksikan pertunjukan musik kolosal tersebut. Jika pentas 
dimulai, seketika para penonton hanyut bersama alunan musik. Ada 
yang menghentak, menjerit histeris bahkan pingsan karena mabuk musik.

Para pemuda itu mencintai para penyanyi idola mereka melebihi 
kecintaan mereka kepada Allah Ta'ala yang menciptakannya, ini adalah 
fitnah yang amat besar.

Semua nyanyian itu hampir sama, bahkan hingga nyanyian-nyanyian yang 
bernafaskan Islam sekalipun tidak akan lepas dari kemungkaran. 
Bahkan di antara sya'ir lagunya ada yang berbunyi: 

"Dan besok akan dikatakan, setiap nabi berada pada kedudukannya ... 
Ya Muhammad inilah Arsy, terimalah ..."

Bait terakhir dari sya'ir tersebut adalah suatu kebohongan besar 
terhadap Allah dan RasulNya, tidak sesuai dengan kenyataan dan 
termasuk salah satu bentuk pengkultusan terhadap diri Rasul 
Shallallahu 'Alaihi Wasallam, padahal hal semacam itu dilarang.

"Hai manusia sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari 
Tuhanmu dan sebagai penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) 
dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman." 
(Yunus: 57)

Kiat Mengobati virus nyanyian dan musik :

Di antara beberapa langkah yang dianjurkan adalah: 

Jauhilah dari mendengarnya baik dari radio, televisi atau lainnya, 
apalagi jika berupa lagu-lagu yang tak sesuai dengan nilai-nilai 
akhlak dan diiringi dengan musik.

Di antara lawan paling jitu untuk menangkal ketergantungan kepada 
musik adalah dengan selalu mengingat Allah dan membaca Al Qur'an, 
terutama surat Al Baqarah. Dalam hal ini Allah Ta'ala telah 
berfirman:

"Sesungguhnya setan itu lari dari rumah yang di dalamnya dibaca 
surat Al Baqarah."( HR. Muslim)

"Hai manusia sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari 
Tuhanmu dan sebagai penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) 
dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman." 
(Yunus: 57)

Membaca sirah nabawiyah (riwayat hidup Rasul Shallallahu 'Alaihi 
Wasallam) , demikian pula sejarah hidup para sahabat beliau.

Nyanyian yang diperbolehkan:

Ada beberapa nyanyian yang diperbolehkan yaitu:

Menyanyi pada hari raya. Hal itu berdasarkan hadits A'isyah:
"Suatu ketika Rasul Shallallahu 'Alaihi Wasallam masuk ke 
bilik 'Aisyah, sedang di sisinya ada dua orang hamba sahaya wanita 
yang masing-masing memukul rebana (dalam riwayat lain ia 
berkata: "...dan di sisi saya terdapat dua orang hamba sahaya yang 
sedang menyanyi."), lalu Abu Bakar mencegah keduanya. Tetapi 
Rasulullah malah bersabda: "Biarkanlah mereka karena sesungguhnya 
masing-masing kaum memiliki hari raya, sedangkan hari raya kita 
adalah pada hari ini." (HR. Bukhari)

Menyanyi dengan rebana ketika berlangsung pesta pernikahan, untuk 
menyemarakkan suasana sekaligus memperluas kabar pernikahannya. Nabi 
Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda:

"Pembeda antara yang halal dengan yang haram adalah memukul rebana 
dan suara (lagu) pada saat pernikahan." (Hadits shahih riwayat 
Ahmad). Yang dimaksud di sini adalah khusus untuk kaum wanita.

Nasyid Islami (nyanyian Islami tanpa diiringi dengan musik) yang 
disenandungkan saat bekerja sehingga bisa lebih membangkitkan 
semangat, terutama jika di dalamnya terdapat do'a. Rasulullah 
Shallallahu 'Alaihi Wasallam menyenandungkan sya'ir Ibnu Rawahah dan 
menyemangati para sahabat saat menggali parit. Beliau bersenandung:

"Ya Allah tiada kehidupan kecuali kehidupan akherat maka ampunilah 
kaum Anshar dan Muhajirin."

Seketika kaum Muhajirin dan Anshar menyambutnya dengan senandung 
lain:

"Kita telah membai'at Muhammad, kita selamanya selalu dalam jihad."

Ketika menggali tanah bersama para sahabatnya, Rasul 
Shallallahu 'Alaihi Wasallam juga bersenandung dengan sya'ir Ibnu 
Rawahah yang lain: 

"Demi Allah, jika bukan karena Allah, tentu kita tidak mendapat 
petunjuk, tidak pula kita bersedekah, tidak pula mengerjakan shalat. 
Maka turunkanlah ketenangan kepada kami, mantapkan langkah dan 
pendirian kami jika bertemu (musuh) Orang-orang musyrik telah 
mendurhakai kami, jika mereka mengingin-kan fitnah maka kami 
menolaknya." Dengan suara koor dan tinggi mereka balas 
bersenandung "Kami menolaknya, ... kami menolaknya." 
(Muttafaq 'Alaih)

Nyanyian yang mengandung pengesaan Allah, kecintaan kepada Rasululah 
Shallallahu 'Alaihi Wasallam dengan menyebutkan sifat-sifat beliau 
yang terpuji; atau mengandung anjuran berjihad, teguh pendirian dan 
memper-baiki akhlak; atau seruan kepada saling mencintai, tomenolong 
di antara sesama; atau menyebutkan beberapa kebaikan Islam, berbagai 
prinsipnya serta hal-hal lain yang bermanfaat buat masyarakat Islam, 
baik dalam agama atau akhlak mereka.

Di antara berbagai alat musik yang diperbolehkan hanyalah rebana. 
Itupun penggunaannya terbatas hanya saat pesta pernikahan dan khusus 
bagi para wanita. Kaum laki-laki sama sekali tidak dibolehkan 
memakainya. Sebab Rasul Shallallahu 'Alahih Wasallam tidak 
memakainya, demikian pula halnya dengan para sahabat beliau 
Radhiallahu 'Anhum Ajma'in.

Orang-orang sufi memperbolehkan rebana, bahkan mereka berpendapat 
bahwa menabuh rebana ketika dzikir hukumnya sunnat, padahal ia 
adalah bid'ah, Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda:

"Jauhilah perkara-perkara yang diada-adakan, karena sesungguhnya 
setiap perkara yang diada-adakan adalah bid'ah. dan setiap bid'ah 
adalah sesat." (HR. Turmudzi, beliau berkata: hadits hasan shahih).

__________________________________
Sumber dari: Rasa'ilut Taujihat Al Islamiyah, 1/ 514 - 516. 
Oleh: Syaikh Muhammad bin Jamil Zainu
 


Kirim email ke