--- In obrolan-bandar@yahoogroups.com, "Pemain Saham"
<[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
> wah bisnis reksadana bisa tutup mbah.......hahaha....
> biarlah tlkm, unvr tanpa gain.....tapi saham lainnya gain....

Coba kita pake Business COMMON SENSE:
- Kalo kita beli saham dengan PER = 10, artinya kita beli saham
  dengan harga 10x laba persaham.
- Untuk mempertahankan agar tahun depan PER nya tetap di 10 dan
  memperhitungkan Bunga doeit maka perusahaan harus punya
  growth minimal 10%. PEG ratio = PER/GROWTH = 10/10 = 1
- Kalo kita beli saham dengan PER = 20 maka kita mengharapkan
  emiten punya GROWTH laba sekitar 20.. rite ?.
- Sebaliknya jika ternyata GROWTH laba ternyata NOL maka
  harga saham HARUS turun karena HASILnya NOL sedangkan Cost
  of Equity tidak nol yaitu = SBI rate + Risk premium.
- Apalagi kalo GROWTH laba adalah negatif, maka harga saham
  akan DISUNAT.

Kita lanjutkan dengan yg lebih komplek:
- Kita beli saham dengan PER 40 dengan harapan perusahan
  punya Growth diatas 40 secara terus menerus (forever).
  Jika thn depan GROWTH nya bukan 40 tapi 20, maka harga
  saham akan turun meskipun GROWTH nya positif 20%.
- Saat ini banyak saham BEI yg PER nya udah tinggi 20, 30, 40
  malah ada yg udah 100 (liat Kompas dibagian harga saham).
  Mungkin saat nya beli saham di Afrika ngikutin Salim
  yg buka pabrik Indomie di Afrika.
- Kalo kita mengharapkan IHSG naik 10% thn depan maka
  kurang lebih emiten di BEJ harus punya Profit Growth rata
  rata 10% dibanding thn lalu.

Ditahun 2008, diperkirakan:
- USD akan mencapai 10.000 karena minyak akan naik
  diatas $100.
- Otomatis inflasi 2008 akan tinggi.
- Ancaman resesi dunia makin terlihat
- Ekonomi Indonesia yg relatif STAGNANT sedangkan IHSG naik
  TERUS, tentu ada koreksi alamiah DONG.
- Sektor Riel yg JALAN DITEMPAT.
- Persiapan Pemilu.

Jadi apakah BISA  thn depan emiten di BEI punya
growth 10% ?.

Untuk sektor tambang/energi, apakah bisa mempertahan TINGKAT
GROWTH yg begitu tinggi mengingat dunia memasuki resesi.

Buat sektor Finance dan property, apakah krisis SM tidak
akan terjadi di Indonesia. Kemarin Australia turun berat
karena turunnya sektor property (CENTRO).

Sektor Financing, WOMF thn ini aja udah RUGI karena
beban bunga yg MEMBENGKAK dan Banyak yg engga bayar angsuran.

Apakah dengan DATA DATA ini, tidak mungkin tahun depan
IHSG dan RETURN REKSADANA NEGATIF ?.

Nah lo...


Kirim email ke