> Gak perlu terbawa oleh propaganda2 yang suka memotret keadaan secara
> tidak seimbang hanya untuk memperlihatkan bahwa tesisnya benar adanya.

TIGA ORANG BIJAK
 
Tiga  orang  bijak  menempuh perjalanan jauh, sebab meskipun
mereka itu dianggap bijak di negara  sendiri,  mereka  cukup
rendah hati untuk berharap, bahwa perjalanan akan memperluas
pikiran mereka.
 
Mereka  baru  saja  melangkah  ke  perbatasan  masuk  negara
tetangga   ketika  mereka  melihat  gedung  cakar-langit  di
kejauhan.  Apa  kiranya  benda  dahsyat  hebat  ini,  mereka
bertanya  pada  dirinya. Jawaban yang tepat tentunya: Datang
dan selidikilah benda itu apa.  Tetapi  tidak,  mungkin  itu
terlalu berbahaya. Seandainya itu sesuatu yang meletus kalau
orang mendekat? Maka jauh lebih  bijaksana  menentukan  dulu
apa itu sebelum menyelidikinya. Berbagai pandangan diajukan,
diuji dan, atas dasar pengalaman  mereka  yang  sudah-sudah,
ditolak.  Akhirnya  diputuskan,  juga  atas dasar pengalaman
masa silam, yang mereka miliki bertumpah-ruah,  bahwa  benda
tersebut,  entah apa jenisnya, itu hanya bisa ditempatkan di
sana oleh kawanan raksasa.
 
Ini membawa mereka pada kesimpulan, bahwa lebih aman  mereka
menyingkiri  tanah  itu  sama  sekali,  maka  mereka  pulang
kembali setelah menambahkan sesuatu pada khasanah pengalaman
mereka.
 
Notes :
Pengandaian    itu   mempengaruhi   Penelitian.   Penelitian
menghasikan  Keyakinan.  Keyakinan  menimbulkan  Pengalaman.
Pengalaman   membuahkan  Tindakan,  yang,  pada  gilirannya,
menguatkan pengandaian.


50+50=100 .... lagi iseng juga nie....hi hi hi


--- In obrolan-bandar@yahoogroups.com, "abdulrahim abdulrahim"
<[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
> Kesuksesan dan kegagalan ada di profesi apapun
> Kegagalan dan kesuksesan dialamai oleh orang yang ber-IQ pas-pasan
> maupun ber-IQ tob
> Orang gagal dan orang sukses ada di komunitas orang2 ber EQ tinggi
> maupun yang ber-EQ sedang2 aja.
> Orang2 sukses maupun orang2 gagal juga dapat ditemui pada kalangan
> berspiritual maupun kalangan atheis
> 
> Gak perlu terbawa oleh propaganda2 yang suka memotret keadaan secara
> tidak seimbang hanya untuk memperlihatkan bahwa tesisnya benar adanya.
> Capek dehhhhhh
> 
> On Dec 2, 2007 11:25 AM, Odink <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
> > ini judulnya bicara fiksi dan ilmiah.
> >
> >  malem minggu kemarin saya ada ngobrol dengan anak sekolahan yg
baru ambil
> >  pelajaran filosofi pendidikan, kesimpulan dia bahwa ternyata batasan
> >  antara fiksi dan ilmiah itu hanya beda tipis aja. orang ilmiah kan kl
> >  bertindak berdasar data, namanya data tentu berdasar kejadian yg
_sudah_
> >  terjadi.. baru deh dia mengkhayal dan ngimpi bikin proyeksi.
> >
> >  pindah ke fiksi, pernah liat pilem2 steven spielberg kan.. sains
fiksi..
> >  itu ceritanya ngarang semua yg diilmiah2in.. hehee
> >  atau nonton davinci code, yg berdasar kejadian yg lewat tapi
tetep aja
> >  fiksi yg diilmiah2in.
> >
> >  yg satu berdasar data dulu.. baru ngarang, dan yg satunya lagi
> >  berimajinasi dulu baru dibikin data.
> >
> >  lalu apa hubungannya dengan ekonom pemenang hadiah nobel yg
bangkrut di
> >  saham? meneketehe.. ya hubung2in aja ndiri, ngapain saya capek2
> >  ngehubung2in krn saya jelas2 gak punya hubungan dengan ekonom
pemenang
> >  nobel. kenal juga kagak.
> >
> >  yg saya tau disini banyak finance manager, ekonom, bos2
perusahaan.. apa
> >  mereka semua sukses di saham? tanyakan ndiri ke orangnya, yg
jelas mereka
> >  gak akan posting disini kayak orang kurang kerjaan ke' saya.. heheee
> >
> >
> >  On Sun, 02 Dec 2007 09:47:11 +0700, Gandhi Hadiwitanto
> >  <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
> >
> >  > Bener kata orang, bahwa kalau menyangkut duit, orang jadi
emosional.
> >  > Newton ini kan ilmuwan ber IQ tinggi yang mestinya selalu
mendahulukan
> >  > rasio daripada emosi. Rasionya masih jalan ketika dia jual
saham South
> >  > Sea Company dengan cuan 100% pada saat harganya "bullish" tidak
> >  > terkendali. Tapi ketika harganya naik terus, dia jadi emosional
(greedy)
> >  > dan buy back di harga tinggi. Kemudian harga terjerembab dan
dia rugi
> >  > hampir tiga kali lipat dari keuntungan yang diperolehnya.
Graham juga
> >  > cerita tentang kasus ambruknya hedge fund Long Term Capital
Managemen
> >  > L.P. yang dikelola sepasukan ahli matematika, ilmuwan komputer
dan dua
> >  > ekonom PEMENANG HADIAH NOBEL yang bikin pasar keuangan global
sempat
> >  > muntah darah di tahun 1998. Ini cerita favorit saya yang
menunjukkan
> >  > bahwa smart money sometimes is not really smart. Mungkin EQ
tinggi lebih
> >  > berperan daripada IQ tinggi dalam trading saham?
>


Kirim email ke