Di media massa sudah di beritakan bahwa jurusan Pertanian dan Peternakan
semakin tidak diminati dengan indikasi semakin berkurangnya jumlah
pendaftar, selain memang biaya kuliah yang makin meroket juga karena
sektor pertanian saat ini dianggap tidak prospektif. Alur logika
sederhananya untuk apa mengeluarkan biaya begitu tinggi untuk kuliah kalau
akhirnya nanti setelah lulus tidak ada kesempatan untuk bekerja atau
berbisnis. Ironis memang di negeri agraris seperti Indonesia yang demikian
suburnya, pertanian menjadi sektor yang dihindari oleh para generasi
mudanya. Jangankan generasi muda di kota yang sudah tidak mau bersekolah
di jurusan pertanian dan kalaupun sudah ada yang kuliah di jurusan
pertanian namun mungkin hampir 90% lulusannya tidak bekerja di bidang
pertanian secara langsung, generasi muda di desa pun lebih bangga menjadi
pengangguran yang bisa main gitar sekedarnya sambil teriak-teriak tidak
jelas (katanya sih nyanyi) dibanding menjadi seorang petani.

Tidak hanya pemudanya, para pemudinya pun di desa-desa ini memimpikan
untuk keluar dari desanya dan berharap mendapatkan pekerjaan di kota atau
bahkan di luar negeri. Cerita mudahnya mendapatkan 'dollar' dari orang
yang sudah pernah ke luar negeri atau keluarganya walaupun ini mungkin
hanya beberapa gelintir saja dari puluhan gelintir yang menjadi TKI di
luar negeri, turut melambungkan impian mereka menjadi lebih indah lagi.
Apalagi dengan propaganda yang dihembuskan berbagai media massa bahwa
mereka adalah 'PAHLAWAN DEVISA' semakin meningkatkan keinginan untuk
mencoba menggapainya. Biasanya para pemudi yang terjerat impian ini lebih
suka berdiam diri di rumah, tidak mau membantu orang tua nya di sawah.
Bahkan di salah satu kampung kecil di Subang dan pasti banyak terjadi juga
di tempat lain, ada petani yang rela menjual sawahnya seharga 17 juta
rupiah untuk membiayai kepergian anak gadisnya menjadi TKW ke luar negeri
dan ternyata menjadi korban penipuan agen tenaga kerja fiktif, uang 17
juta amblas secara bertahap. Tidak kapok dengan raibnya uang ini, anak
petani ini malah merengek lagi agar orang tuanya menjual sisa lahan
sawahnya yang tinggal senilai 4 juta untuk kembali mencoba ikut program
pemberangkatan TKI dengan alasan supaya bisa bekerja dan mengganti uang 17
juta yang dibawa lari agen tenaga kerja fiktif........  Kalau tertipu
lagi? Ya tamatlah sudah keberadaan sumber penghidupan satu keluarga ini.

Keluguan, kepolosan, kurangnya wawasan para petani serta keluarganya dan
juga ketidakpuasan terhadap sektor  pertanian jelas menjadi sebagian
penyebab terjadinya hal tersebut, namun siapa yang peduli dengan kondisi
mereka? Para pemudi yang relatif lebih pemalu lebih suka nonton televisi
di rumah dan malas bersosialisasi sedangkan para pemuda nya yang relatif
tidak punya rasa malu lebih suka hura-hura dengan bernyanyi-nyanyi dan
kumpul-kumpul di warung.

Namun sedikit perubahan dapat terjadi bila ada pemuda kota yang datang ke
desa mereka dan mengerjakan pekerjaan yang sama dengan yang dilakukan oleh
orang tua mereka sebagai petani. Sekali lagi melakukan pekerjaan yang
sama, bukan sebagai penyuluh, pembimbing, penggerak atau sejenisnya.
Ternyata masih ada beberapa pemuda desa yang tergerak untuk mengikuti apa
yang dilakukan oleh pemuda kota lulusan D-3 Manajemen Agribisnis Unpad
yang kabarnya tahun sekarang tidak mendapatkan mahasiswa baru, yang kami
tempatkan di sana sebagai 'petani kontemporer' menggarap lahan yang
digadai dari penduduk setempat seluas sekitar setengah hektar. Para pemuda
desa ini mulai tertarik untuk mengobrol-ngobrol mengenai pertanian dan
sudah mulai mengikuti kegiatan yang ringan seperti panen - suatu hal yang
cukup melegakan dan menggembirakan. Tidak dapat dibayangkan bagaimana
pertanian Indonesia di masa yang akan datang kalau sekarang saja yang
bekerja di sawahnya sudah banyak aki-aki renta berusia 60 tahun-an yang
untuk berjalan dari rumah ke sawah saja butuh waktu yang lama? Sangat
mengenaskan bila sawah-sawah kita dimasa mendatang menyerupai panti jompo
karena tidak ada lagi pemuda yang tertarik untuk terjun ke dunia pertanian
atau berubah menjadi industri pertanian milik asing dengan kuli-kulinya
para pemuda kita.

Rencana tahap selanjutnya yang ingin kami bangun adalah memberikan
percontohan dalam bentuk usaha peternakan sederhana seperti ternak kelinci
atau domba bagi kegiatan para pemudanya. Kemudian akan dicoba juga
pelatihan dan usaha kerajinan rajut dan pembuatan yoghurt bagi para
pemudinya dan tentunya semua hasil usaha mereka ini harus ditindaklanjuti
untuk pemasarannya agar menjadi kegiatan bisnis bagi mereka. Rencana ini
tentu akan bisa berjalan lebih baik lagi dengan dukungan komponen
masyarakat lain baik sebagai fasilitator, sponsor atau donatur sedangkan
dukungan dari program pemerintah masih tidak menjadi harapan daripada
melelahkan dan menyita waktu dalam pengurusannya. Bentuk dukungan misalnya
dapat berupa menitipkan hewan Qurban untuk diurus dan digemukkan oleh para
pemuda disana, dan bentuk partisipasi lainnya. Namun ada atau tidak ada
dukungan dari pihak lain, upaya ini harus tetap dijalankan bila ingin
turut andil dalam menjadikan desa dan sektor pertaniannya agar tetap
menarik dan memiliki nilai ekonomis minimal bagi masyarakat desanya
sendiri.

Salam,

Utju Suiatna
Ganesha Organic SRI

-----------------------------------------
|a|g|r|o|m|a|n|i|a
Online & Terpercaya Sejak 1 Agustus 2000
MILIS: http://tiny.cc/milis
FORMULIR: http://tiny.cc/formulir
BURSA JUAL-BELI: http://tiny.cc/bursa
KIOS PRODUK: http://tiny.cc/kios
KOPERASI: http://tiny.cc/agrokoperasi
INFO: 0 8 1 1 1 8 5 9 2 9 (SMS Only)
-----------------------------------------

Kirim email ke