Yth.Ibu/ Bapak DH! Terima kasih atas pencerahannya. Saya kira akhirat dan dunia tidak bisa dihubungkan spt yang Ibu katakan di email tsb. Masing2 mempunyai hukumnya sendiri2. Bagaimana jadinya kalau hukum di akhirat kita aplikasikan di dunia? Apa yang terjadi? Dan juga kalau kita lihat secara "overall" apakah semua negara2 didunia yang masing2 punya hukum negaranya sendiri akan melaksanakan hukum akhirat? Saya kira suatu hal yang tidak mungkin. Seperti misalnya masalah jujur didalam bisnis? Saya kira terlalu idealis sekali..Mana ada pebisnis yg jujur 100% didunia ini? Sudah syukur kalau mau jujur 80% saja. Masalah sebutan "RIBA" saya kira tidak ada masalah kalau disebut apapun itu. Apalah arti sebuah nama? Dan juga sebutan itu hanya merupakan sebuah bentuk kesepakatan sosial agar masyarakat akan mngerti arti yg kita sebutkan itu. Kalau sikap perbuatan riba yang berlebihan yg harus kita cermati. Bagaimana kalau Bank tidak boleh mengenakan "Bunga" karena mau mematuhi hukum akhirat? Bagaimana dengan karyawan yg bekerja disana?
Salam, BH Sent from my BlackBerry® wireless device from XL GPRS/EDGE/3G network ****************************** Pelaku dan Indeks Komoditi Direktori Agromania Business Club (ABC): penjual dan pembeli jalak putih, penjual dan pembeli jalak turen, penjual dan pembeli jambu, penjual dan pembeli jambu air, penjual dan pembeli jambu biji merah, penjual dan pembeli jambu biji warna putih, penjual dan pembeli jambu bol, penjual dan pembeli jambu kupas. DIREKTORI: http://www.direktoriabc.co.cc FORMULIR: http://www.formulirabc.co.cc INFORMASI: http://www.agromania.co.cc MAILING LIST: http://www.milisabc.co.cc INFO SMS: 0 8 1 1 1 8 5 9 2 9 (SMS ONLY) ****************************** -----Original Message----- From: cut dahlia <[EMAIL PROTECTED]> Date: Sun, 23 Nov 2008 20:22:08 To: <agromania@yahoogroups.com> Subject: Fw: Re: [agromania] Rupiah Pimpin Kejatuhan Mata Uang Asia Dear Moderator, Agaknya sharing pendapat saya tak diloloskan oleh Moderator. Tak apa. Hanya saja kalau memang salah satu tujuan milis ini adalah pencerahan (ilmu yang membawa kebaikan di dunia dan di akhirat kelak), maka saya rasa apa yang utarakan di email tersebut bukanlah sesuatu kebohongan atau hal yang tak bermanfaat. Apalagi jika kita menyebut diri kita sebagai pelaku usaha maka kita pun harus punya ilmu/mau mengetahui dan memahami apa yang sedang terjadi terutama di bidang kehidupan yang kita sebut sebagai usaha perdagangan ini. Untuk itu dapat saya tegaskan bahwa posisi saya adalah ingin menegakkan perdagangan yang jujur, adil dan beradab sebagai perwujudan dari perintah Allah SWT: Allah menyuburkan perdagangan dan mengharamkan riba. Apalagi karena Allah SWT juga menegaskan: Allah dan RasulNya memerangi riba dan para periba!. Saya hanya berusaha mengutarakan apa adanya dan memanggil/menyebut segala sesuatu apa adanya pula. Sudah tiba masanya menyebut interest/bunga bank sebagai riba, misalnya karena jika saya sebut sebagai bunga maka itu suatu usaha mengaburkan kenyataan, apalagi kami mengurus kebun yang menghasilkan bunga (potong). Sungguh sangat berbeda dan tak mungkin sama antara bunga dan riba. Apalagi jika kita mau membaca dengan lebih teliti bagaimana Allah memakai kata 'menyuburkan' untuk perdagangan; istilah tersebut pasti sangat dimengerti dan dipahami siapa pun yang berusaha dibidang pertanian/agro. Kita tak boleh membiarkan diri kita diperdaya oleh siapapun. Karena kelak kita harus mempertanggungjawabkan karunia berupa kehidupan ini sepenuhnya termasuk semua amal/perilaku kita ini. Terima kasih, Wassalam, DH Catatan: nama Cut Dahlia adalah nama Ibu saya yang mengamanahi saya untuk mengurusi alamat email ini. Karena tulisan saya tersebut adalah pendapat saya, maka saya cantumkan nama saya di email tersebut. ~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~ TIPS Pengecekan Reputasi Bisnis di Google Cara 1: Ketik Nama Lengkap (untuk nama spesifik) Cara 2: Ketik Nama dan Nama Kota Cara 3: Ketik Nama dan Komoditi Bisnis Cara 4: Ketik Nama dan Tahun Lahir Cara 5: Ketik Bebera Angka dari Nomor Telepon http://www.direktoriabc.co.cc ~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~ --- On Sun, 11/23/08, cut dahlia <[EMAIL PROTECTED]> wrote: From: cut dahlia <[EMAIL PROTECTED]> Subject: Re: [agromania] Rupiah Pimpin Kejatuhan Mata Uang Asia To: agromania@yahoogroups.com Date: Sunday, November 23, 2008, 10:06 PM Kepada Yth Anggota Agromania, Sekedar berbagi: Informasinya benar dan ada manfaatnya (= kita jadi tahu bahwa nilai rupiah terus turun terhadap dolar AS), tetapi tidak memberikan pencerahan! karena yang dibahas hanya masalah permukaan semata, bukan dasar/sumbernya. Yang pasti sesungguhnya jika hasil usaha/keuntungan (dari berdagang) kita masih terus dinilaikan dengan uang kertas manapun (dollar AS/Singapura, euro, yen, renminbi dll) tetap saja uang/harta kita itu tidak aman karena adanya: 1. Inflasi (=pencurian terselubung): disimpan dimana pun uang kertas selalu akan turun nilai/daya belinya terhadap benda produksi nyata (= ayam, kambing, sapi, palawija, beras, ethanol, metanol, bbm, dll; benda-benda ini tetap bentuk dan tidak berubah nilainya, jadi yang 'seakan-akan bertambah mahal' adalah karena nilai uang kertasnya yang turun!). 2. Nilai tukar antar mata uang yang tidak masuk akal (= sesuai bentuk/asalnya yaitu kertas maka antara mata uang manapun biaya produksi/cetaknya sebenarnya ya sama-sama saja, sehingga sebenarnya tak perlu ada nilai pertukaran yang tidak masuk akal itu). Sebagai info: biaya produksi mencetak selembar uang kertas dollar (dalam semua satuan nilainya; 1, 5, 10, 100) sekitar 0,34 sen dollar (bisa dicek di website the fed). Kalau dilihat dari sisi dagang maka jika selembar kertas dollar itu diberi nilai 1 dollar maka sudah ada untung sebesar = 1 - 0,34 = 0,66 sen dollar. Jika diberi nilai 5 dollar, untungnya 4,66 dollar. Dst. Apalagi jika ditukarkan dengan rupiah! Apalagi mesin cetaknya jalan 24/7! 3. Riba (ini kejahatan sosial yang dilarang oleh semua agama - namun kini nyaris menimpa semua umat manusia). Hasil usaha negeri sekaya Indonesia dengan penduduk (sekitar 200 juta orang) yang bekerja keras (yang malas juga ada tentu saja), kalau pakai hitung2an sulapan seperti di atas jelas masih kalah dibanding hasil usaha sebuah perusahaan milik Bill Gates misalnya! Mohon maaf, selama ketidakadilan/sulapan ini dibiarkan kita semua akan menderita. Bahkan bukan hanya kita, alam semesta pun akan menderita. Situasi yang katanya krisis (k)inipun jelas adalah akibat kecil kejahatan ini. Jalan keluarnya ada: 1. Mata uang yang adil 2. Pasar yang beradab 3. Aturan dagang/usaha yang memelihara kejujuran. Maukah kita berubah? Terima kasih, Salam, Dwito Hermanadi Catatan: Penggunaan contoh dollar dan perusahaan Bill Gates hanya sebagai ilustrasi semata - karenanya keduanya populer. --- On Sat, 11/22/08, tony sapi <[EMAIL PROTECTED]> wrote: From: tony sapi <[EMAIL PROTECTED]> Subject: Re: [agromania] Rupiah Pimpin Kejatuhan Mata Uang Asia To: agromania@yahoogroups.com Date: Saturday, November 22, 2008, 1:44 PM Terimakasih Boss Informasinya sangat bermangpaats. Kita masih cinta NKRI, kalau menitipkan uang di negara tetangga kan nggak apa-apa ya Boss. Itung2 ngurangin beban negara, agar Negara nggak usah menanggung jika terjadi sesuatu yang makin buruk. Saya akan tanya petinggi keuangan di Indonesia , mengenai apa yang harus di perbuat dengan keadaan yang makin memburuk ini. So far pada umumnya masyarakat kita mah masih tenang-tenang aja Boss. Terimakasih dan salam hormat TONY_SAPI http://sapiology. com http://tonysapi. multiply. com ************ ********* ********* Pelaku dan Indeks Komoditi Direktori Agromania Business Club (ABC): penjual dan pembeli delanggu, penjual dan pembeli dendeng, penjual dan pembeli dendeng goreng, penjual dan pembeli dendeng itik, penjual dan pembeli dendeng jantung pisang, penjual dan pembeli dendeng sapi, penjual dan pembeli dendeng sapi lulur dalam. DIREKTORI: http://www.direktor iabc.co.cc FORMULIR: http://www.formulir abc.co.cc INFO: 0 8 1 1 1 8 5 9 2 9 (SMS ONLY) ************ ********* ********* ________________________________ From: riksanagara <riksanagara@ yahoo.com> To: [EMAIL PROTECTED] ps.com Sent: Friday, 21 November 2008 2:09:07 Subject: [agromania] Rupiah Pimpin Kejatuhan Mata Uang Asia Rekan2 Agromania YTH Informasi dibawah saya copy paste,..walaupun tidak langsung berhubungan dengan products agro tapi barangkali bermanfaat untuk rekan2 yang berbisnis di dalam negeri maupun yang ke luar negeri Salam Riksanagara Pengamat Pertanian perikanan dan peternakan ^^^^^^^^^^^^ ^^^^^^^^^ ^^^^^ RUPIAH PIMPIN KEJATUHAN MATA UANG ASIA Rupiah ditutup di atas 12 ribu per dolar Amerika Serikat. JAKARTA -- Nilai mata uang Asia jatuh terhadap dolar Amerika Serikat--nilai tukar rupiah paling rontok. Tujuh dari 10 mata uang yang paling aktif diperdagangkan di Asia, di luar Jepang, melemah. Indeks saham MSCI Asia-Pasifik pun turun 1 persen, terburuk selama tiga pekan terakhir. Berdasarkan data Bloomberg, nilai tukar rupiah pada pukul 17.02 WIB kemarin melemah 2,1 persen ke 12.100 per dolar AS. Rupiah bahkan sempat menyentuh ke level 12.350 per dolar AS, level terendah sejak September 1998. Namun, rupiah kemarin akhirnya ditutup ke 12.190 per dolar AS atau kembali melemah 345 poin dari posisi Selasa lalu yang mencapai 11.845 per dolar. Menurut analis Barclays Plc, Goh Puay Yeong, pertumbuhan ekonomi menjadi perhatian utama pelaku pasar di Asia. "Sehingga ini berpengaruh terhadap mata uang di kawasan," kata Yeong di Singapura. Dia memperkirakan nilai tukar rupiah yang sudah mengalami pelemahan sebesar 20 persen bulan lalu akan menuju ke 12.500 per dolar AS akhir bulan depan. ------------ --------- --------- --------- --------- ----- AGROMANIA BUSINESS CLUB (ABC) INFORMASI: http://www.agromani a.co.cc FORMULIR: http://www.formulir abc.co.cc DIREKTORI: http://www.direktor iabc.co.cc MAILING LIST: http://www.milisabc .co.cc ------------ --------- --------- --------- --------- ----- Ringgit Malaysia juga bernasib sama. Ringgit melemah 0,2 persen ke 3,6087 per dolar AS di Kuala Lumpur. Ringgit mendekati level terendah sejak 2006 karena kekhawatiran pasar akan turunnya permintaan setelah Amerika Serikat, Jepang, dan Singapura memasuki resesi. Padahal ketiga negara itu menjadi negara tujuan utama ekspor Malaysia. "Fundamental ekonomi lemah dan ringgit juga diperdagangkan di atas sentimen (negatif) pasar global," kata Gundy Cahyadi, ekonom IDEA di Singapura. Pertanyaannya, dia menambahkan, sampai seberapa lama atau tahan bank sentral di sana bisa tetap melakukan intervensi ke pasar uang. Mata uang ringgit, yang bersama-sama rupiah terus rontok, kemarin kembali melemah di tengah spekulasi Bank Negara Malaysia membeli ringgit untuk memperlambat depresiasi. Data bank sentral Malaysia menunjukkan cadangan devisa dalam dua bulan terakhir turun US$ 22,4 miliar menjadi US$ 100,2 miliar. Bank sentral melakukan intervensi ke pasar uang melalui pembelian atau penjualan mata uang. Sebaliknya, mata uang yen Jepang justru menguat terhadap dolar AS, di tengah spekulasi industri otomotif Amerika Serikat gagal memperoleh dana talangan. Yen kemarin menguat 96,82 terhadap dolar AS dari penutupan Selasa yang mencapai 97,03. Yen juga menguat menjadi 122,11 per euro dari transaksi sehari sebelumnya yang mencapai 122,43 per euro. Menteri Keuangan Amerika Serikat Henry Paulson dalam rapat dengan Dewan Perwakilan Rakyat menyatakan dana talangan US$ 700 miliar itu tidak ditujukan untuk menolong General Motors Corp, Ford Motor Co, dan Chrysler LLC dari kebangkrutan. Mata uang lainnya, seperti rupee India, dolar Singapura, dan dolar Taiwan, juga melemah terhadap dolar AS. Sedangkan mata uang baht Thailand, dong Vietnam, dan yuan (Renminbi) Cina menguat. Ke krisis 1998 Pada transaksi kemarin, nilai tukar rupiah akhirnya ditutup ke 12.190 per dolar AS atau kembali melemah 345 poin dari posisi Selasa yang berada di 11.845 per dolar AS. Berdasarkan data Tempo, nilai tukar rupiah juga pernah berada di atas 12 ribu, yakni pada 18 Agustus 1998, satu tahun setelah krisis keuangan dan politik melanda Indonesia. Saat itu rupiah ditutup di level 12.427 per dolar AS. Rupiah bahkan sempat ditutup ke 14.555 per dolar AS pada 23 Januari 1998 dan mencapai puncaknya pada 17 Juni di tahun yang sama, ketika rupiah mencapai 16.097 per dolar AS. Bandingkan dengan sebelum krisis, rupiah hanya berada di level 2.363 per dolar AS pada 2 Januari 1997. Kini, selama sepekan terakhir, rupiah kembali bergerak ke level 12 ribu. Treasury Bank Resona Perdania, Lindawati Susanto, mengungkapkan tingkat sensitivitas pelaku pasar saat ini sangat tinggi, sehingga bila ada sentimen negatif, pasar cepat bereaksi. Ini yang membuat rupiah terus tertekan. Kekhawatiran bahwa saat ini adalah awal dari krisis dan bisa saja lebih buruk dari krisis 1997, kata Lindawati, membuat rupiah terus terpuruk. "Situasi ini membuat investor merasa lebih aman pegang dolar." Selain itu, menurut dia, tingginya likuiditas dolar di pasar membuat rupiah melemah mendekati level terendah sejak 18 Agustus 1998. Lindawati memprediksi ke depan rupiah masih akan berada di atas 11 ribu per dolar dan agaknya sulit untuk kembali menguat di bawah 10 ribu per dolar AS. Seorang treasury dari bank asing di Jakarta mengungkapkan krisis sekarang tidak akan seburuk 1997 karena fundamental ekonomi Indonesia kuat dan memiliki tim ekonomi yang solid. Yang diperlukan untuk menjaga rupiah saat ini adalah menjaga situasi yang kondusif. "Jangan lagi ada isu-isu negatif yang bisa menjatuhkan rupiah," katanya. Penjaminan penuh Untuk meredam rumor-rumor negatif yang bisa menekan rupiah, menurut Lindawati, penjaminan dana nasabah 100 persen sepertinya sudah perlu dilakukan. Ini untuk meredam adanya rumor bahwa banyak masyarakat sudah memindahkan uang mereka ke Singapura. Pemberian penjaminan penuh dana nasabah ini juga ditekankan Kepala Ekonom PT Bank Negara Indonesia Tbk A. Tony Prasetiantono. Menurut dia, ketika negara-negara tetangga terdekat, seperti Malaysia dan Singapura, sudah memberikan penjaminan penuh, Indonesia mau tidak mau harus segera melakukan hal yang sama. Kalau tidak, jangan heran kalau sekarang banyak dana dari sini yang sudah terbang ke sana. Pemberian jaminan penuh itu jangan sampai menunggu terlalu lama karena saat ini kondisi perekonomian sudah berdarah-darah. "Kalau sudah lebih berdarah-darah, akan sulit diberi stimulus apa pun," katanya. Apalagi kebijakan penjaminan dana nasabah hingga Rp 2 miliar itu sebenarnya sudah sangat terlambat dan tidak efektif. Pasalnya, menurut Tony, pemerintah hanya memikirkan nasabah yang memiliki dana di bawah sampai Rp 2 miliar saja. Memang persentase nasabah ini sangat besar, 99 persen, dan yang di atas Rp 2 miliar hanya di bawah 1 persen. "Tapi dana yang dimiliki nilainya ratusan triliun rupiah. Dana ini yang sekarang sudah lari ke luar negeri. Ini yang membuat rupiah makin tertekan," ujar Tony. Nasabah yang punya dana triliunan itu sekarang lebih senang memarkir dananya di Singapura, karena negara itu sudah menjamin penuh (100 persen) dana nasabah. Begitu juga Malaysia. "Memang ada kekhawatiran soal moral hazard. Tapi, kalau kondisi sudah pulih, kebijakan ini bisa dicabut lagi. Yang penting sekarang pasar tenang dulu," katanya. Direktur Komersial PT Bank Mandiri Tbk. Zulkifli Zaini juga mengemukakan nasabah yang memiliki dana lebih dari Rp 2 miliar mulai menarik dananya dari bank-bank di dalam negeri. "Pemilik deposito di atas 2 miliar mulai gamang dan memindahkan dananya keluar," kata Zulkifli kemarin. Untuk menghindari pelarian dana yang semakin meningkat, menurut dia, pemerintah perlu melakukan penjaminan penuh. Dengan begitu, deposan dan nasabah akan merasa lebih tenang dan aman menyimpan dananya di dalam negeri. Lembaga Penjaminan Simpanan mencatat total nasabah saat ini 81 juta orang dengan simpanan Rp 1.532 triliun. Sebanyak 99,92 persen merupakan nasabah yang memiliki simpanan di bawah Rp 2 miliar dan hanya 0,08 persen (60 ribu rekening) memiliki dana sekitar Rp 600 triliun. Grace S Gandhi | Viva BK | Eko Nopiansyah | Bloomberg http://www.korantem po.com/korantemp o/koran/2008/ 11/20/Ekonomi_ dan_Bisnis/ krn.20081120. 148565.id. html Yahoo! Toolbar is now powered with Search Assist.Download it now! http://sg.toolbar. yahoo.com/ [Non-text portions of this message have been removed] [Non-text portions of this message have been removed] [Non-text portions of this message have been removed]