Saya bingung dengan pernyataan berikut.1. Kalau tidak pakai uang, trus bagaimana kita mau berdagang? Apakah mau balik ke jaman purbakala, yaitu sistem barter? Mis, kalau lagi laper, pengen makan nasi di warung, kita harus bawa ayam 1 ekor untuk ditukarkan dengan 1 piring nasi dengan lauk. Atau kalau lagi pengen bayarin teman2 satu kantor, harus bawa 1 ekor kambing dulu ? Sangat tidak praktis sekali.
2. Yang ini lebih aku tidak mengerti. Biaya untuk memproduksi uang itu memang harus lebih kecil dari nilai nominal nya. Jika sama saja, bagaimana jadinya... Pemerintah jg tidak bisa sembarangan mencetak uang seenaknya, karena itu dapat berakibat pada penurunan nilai uang di masyarakat. 3. Riba. Kita itu merupakan bagian dari anggota masyarakat international, saling berhubungan. Kalau negara lain ekonominya mengalami penurunan, maka kita pun akan terkena imbasnya, akibat tidak adanya yang mau menampung produksi kita lagi. Satu-satunya yang tidak akan terkena imbas di jaman krisis ini adalah orang yang semua kebutuhan hidupnya di penuhi sendiri dan tidak tergantung dari orang lain. Tp dengan semakin majunya suatu negara / bangsa, maka hal ini tidak lah mungkin. Sebagai contoh, mailis ini membahas tentang bagaimana meningkatkan produksi sehingga bisa di jual ke pihak lain. Nah, kalo negara tujuan eksport tersebut lagi macet ekonominya, mau gak mau kita pun akan terimbas juga, walaupun kita pake sistem ekonomi seperti yang saudara Dwito sarankan. Bisa dijelaskan juga bagaimana sebenarnya mata uang yang adil, pasar yang beradap, non riba ? Kemudian, apakah ada negara lain yang sudah menerapkan sistem ini secara murni, bukan abu-abu. Tolong sebutkan, kali aja kita bisa belajar dari mereka. Kenapa negara kita yang kaya raya sumber daya alam kalah dengan negara lain yang miskin sumber daya. Jawabannya barangkali terletak di sumber daya manusianya. Kalo masih males,. tidak jujur, korupsi dan para pejabat yang mementingkan diri sendiri, maka mau tidak mau kita akan kalah terus dengan negara maju. Salam, Panca ****************************** Pelaku dan Indeks Komoditi Direktori Agromania Business Club (ABC): penjual dan pembeli jagung pipilan kering, penjual dan pembeli jagung segar, penjual dan pembeli jagung tongkol, penjual dan pembeli jahe, penjual dan pembeli jahe emprit, penjual dan pembeli jahe gajah, penjual dan pembeli jahe gajah gelondongan. DIREKTORI: http://www.direktoriabc.co.cc FORMULIR: http://www.formulirabc.co.cc INFORMASI: http://www.agromania.co.cc MAILING LIST: http://www.milisabc.co.cc INFO SMS: 0 8 1 1 1 8 5 9 2 9 (SMS ONLY) ****************************** 2008/11/24 cut dahlia <[EMAIL PROTECTED]> > Kepada Yth Anggota Agromania, > > Sekedar berbagi: > > Informasinya benar dan ada manfaatnya (= kita jadi tahu bahwa nilai rupiah > terus turun terhadap dolar AS), > tetapi tidak memberikan pencerahan! karena yang dibahas hanya masalah > permukaan semata, bukan dasar/sumbernya. > > Yang pasti sesungguhnya jika hasil usaha/keuntungan (dari berdagang) kita > masih terus dinilaikan dengan uang kertas manapun (dollar AS/Singapura, > euro, yen, renminbi dll) tetap saja uang/harta kita itu tidak aman karena > adanya: > 1. Inflasi (=pencurian terselubung): disimpan dimana pun uang kertas selalu > akan turun nilai/daya belinya terhadap benda produksi nyata (= ayam, > kambing, sapi, palawija, beras, ethanol, metanol, bbm, dll; benda-benda ini > tetap bentuk dan tidak berubah nilainya, jadi yang 'seakan-akan bertambah > mahal' adalah karena nilai uang kertasnya yang turun!). > 2. Nilai tukar antar mata uang yang tidak masuk akal (= > sesuai bentuk/asalnya yaitu kertas maka antara mata uang manapun biaya > produksi/cetaknya sebenarnya ya sama-sama saja, sehingga sebenarnya tak > perlu ada nilai pertukaran yang tidak masuk akal itu). Sebagai info: biaya > produksi mencetak selembar uang kertas dollar (dalam semua satuan nilainya; > 1, 5, 10, 100) sekitar 0,34 sen dollar (bisa dicek di website the fed). > Kalau dilihat dari sisi dagang maka jika selembar kertas dollar itu diberi > nilai 1 dollar maka sudah ada untung sebesar = 1 - 0,34 = 0,66 sen dollar. > Jika diberi nilai 5 dollar, untungnya 4,66 dollar. Dst. Apalagi jika > ditukarkan dengan rupiah! Apalagi mesin cetaknya jalan 24/7! > 3. Riba (ini kejahatan sosial yang dilarang oleh semua agama - namun kini > nyaris menimpa semua umat manusia). > > Hasil usaha negeri sekaya Indonesia dengan penduduk (sekitar 200 juta > orang) yang bekerja keras (yang malas juga ada tentu saja), kalau pakai > hitung2an sulapan seperti di atas jelas masih kalah dibanding hasil usaha > sebuah perusahaan milik Bill Gates misalnya! > > Mohon maaf, selama ketidakadilan/sulapan ini dibiarkan kita semua akan > menderita. Bahkan bukan hanya kita, alam semesta pun akan menderita. Situasi > yang katanya krisis (k)inipun jelas adalah akibat kecil kejahatan ini. > > Jalan keluarnya ada: > 1. Mata uang yang adil > 2. Pasar yang beradab > 3. Aturan dagang/usaha yang memelihara kejujuran. > > Maukah kita berubah? > > Terima kasih, > Salam, > Dwito Hermanadi > Catatan: > Penggunaan contoh dollar dan perusahaan Bill Gates hanya sebagai ilustrasi > semata - karenanya keduanya populer. > ~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~ > AGROMANIA (online & terpercaya sejak 1 Agustus 2000) > MILIS: http://groups.yahoo.com/group/agromania > KOMUNITAS BISNIS: http://www.agromania.co.cc > AKTIVITAS: http://ph.groups.yahoo.com/group/agromania/photos > REFERENSI: http://groups.yahoo.com/group/agromania/files/ > EMAIL: [EMAIL PROTECTED] <infokita2%40yahoo.co.id>. > ALAMAT: Jl.Jambu No.53, Pejaten Barat 2, Jaksel 12510 > INFORMASI: 0 8 1 1 1 8 5 9 2 9 (SMS Only) > BERGABUNG: http://groups.yahoo.com/subscribe/agromania > ~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~ > > > --- On Sat, 11/22/08, tony sapi <[EMAIL PROTECTED]<tony_sapi%40yahoo.com.sg>> > wrote: > > From: tony sapi <[EMAIL PROTECTED] <tony_sapi%40yahoo.com.sg>> > Subject: Re: [agromania] Rupiah Pimpin Kejatuhan Mata Uang Asia > To: agromania@yahoogroups.com <agromania%40yahoogroups.com> > Date: Saturday, November 22, 2008, 1:44 PM > > > Terimakasih Boss Informasinya sangat bermangpaats. > Kita masih cinta NKRI, kalau menitipkan uang di negara tetangga kan nggak > apa-apa ya Boss. Itung2 ngurangin beban negara, agar Negara nggak usah > menanggung jika terjadi sesuatu yang makin buruk. > Saya akan tanya petinggi keuangan di Indonesia , mengenai apa yang harus di > perbuat dengan keadaan yang makin memburuk ini. So far pada umumnya > masyarakat kita mah masih tenang-tenang aja Boss. > Terimakasih dan salam hormat > TONY_SAPI > http://sapiology. com > http://tonysapi. multiply. com > > ************ ********* ********* > Pelaku dan Indeks Komoditi Direktori Agromania Business Club (ABC): penjual > dan pembeli delanggu, penjual dan pembeli dendeng, penjual dan pembeli > dendeng goreng, penjual dan pembeli dendeng itik, penjual dan pembeli > dendeng jantung pisang, penjual dan pembeli dendeng sapi, penjual dan > pembeli dendeng sapi lulur dalam. > DIREKTORI: http://www.direktor iabc.co.cc > FORMULIR: http://www.formulir abc.co.cc > INFO: 0 8 1 1 1 8 5 9 2 9 (SMS ONLY) > ************ ********* ********* > > ____________ _________ _________ __ > From: riksanagara <riksanagara@ yahoo.com> > To: [EMAIL PROTECTED] ps.com > > Sent: Friday, 21 November 2008 2:09:07 > Subject: [agromania] Rupiah Pimpin Kejatuhan Mata Uang Asia > > Rekan2 Agromania YTH > > Informasi dibawah saya copy paste,..walaupun tidak langsung > berhubungan dengan products agro tapi barangkali bermanfaat untuk > rekan2 yang berbisnis di dalam negeri maupun yang ke luar negeri > > Salam > > Riksanagara > Pengamat Pertanian perikanan dan peternakan > > ^^^^^^^^^^^^ ^^^^^^^^^ ^^^^^ > > RUPIAH PIMPIN KEJATUHAN MATA UANG ASIA > Rupiah ditutup di atas 12 ribu per dolar Amerika Serikat. > JAKARTA -- Nilai mata uang Asia jatuh terhadap dolar Amerika > Serikat--nilai tukar rupiah paling rontok. > Tujuh dari 10 mata uang yang paling aktif diperdagangkan di Asia, di > luar Jepang, melemah. Indeks saham MSCI Asia-Pasifik pun turun 1 > persen, terburuk selama tiga pekan terakhir. > Berdasarkan data Bloomberg, nilai tukar rupiah pada pukul 17.02 WIB > kemarin melemah 2,1 persen ke 12.100 per dolar AS. Rupiah bahkan > sempat menyentuh ke level 12.350 per dolar AS, level terendah sejak > September 1998. > Namun, rupiah kemarin akhirnya ditutup ke 12.190 per dolar AS atau > kembali melemah 345 poin dari posisi Selasa lalu yang mencapai 11.845 > per dolar. > Menurut analis Barclays Plc, Goh Puay Yeong, pertumbuhan ekonomi > menjadi perhatian utama pelaku pasar di Asia. "Sehingga ini > berpengaruh terhadap mata uang di kawasan," kata Yeong di Singapura. > Dia memperkirakan nilai tukar rupiah yang sudah mengalami pelemahan > sebesar 20 persen bulan lalu akan menuju ke 12.500 per dolar AS akhir > bulan depan. > > ------------ --------- --------- --------- --------- ----- > AGROMANIA BUSINESS CLUB (ABC) > INFORMASI: http://www.agromani a.co.cc > FORMULIR: http://www.formulir abc.co.cc > DIREKTORI: http://www.direktor iabc.co.cc > MAILING LIST: http://www.milisabc .co.cc > ------------ --------- --------- --------- --------- ----- > > Ringgit Malaysia juga bernasib sama. Ringgit melemah 0,2 persen ke > 3,6087 per dolar AS di Kuala Lumpur. Ringgit mendekati level terendah > sejak 2006 karena kekhawatiran pasar akan turunnya permintaan setelah > Amerika Serikat, Jepang, dan Singapura memasuki resesi. Padahal ketiga > negara itu menjadi negara tujuan utama ekspor Malaysia. > "Fundamental ekonomi lemah dan ringgit juga diperdagangkan di atas > sentimen (negatif) pasar global," kata Gundy Cahyadi, ekonom IDEA di > Singapura. > Pertanyaannya, dia menambahkan, sampai seberapa lama atau tahan bank > sentral di sana bisa tetap melakukan intervensi ke pasar uang. > Mata uang ringgit, yang bersama-sama rupiah terus rontok, kemarin > kembali melemah di tengah spekulasi Bank Negara Malaysia membeli > ringgit untuk memperlambat depresiasi. > Data bank sentral Malaysia menunjukkan cadangan devisa dalam dua bulan > terakhir turun US$ 22,4 miliar menjadi US$ 100,2 miliar. Bank sentral > melakukan intervensi ke pasar uang melalui pembelian atau penjualan > mata uang. > Sebaliknya, mata uang yen Jepang justru menguat terhadap dolar AS, di > tengah spekulasi industri otomotif Amerika Serikat gagal memperoleh > dana talangan. Yen kemarin menguat 96,82 terhadap dolar AS dari > penutupan Selasa yang mencapai 97,03. Yen juga menguat menjadi 122,11 > per euro dari transaksi sehari sebelumnya yang mencapai 122,43 per euro. > Menteri Keuangan Amerika Serikat Henry Paulson dalam rapat dengan > Dewan Perwakilan Rakyat menyatakan dana talangan US$ 700 miliar itu > tidak ditujukan untuk menolong General Motors Corp, Ford Motor Co, dan > Chrysler LLC dari kebangkrutan. > Mata uang lainnya, seperti rupee India, dolar Singapura, dan dolar > Taiwan, juga melemah terhadap dolar AS. Sedangkan mata uang baht > Thailand, dong Vietnam, dan yuan (Renminbi) Cina menguat. > Ke krisis 1998 > Pada transaksi kemarin, nilai tukar rupiah akhirnya ditutup ke 12.190 > per dolar AS atau kembali melemah 345 poin dari posisi Selasa yang > berada di 11.845 per dolar AS. > Berdasarkan data Tempo, nilai tukar rupiah juga pernah berada di atas > 12 ribu, yakni pada 18 Agustus 1998, satu tahun setelah krisis > keuangan dan politik melanda Indonesia. Saat itu rupiah ditutup di > level 12.427 per dolar AS. > Rupiah bahkan sempat ditutup ke 14.555 per dolar AS pada 23 Januari > 1998 dan mencapai puncaknya pada 17 Juni di tahun yang sama, ketika > rupiah mencapai 16.097 per dolar AS. Bandingkan dengan sebelum krisis, > rupiah hanya berada di level 2.363 per dolar AS pada 2 Januari 1997. > Kini, selama sepekan terakhir, rupiah kembali bergerak ke level 12 ribu. > Treasury Bank Resona Perdania, Lindawati Susanto, mengungkapkan > tingkat sensitivitas pelaku pasar saat ini sangat tinggi, sehingga > bila ada sentimen negatif, pasar cepat bereaksi. Ini yang membuat > rupiah terus tertekan. > Kekhawatiran bahwa saat ini adalah awal dari krisis dan bisa saja > lebih buruk dari krisis 1997, kata Lindawati, membuat rupiah terus > terpuruk. "Situasi ini membuat investor merasa lebih aman pegang dolar." > Selain itu, menurut dia, tingginya likuiditas dolar di pasar membuat > rupiah melemah mendekati level terendah sejak 18 Agustus 1998. > Lindawati memprediksi ke depan rupiah masih akan berada di atas 11 > ribu per dolar dan agaknya sulit untuk kembali menguat di bawah 10 > ribu per dolar AS. > Seorang treasury dari bank asing di Jakarta mengungkapkan krisis > sekarang tidak akan seburuk 1997 karena fundamental ekonomi Indonesia > kuat dan memiliki tim ekonomi yang solid. > Yang diperlukan untuk menjaga rupiah saat ini adalah menjaga situasi > yang kondusif. "Jangan lagi ada isu-isu negatif yang bisa menjatuhkan > rupiah," katanya. > Penjaminan penuh > Untuk meredam rumor-rumor negatif yang bisa menekan rupiah, menurut > Lindawati, penjaminan dana nasabah 100 persen sepertinya sudah perlu > dilakukan. Ini untuk meredam adanya rumor bahwa banyak masyarakat > sudah memindahkan uang mereka ke Singapura. > Pemberian penjaminan penuh dana nasabah ini juga ditekankan Kepala > Ekonom PT Bank Negara Indonesia Tbk A. Tony Prasetiantono. > Menurut dia, ketika negara-negara tetangga terdekat, seperti Malaysia > dan Singapura, sudah memberikan penjaminan penuh, Indonesia mau tidak > mau harus segera melakukan hal yang sama. Kalau tidak, jangan heran > kalau sekarang banyak dana dari sini yang sudah terbang ke sana. > Pemberian jaminan penuh itu jangan sampai menunggu terlalu lama karena > saat ini kondisi perekonomian sudah berdarah-darah. "Kalau sudah lebih > berdarah-darah, akan sulit diberi stimulus apa pun," katanya. > Apalagi kebijakan penjaminan dana nasabah hingga Rp 2 miliar itu > sebenarnya sudah sangat terlambat dan tidak efektif. Pasalnya, menurut > Tony, pemerintah hanya memikirkan nasabah yang memiliki dana di bawah > sampai Rp 2 miliar saja. > Memang persentase nasabah ini sangat besar, 99 persen, dan yang di > atas Rp 2 miliar hanya di bawah 1 persen. "Tapi dana yang dimiliki > nilainya ratusan triliun rupiah. Dana ini yang sekarang sudah lari ke > luar negeri. Ini yang membuat rupiah makin tertekan," ujar Tony. > Nasabah yang punya dana triliunan itu sekarang lebih senang memarkir > dananya di Singapura, karena negara itu sudah menjamin penuh (100 > persen) dana nasabah. Begitu juga Malaysia. > "Memang ada kekhawatiran soal moral hazard. Tapi, kalau kondisi sudah > pulih, kebijakan ini bisa dicabut lagi. Yang penting sekarang pasar > tenang dulu," katanya. > Direktur Komersial PT Bank Mandiri Tbk. Zulkifli Zaini juga > mengemukakan nasabah yang memiliki dana lebih dari Rp 2 miliar mulai > menarik dananya dari bank-bank di dalam negeri. "Pemilik deposito di > atas 2 miliar mulai gamang dan memindahkan dananya keluar," kata > Zulkifli kemarin. > Untuk menghindari pelarian dana yang semakin meningkat, menurut dia, > pemerintah perlu melakukan penjaminan penuh. Dengan begitu, deposan > dan nasabah akan merasa lebih tenang dan aman menyimpan dananya di > dalam negeri. > Lembaga Penjaminan Simpanan mencatat total nasabah saat ini 81 juta > orang dengan simpanan Rp 1.532 triliun. Sebanyak 99,92 persen > merupakan nasabah yang memiliki simpanan di bawah Rp 2 miliar dan > hanya 0,08 persen (60 ribu rekening) memiliki dana sekitar Rp 600 > triliun. Grace S Gandhi | Viva BK | Eko Nopiansyah | Bloomberg > > http://www.korantem po.com/korantemp o/koran/2008/ 11/20/Ekonomi_ > dan_Bisnis/ krn.20081120. 148565.id. html > > Yahoo! Toolbar is now powered with Search Assist.Download it now! > http://sg.toolbar. yahoo.com/ > > [Non-text portions of this message have been removed] > > [Non-text portions of this message have been removed] > > > [Non-text portions of this message have been removed]