Kahatur Pak Riksanagara. Hanya sekedar intermezo Pak, Sebenarnya kalau kita perhatikan tiga bulan terakhir memang seharusnya rupiah sudah turut jatuh mengikuti pergerakan mata uang regional terhadap USD, tetapi karena tingkat suku bunga BI yang tinggi dan adanya intervensi BI dipasar maka kejatuhan rupiah agak tertahan tetapi pada akhirnya jebol juga. Kebijakan suku bunga BI yang tinggi selama 1 bulan terakhir ini sebenarnya agak aneh, karena tujuan tingginya suku bunga tersebut sebenarnya adalah menahan capital flight tetapi capital flight tetap saja terjadi dan dalam jumlah yang signifikan. Hal demikian terjadi karena sebenarnya uang yang lari keluar negeri tersebut adalah memang "hot money" yang tidak ditujukan untuk investasi jangka panjang, mereka hanya mampir ke Indonesia untuk cari untung begitu merasa sudah tidak mungkin untung ya mereka pasti lari terbirit-birit apalagi rezim devisa kita adalah rezim devisa bebas yang menghalalkan cara-cara seperti itu. Kebijakan bunga tinggi pada dasarnya hanya kebijakan jangka pendek yang mengikuti teori ekonomi klasik ( Keynesian / Monetarian ) sedangkan secara jangka panjang sektor real pasti hancur karena tidak ada modal untuk membiayai usahanya atau biaya modalnya jadi sangat tinggi sehingga harga produk tidak lagi bisa bersaing dengan produk negara lain. Kalau dibicarakan bisa puaanjaaang dan lueebaar nih Pak.
Kita hanya bisa berdoa semoga orang-orang di Amerika bisa merasa menjadi kaya lagi karena jika mereka merasa kaya belanja konsumsinya akan tinggi dan konsumsi amerikalah yang sekarang ini menjadi penggerak terbesar ekonomi dunia. dilain pihak kita juga berdoa biar negara-negara asia bisa bekerja sama dalam konsep yang saling menguntungkan karena sebenarnya sumber daya alam terbesar ada di Asia dan Pasar terbesar juga ada di Asia jadi kedepannya kita bisa bangga sebagai bangsa asia dan "go to hell"-lah bule-bule belegug ti Amerika dan Eropa. Punteun ah pak moderator janteung ngacapruk yeuh. ****************************** Pelaku dan Indeks Komoditi Direktori Agromania Business Club (ABC): penjual dan pembeli durian, penjual dan pembeli durian bangkok, penjual dan pembeli durian berwarna merah, penjual dan pembeli durian cane (thailand), penjual dan pembeli durian montong, penjual dan pembeli ebi, penjual dan pembeli emping. DIREKTORI: http://www.direktoriabc.co.cc FORMULIR: http://www.formulirabc.co.cc INFO: 0 8 1 1 1 8 5 9 2 9 (SMS ONLY) ****************************** riksanagara <[EMAIL PROTECTED]> wrote: Rekan2 Agromania YTH Informasi dibawah saya copy paste,..walaupun tidak langsung berhubungan dengan products agro tapi barangkali bermanfaat untuk rekan2 yang berbisnis di dalam negeri maupun yang ke luar negeri Salam Riksanagara Pengamat Pertanian perikanan dan peternakan ^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^ RUPIAH PIMPIN KEJATUHAN MATA UANG ASIA Rupiah ditutup di atas 12 ribu per dolar Amerika Serikat. JAKARTA -- Nilai mata uang Asia jatuh terhadap dolar Amerika Serikat--nilai tukar rupiah paling rontok. Tujuh dari 10 mata uang yang paling aktif diperdagangkan di Asia, di luar Jepang, melemah. Indeks saham MSCI Asia-Pasifik pun turun 1 persen, terburuk selama tiga pekan terakhir. Berdasarkan data Bloomberg, nilai tukar rupiah pada pukul 17.02 WIB kemarin melemah 2,1 persen ke 12.100 per dolar AS. Rupiah bahkan sempat menyentuh ke level 12.350 per dolar AS, level terendah sejak September 1998. Namun, rupiah kemarin akhirnya ditutup ke 12.190 per dolar AS atau kembali melemah 345 poin dari posisi Selasa lalu yang mencapai 11.845 per dolar. Menurut analis Barclays Plc, Goh Puay Yeong, pertumbuhan ekonomi menjadi perhatian utama pelaku pasar di Asia. "Sehingga ini berpengaruh terhadap mata uang di kawasan," kata Yeong di Singapura. Dia memperkirakan nilai tukar rupiah yang sudah mengalami pelemahan sebesar 20 persen bulan lalu akan menuju ke 12.500 per dolar AS akhir bulan depan. ----------------------------------------------------- AGROMANIA BUSINESS CLUB (ABC) INFORMASI: http://www.agromania.co.cc FORMULIR: http://www.formulirabc.co.cc DIREKTORI: http://www.direktoriabc.co.cc MAILING LIST: http://www.milisabc.co.cc ----------------------------------------------------- Ringgit Malaysia juga bernasib sama. Ringgit melemah 0,2 persen ke 3,6087 per dolar AS di Kuala Lumpur. Ringgit mendekati level terendah sejak 2006 karena kekhawatiran pasar akan turunnya permintaan setelah Amerika Serikat, Jepang, dan Singapura memasuki resesi. Padahal ketiga negara itu menjadi negara tujuan utama ekspor Malaysia. "Fundamental ekonomi lemah dan ringgit juga diperdagangkan di atas sentimen (negatif) pasar global," kata Gundy Cahyadi, ekonom IDEA di Singapura. Pertanyaannya, dia menambahkan, sampai seberapa lama atau tahan bank sentral di sana bisa tetap melakukan intervensi ke pasar uang. Mata uang ringgit, yang bersama-sama rupiah terus rontok, kemarin kembali melemah di tengah spekulasi Bank Negara Malaysia membeli ringgit untuk memperlambat depresiasi. Data bank sentral Malaysia menunjukkan cadangan devisa dalam dua bulan terakhir turun US$ 22,4 miliar menjadi US$ 100,2 miliar. Bank sentral melakukan intervensi ke pasar uang melalui pembelian atau penjualan mata uang. Sebaliknya, mata uang yen Jepang justru menguat terhadap dolar AS, di tengah spekulasi industri otomotif Amerika Serikat gagal memperoleh dana talangan. Yen kemarin menguat 96,82 terhadap dolar AS dari penutupan Selasa yang mencapai 97,03. Yen juga menguat menjadi 122,11 per euro dari transaksi sehari sebelumnya yang mencapai 122,43 per euro. Menteri Keuangan Amerika Serikat Henry Paulson dalam rapat dengan Dewan Perwakilan Rakyat menyatakan dana talangan US$ 700 miliar itu tidak ditujukan untuk menolong General Motors Corp, Ford Motor Co, dan Chrysler LLC dari kebangkrutan. Mata uang lainnya, seperti rupee India, dolar Singapura, dan dolar Taiwan, juga melemah terhadap dolar AS. Sedangkan mata uang baht Thailand, dong Vietnam, dan yuan (Renminbi) Cina menguat. Ke krisis 1998 Pada transaksi kemarin, nilai tukar rupiah akhirnya ditutup ke 12.190 per dolar AS atau kembali melemah 345 poin dari posisi Selasa yang berada di 11.845 per dolar AS. Berdasarkan data Tempo, nilai tukar rupiah juga pernah berada di atas 12 ribu, yakni pada 18 Agustus 1998, satu tahun setelah krisis keuangan dan politik melanda Indonesia. Saat itu rupiah ditutup di level 12.427 per dolar AS. Rupiah bahkan sempat ditutup ke 14.555 per dolar AS pada 23 Januari 1998 dan mencapai puncaknya pada 17 Juni di tahun yang sama, ketika rupiah mencapai 16.097 per dolar AS. Bandingkan dengan sebelum krisis, rupiah hanya berada di level 2.363 per dolar AS pada 2 Januari 1997. Kini, selama sepekan terakhir, rupiah kembali bergerak ke level 12 ribu. Treasury Bank Resona Perdania, Lindawati Susanto, mengungkapkan tingkat sensitivitas pelaku pasar saat ini sangat tinggi, sehingga bila ada sentimen negatif, pasar cepat bereaksi. Ini yang membuat rupiah terus tertekan. Kekhawatiran bahwa saat ini adalah awal dari krisis dan bisa saja lebih buruk dari krisis 1997, kata Lindawati, membuat rupiah terus terpuruk. "Situasi ini membuat investor merasa lebih aman pegang dolar." Selain itu, menurut dia, tingginya likuiditas dolar di pasar membuat rupiah melemah mendekati level terendah sejak 18 Agustus 1998. Lindawati memprediksi ke depan rupiah masih akan berada di atas 11 ribu per dolar dan agaknya sulit untuk kembali menguat di bawah 10 ribu per dolar AS. Seorang treasury dari bank asing di Jakarta mengungkapkan krisis sekarang tidak akan seburuk 1997 karena fundamental ekonomi Indonesia kuat dan memiliki tim ekonomi yang solid. Yang diperlukan untuk menjaga rupiah saat ini adalah menjaga situasi yang kondusif. "Jangan lagi ada isu-isu negatif yang bisa menjatuhkan rupiah," katanya. Penjaminan penuh Untuk meredam rumor-rumor negatif yang bisa menekan rupiah, menurut Lindawati, penjaminan dana nasabah 100 persen sepertinya sudah perlu dilakukan. Ini untuk meredam adanya rumor bahwa banyak masyarakat sudah memindahkan uang mereka ke Singapura. Pemberian penjaminan penuh dana nasabah ini juga ditekankan Kepala Ekonom PT Bank Negara Indonesia Tbk A. Tony Prasetiantono. Menurut dia, ketika negara-negara tetangga terdekat, seperti Malaysia dan Singapura, sudah memberikan penjaminan penuh, Indonesia mau tidak mau harus segera melakukan hal yang sama. Kalau tidak, jangan heran kalau sekarang banyak dana dari sini yang sudah terbang ke sana. Pemberian jaminan penuh itu jangan sampai menunggu terlalu lama karena saat ini kondisi perekonomian sudah berdarah-darah. "Kalau sudah lebih berdarah-darah, akan sulit diberi stimulus apa pun," katanya. Apalagi kebijakan penjaminan dana nasabah hingga Rp 2 miliar itu sebenarnya sudah sangat terlambat dan tidak efektif. Pasalnya, menurut Tony, pemerintah hanya memikirkan nasabah yang memiliki dana di bawah sampai Rp 2 miliar saja. Memang persentase nasabah ini sangat besar, 99 persen, dan yang di atas Rp 2 miliar hanya di bawah 1 persen. "Tapi dana yang dimiliki nilainya ratusan triliun rupiah. Dana ini yang sekarang sudah lari ke luar negeri. Ini yang membuat rupiah makin tertekan," ujar Tony. Nasabah yang punya dana triliunan itu sekarang lebih senang memarkir dananya di Singapura, karena negara itu sudah menjamin penuh (100 persen) dana nasabah. Begitu juga Malaysia. "Memang ada kekhawatiran soal moral hazard. Tapi, kalau kondisi sudah pulih, kebijakan ini bisa dicabut lagi. Yang penting sekarang pasar tenang dulu," katanya. Direktur Komersial PT Bank Mandiri Tbk. Zulkifli Zaini juga mengemukakan nasabah yang memiliki dana lebih dari Rp 2 miliar mulai menarik dananya dari bank-bank di dalam negeri. "Pemilik deposito di atas 2 miliar mulai gamang dan memindahkan dananya keluar," kata Zulkifli kemarin. Untuk menghindari pelarian dana yang semakin meningkat, menurut dia, pemerintah perlu melakukan penjaminan penuh. Dengan begitu, deposan dan nasabah akan merasa lebih tenang dan aman menyimpan dananya di dalam negeri. Lembaga Penjaminan Simpanan mencatat total nasabah saat ini 81 juta orang dengan simpanan Rp 1.532 triliun. Sebanyak 99,92 persen merupakan nasabah yang memiliki simpanan di bawah Rp 2 miliar dan hanya 0,08 persen (60 ribu rekening) memiliki dana sekitar Rp 600 triliun. Grace S Gandhi | Viva BK | Eko Nopiansyah | Bloomberg http://www.korantem po.com/korantemp o/koran/2008/ 11/20/Ekonomi_ dan_Bisnis/ krn.20081120. 148565.id. html [Non-text portions of this message have been removed]