What is moral of the story? Just kidding? Or else?

Best Regards,

Hendro W.

  ----- Original Message ----- 
  From: Ipoul Bangsari 
  To: smu2jombang@yahoogroups.co.uk 
  Sent: Tuesday, August 11, 2009 3:22 PM
  Subject: Re: [smu2jombang] lamaranmu kutolak


    sumber?

  Pada 11 Agustus 2009 14:09, zacky <z_nou...@yahoo.co.id> menulis:

  >
  >
  > Mereka,
  > lelaki dan perempuan yang begitu berkomitmen dengan agamanya.
  > Melalui ta'aruf yang singkat dan hikmat, mereka memutuskan untuk
  > melanjutkannya
  > menuju khitbah.
  >
  > Sang lelaki, sendiri, harus maju menghadapi lelaki lain: ayah sang
  > perempuan.
  > Dan ini, tantangan yang sesungguhnya. Ia telah melewati deru pertempuran
  > semasa
  > aktivitasnya di kampus, tetapi pertempuran yang sekarang amatlah berbeda.
  >
  > Sang perempuan, tentu saja siap membantunya. Memuluskan langkah mereka
  > menggenapkan agamanya.
  >
  > Maka, di suatu pagi, di sebuah rumah, di sebuah ruang tamu, seorang lelaki
  > muda
  > menghadapi seorang lelaki setengah baya, untuk 'merebut' sang perempuan
  > muda,
  > dari sisinya.
  >
  > "Oh, jadi engkau yang akan melamar itu?" tanya sang setengah baya.
  > "Iya, Pak," jawab sang muda.
  >
  > "Engkau telah mengenalnya dalam-dalam? " tanya sang setengah baya
  > sambil menunjuk si perempuan.
  > "Ya Pak, sangat mengenalnya, " jawab sang muda, mencoba meyakinkan.
  > "Lamaranmu kutolak. Berarti engkau telah memacarinya sebelumnya? Tidak
  > bisa. Aku tidak bisa mengijinkan pernikahan yang diawali dengan model
  > seperti
  > itu!" balas sang setengah baya.
  > Si pemuda tergagap, "Enggak kok pak, sebenarnya saya hanya kenal
  > sekedarnya saja, ketemu saja baru sebulan lalu."
  > "Lamaranmu kutolak. Itu serasa 'membeli kucing dalam karung' kan, aku
  > takmau kau akan
  > gampang menceraikannya karena kau tak mengenalnya. Jangan-jangan kau nggak
  > tahu
  > aku ini siapa?" balas sang setengah baya, keras.
  >
  > Ini situasi yang sulit. Sang perempuan muda mencoba membantu sang lelaki
  > muda.
  > Bisiknya, "Ayah, dia dulu aktivis lho."
  >
  > "Kamu dulu aktivis ya?" tanya sang setengah baya.
  > "Ya Pak, saya dulu sering memimpin aksi demonstrasi anti Orba di
  > Kampus," jawab sang muda, percaya diri.
  > "Lamaranmu kutolak. Nanti kalau kamu lagi kecewa dan marah sama istrimu,
  > kamu bakal mengerahkan rombongan teman-temanmu untuk mendemo rumahku ini
  > kan?"
  > "Anu Pak, nggak kok. Wong dulu demonya juga cuma kecil-kecilan. Banyak
  > yang nggak datang kalau saya suruh berangkat."
  > "Lamaranmu kutolak. Lha wong kamu ngatur temanmu saja nggak bisa, kok mau
  > ngatur keluargamu?"
  >
  > Sang perempuan membisik lagi, membantu, "Ayah, dia pinter lho."
  > "Kamu lulusan mana?"
  > "Saya lulusan Teknik Elektro UGM Pak. UGM itu salah satu kampus terbaik di
  > Indonesia lho Pak."
  > "Lamaranmu kutolak. Kamu sedang menghina saya yang cuma lulusan STM ini
  > tho? Menganggap saya bodoh kan?"
  > "Enggak kok Pak. Wong saya juga nggak pinter-pinter amat Pak. Lulusnya
  > saja tujuh tahun, IPnya juga cuma dua koma Pak."
  > "Lha lamaranmu ya kutolak. Kamu saja bego gitu gimana bisa mendidik
  > anak-anakmu kelak?"
  >
  > Bisikan itu datang lagi, "Ayah dia sudah bekerja lho."
  > "Jadi kamu sudah bekerja?"
  > "Iya Pak. Saya bekerja sebagai marketing. Keliling Jawa dan Sumatera
  > jualan produk saya Pak."
  > "Lamaranmu kutolak. Kalau kamu keliling dan jalan-jalan begitu, kamu nggak
  > bakal sempat memperhatikan keluargamu."
  > "Anu kok Pak. Kelilingnya jarang-jarang. Wong produknya saja nggak terlalu
  > laku."
  > "Lamaranmu tetap kutolak. Lha kamu mau kasih makan apa keluargamu, kalau
  > kerja saja nggak becus begitu?"
  >
  > Bisikan kembali, "Ayah, yang penting kan ia bisa membayar maharnya."
  > "Rencananya maharmu apa?"
  > "Seperangkat alat shalat Pak."
  > "Lamaranmu kutolak. Kami sudah punya banyak. Maaf."
  > "Tapi saya siapkan juga emas satu kilogram dan uang limapuluh juta
  > Pak."
  > "Lamaranmu kutolak. Kau pikir aku itu matre, dan menukar anakku dengan
  > uang dan emas begitu? Maaf anak muda, itu bukan caraku."
  >
  > Bisikan, "Dia jago IT lho Pak"
  > "Kamu bisa apa itu, internet?"
  > "Oh iya Pak. Saya rutin pakai internet, hampir setiap hari lho Pak saya
  > nge-net."
  > "Lamaranmu kutolak. Nanti kamu cuma nge-net thok. Menghabiskan anggaran
  > untuk internet dan nggak ngurus anak istrimu di dunia nyata."
  > "Tapi saya ngenet cuma ngecek imel saja kok Pak."
  > "Lamaranmu kutolak. Jadi kamu nggak ngerti Facebook, Blog, Twitter,
  > Youtube? Aku nggak mau punya mantu gaptek gitu."
  >
  > Bisikan, "Tapi Ayah..."
  > "Kamu kesini tadi naik apa?"
  > "Mobil Pak."
  > "Lamaranmu kutolak. Kamu mau pamer tho kalau kamu kaya. Itu namanya Riya'.
  > Nanti hidupmu juga bakal boros. Harga BBM kan makin naik."
  > "Anu saya cuma mbonceng mobilnya teman kok Pak. Saya nggak bisa
  > nyetir"
  > "Lamaranmu kutolak. Lha nanti kamu minta diboncengin istrimu juga? Ini
  > namanya payah. Memangnya anakku supir?"
  >
  > Bisikan, "Ayahh.."
  > "Kamu merasa ganteng ya?"
  > "Nggak Pak. Biasa saja kok"
  > "Lamaranmu kutolak. Mbok kamu ngaca dulu sebelum melamar anakku yang
  > cantik ini."
  > "Tapi pak, di kampung, sebenarnya banyak pula yang naksir kok Pak."
  > "Lamaranmu kutolak. Kamu berpotensi playboy. Nanti kamu bakal
  > selingkuh!"
  >
  > Sang perempuan kini berkaca-kaca, "Ayah, tak bisakah engkau tanyakan soal
  > agamanya, selain tentang harta dan fisiknya?"
  > Sang setengah baya menatap wajah sang anak, dan berganti menatap sang muda
  > yang
  > sudah menyerah pasrah.
  > "Nak, apa adakah yang engkau hapal dari Al Qur'an dan Hadits?"
  > Si pemuda telah putus asa, tak lagi merasa punya sesuatu yang berharga.
  > Pun pada pokok soal ini ia menyerah, jawabnya, "Pak, dari tiga puluh juz
  > saya cuma hapal juz ke tiga puluh, itupun yang pendek-pendek saja.
  > Hadits-pun
  > cuma dari Arba'in yang terpendek pula."
  > Sang setengah baya tersenyum, "Lamaranmu kuterima anak muda. Itu cukup.
  > Kau lebih hebat dariku. Agar kau tahu saja, membacanya saja pun, aku masih
  > tertatih."
  > Mata sang muda ikut berkaca-kaca.
  >
  > Ini harus happy ending, bukan?
  >
  > Lebih Bersih, Lebih Baik, Lebih Cepat - Rasakan Yahoo! Mail baru yang Lebih
  > Cepat hari ini! http://id.mail.yahoo.com
  >
  > [Non-text portions of this message have been removed]
  >
  > 
  >

  [Non-text portions of this message have been removed]



  

[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke