Meuleupahthatleka sandiwara di Acheh sumu hanale sandiwara geulangganglabu, ha ha ha. Djadi bandum hanasalah .meunjemeunan. Meuseubab ukoran njeng djigunakan ukoran "Iekajat Musang", ken kitab Tuhan. Njan meunje mate awak korupsi, meuseunohkheun "almarhum", paken? Kagadeh meuneumat, kagadeh ukoran lagee utoh beh seunipat. Djadi kakloprip. Njeng leubehguralom ureuengkloprippih kheunkloprip keu ureuenglaen. Njan matedileebarodjiteupeuedroedjihsalah.
________________________________ From: Fadli Hasan <fadliha...@yahoo.dk> To: Fadli Hasan <fadliha...@yahoo.dk>; kuta_agal...@yahoo.co.id Cc: acehwa...@yahoo.com; Atjeh Lon Sajang <atjehlonsaj...@yahoo.com.my>; fadlontr...@yahoo.com; kutara...@yahoo.com; h...@teuku.de; warz...@yahoo.com; beuran...@hotmail.com; amnikand...@yahoo.com; husaini54d...@yahoo.com; muzakkir_ha...@yahoo.com; nazar_s...@yahoo.com; te...@aol.com; dj...@streamyx.com; tau...@sirareferendum.org; meurahs...@hotmail.com; JUNISHAR Al <aljunis...@iom.int>; bek_munafek...@yahoo.no; yarmen_dinam...@yahoo.com; rpi...@yahoo.com; rambideunac...@yahoo.com; bujok_p...@yahoo.com; n_nasrud...@lycos.com; universityofwarwickofceulaka <asieu...@yahoo.com>; tang...@yahoo.com; abusi...@yahoo.com; abu_dipeureu...@yahoo.com; Ali Al Asytar <alasytar_ac...@yahoo.com>; sisinga maharaja <sisingamahar...@yahoo.co.uk>; sira_jaringan2...@yahoo.com; tengku_a...@yahoo.com; suhadi_lawe...@yahoo.com; muhammad59iq...@yahoo.com; ndin_armadaputra2...@yahoo.com; acheh_karb...@yahoo.no; saren...@hotmail.com; universityofwarw...@yahoo.co.uk; agambeureu...@yahoo.com; balepan...@yahoo.com.au; Yusra Habib Abd Gani Yusra Habib <yusrahabi...@hotmail.com>; nani_mah...@yahoo.com; Niklin Jusuf <nikju...@yahoo.com>; i...@acehmail.com; cottr...@yahoo.com; reda...@serambinews.com; fai...@brr.go.id; sudir...@brr.go.id; seumangat_newslet...@yahoo.com; albir...@gmail.com; atjeh.p...@hotmail.com; am_...@yahoo.com; ppn_j...@yahoo.com Sent: Sat, November 28, 2009 4:18:23 AM Subject: HANA DJRA2 BANSA ATJEH, KADJIDJAK PEUSIDJUEK PEURAMPOK RAKJAT NJANG MEUKAWEN NGON LONTE DJAWA Puteh Bicara Hakikat Hidup di Tanah Kelahiran 26 November 2009, 12:31 Utama Administrator Disambut tarian ranup lampuan Mantan Gubernur Aceh, Abdullah Puteh, bersama istri Ny Marlinda Abdullah Puteh dan anak didampingi Bupati Aceh Tamiang, Abdul Latief (kiri) disambut tarian ranup lampuan, di halaman SMKN 1 Langsa, Rabu (25/11), Abdullah Puteh melakukan silaturahmi dengan masyarakat Kota Langsa, Aceh Timur , dan Aceh Tamiang, setelah dirinya bebas bersyarat dari Lapas Sukamiskin, Bandung, Jawa Barat SERAMBI/ZUBIRMANTAN Gubernur Aceh, Ir Abdullah Puteh Msi, Rabu 25 November 2009 berada di Langsa dalam rangkaian silaturahmi sekaligus pulang kampung setelah sekian lama menjalani hidup dengan berbagai dinamikanya. Putra Aceh kelahiran Gampong Meunasah Arun, Aceh Timur, 4 Juli 1948 itu, pada 18 November 2009 menghirup udara bebas setelah menjalani 2/3 dari masa tahanan di Lembaga Pemasyarakatan (LP) Sukamiskin. Kehidupan di balik jeruji besi dijalani Puteh setelah pada April 2005 majelis hakim Pengadilan Tipikor memvonisnya hukuman penjara 10 tahun serta denda Rp 500 juta dalam kasus pembelian helikopter Mi-2 Rostov buatan Rusia. Ketika berbicara di hadapan ratusan tokoh masyarakat Aceh Timur di Aula SMK 3 Langsa, kemarin, Puteh meminta agar tidak mendendam dan bisa melupakan orang-orang yang telah menzalimi dirinya. “Mari kita bangun sejarah baru. Saya ingat kisah Sayyidina Ali ketika ditikam oleh Ibnu Muhjam dengan sebilah pedang di kepalanya, tapi Allah menyelamatkan Ali. Banyak sahabat yang mendesak agar membunuh Ibnu Muhjam, namun Ali meminta agar dibawakan Ibnu Muhjam makanan serta susu,†ujar Puteh mengisahkan sejarah sahabat Rasulullah. Puteh mengakui, penjara memang rumah yang tidak menyenangkan. Namun bagi dia penjara telah memberikannya inspirasi baru dan dekat dengan Allah. Alquran juga kini telah menjadi obat (shifa) penenang bagi dirinya. Dalam wawancara khusus dengan Serambi seusai silaturami, Puteh mengaku sangat bersyukur dirinya sukses menjalani ujian Allah. “Saya berpikir positif thingking saja. Allah tidak punya sifat jahat dan sifat menyiksa. Saya dipilih dan dicoba oleh Allah untuk menjalani kehidupan penjara hampir lima tahun. Alhamdulillah saya sehat-sehat saja walau memang agak kurus sedikit,†ujarnya. Puteh juga mengaku sangat berbahagia karena selama dalam penjara dapat menggunakan waktu, meski kaki dirantai tangan diborgol, tapi yang penting otak tetap berjalan. “Program S-3 saya Insya Allah akan selesai dalam bulan Januari atau Februari,†katanya sembari tersenyum kecil. Puteh menuturkan, setelah bebas dari penjara dia merasa tidak takut kepada siapa pun, karena Allah telah memberikannya teman, yakni Asshifa (Alquran). “Jika harus mati kita terima saja. Kalau jabatan saya hilang saya anggap bukan manusia yang ambil, tapi Allah. Saya lihat uang saya diambi KPK, tapi itu Allah yang ambil, karena memang kehendaknya,†tandas putra Alm Tgk Haji Imam Puteh tersebut. Selama di penjara, lanjut Puteh, dirinya lebih dekat dengan Tuhan. Sementara kehidupan ini seperti air yang mengalir. Ketika air dihadang oleh sebuah tembok, maka akan menjadi kolam dan airnya tenang. Ketika itu air akan jernih sampai ke dalam. “Ketika saya tidak beraktivitas, saya bisa melihat fenomena-fenomena. Melihat pemberitaan di berita pemilihan Obama saya ikut dari A sampai Z. Sedangkan informasi dari Aceh, saya ada teman dari Aceh yang kirim Serambi, tapi dikirimnya tiga hari sekali,†ungkapnya. Saat ditanya apa yang dilakukan setelah kebebasannya, Puteh mengatakan, langkah yang pertama adalah menjadikan orang Aceh sebagai saudara kandung dan harus selalu dekat. Ketika disinggung apakah masih ada keinginan untuk terjun ke kancah politik, Puteh menyatakan politik adalah kehidupan. “Seperti yang kita lakukan hari ini, saya ngomong dengan Anda dianggap Allah baik tergantung niat. Kehidupan ini politik, adanya juga pemain politik, ulama juga tapi batasannya macam-macam. Artinya bukan orang yang ikut partai politik saja bisa dikatakan berpolitik,†ujar Puteh. Menurut Puteh, harus dilakukan berbagai terobosan untuk kemajuan Aceh. Dia juga berharap kepada teman-teman yang ada di pemerintahan untuk mengejar ketertinggalan. Kalau hanya untuk menghabiskan APBD, berarti kita sangat ketinggalan. “Pikiran harus mengarah pada kemajuan. Tanpa dunia berkembang tidak ada daerah yang maju. Jepang dan barat maju karena pengusahanya maju. Orang memiliki apa yang mau didagangkan dan dijual. Sedangkan kita mau jual pinang harus kumpul dulu dari kecamatan ini sekian kilo. Ketika orang minta pinang kita tidak ada, ketika orang minta kapal tidak punya kapal, ketika kapal kita beli juga kosong karena kita tidak ada komoditas yang mau diangkut,†katanya. Aceh, menurut Puteh harus menuju kepada tiga ‘TAS’, yaitu kualitas yang baik, komoditas dalam jumlah banyak, dan kontinyuitas. Peusjiuek dan tersanjung Kepulangan Puteh ke tanah kelahirannya benar-benar mencuatkan suasana haru, luapan emosi, dan terkadang air mata. Ucapan selamat, peluk cium, dan salam hormat datang silih berganti ketika acara silaturahmi berlangsung di Aula SMK Negeri3 Langsa. Papan bunga aneka warna berjejer hampir setengah kilometer menuju lokasi kegiatan, di pinggir Jalan Nasional Banda Aceh-Medan. Papan bunga itu berasal dari berbagai kalangan, seperti Bupati Aceh Timur, Aceh Tamiang, Walikota Langsa, para camat, organisasi, profesional, dan berbagai kalangan lainnya. Puteh hadir bersama istrinya, Marlinda Purnomo dan putri bungsu mereka, Raudah. Puteh mengenakan kemeja batik memakai kupiah didampingi Bupati Aceh Tamiang, Drs H Abdul Latif. Sementara Marlinda dan Raudah memakai busana kebaya seragam putih batik didampingi istri mantan Bupati Aceh Timur, Hj Sukiyawati dan istri Bupati Aceh Tamiang, Hj Siti Rahmah. Hentakan musik tradisional mengiringi prosesi penyambutan Puteh. Ketua Panitia Pelaksana, Drs HT Syahril MAP (Mantan Sekda Aceh Timur) melaporkan, acara ini diselenggarakan secara spontanitas oleh warga Aceh Timur yang utuh ketika belum terpisah-pisah antara Aceh Timur, Aceh Tamiang, dan Kota Langsa. Artinya, semua warga ‘Aceh Timur utuh’ dari Simpang Ulim hingga Tamiang Hulu dan Hilir. Mereka menyampaikan rasa hormat dan kerinduan terhadap Abdullah Puteh yang merupakan pemimpin, sahabat, maupun anak dari warga Aceh Timur, Aceh Tamiang, dan Kota Langsa. “Abdullah Puteh sosok putra Aceh Timur yang sudah berbuat banyak untuk pembangunan di daerahnya. Karena wajar bila kehadirannya disambut meriah,†demikian Syahril. Menandai kepulangannya, Abdullah Puteh juga di-peusijuk oleh Tgk Muhammad Jamil Hanafiah (mewawakili ulama Aceh Timur), H Abdullah Zakaria (tokoh masyarakat Aceh Timur), Mayjen Purn TNI M Jali Yusuf (mantan Pangdam Iskandar Muda), dan Cut Bidasari (tokoh wanita Aceh Timur). Di bagian akhir acara, semuanya larut dalam perasaan masing-masing sambil menikmati hiburan lagu-lagu Aceh, zikir, dan atraksi rapa-i daboh.(is/an) > ________________________________ Trænger du til at se det store billede? Kelkoo giver dig gode tilbud på LCD TV!