Refleksi:  Terlepas dari rencana "Hetts Bio Lestari" untuk memakai ular sebagai 
lambang, hematku sebagusnya lambang Garuda diganti dengan ular. Ular dan 
Garuda, kedua-duanya binatang buas. Tetapi, ular lebih ungul, lidah bercabang 
dua, mungkin juga lebih, walahualam. Selain itu juga lihai, diam-diam mangsanya 
sudah diterkam. Di membelit-belit dan berbelit-belit. Sebahagian ular mempunya 
rajun yang dalam ilmu kesehatan disebut neurotoxin dan hemotoxin.

Lidah bercabang dua, tiga etc dalam perumpamaan rakyat dikatakan kepada orang 
yang suka membohong, kalau menipu berbelit-belit alasannya, jadi sesuai dengan 
sifat para pentingi penguasa  Negara Kleptokrasi Republik Indonesia (NKRI). 
Bukankah alasan ular menganti garuda adalah wajar?  hehehehe 

http://www.waspada.co.id/index.php?option=com_content&view=article&id=64857:ular-akan-jadi-salah-satu-ikon-sumut&catid=15:sumut&Itemid=28

            Sunday, 08 November 2009 12:19           
     
      Ular akan jadi salah satu ikon Sumut  
      Warta - Sumut  
      WASPADA ONLINE

      MEDAN - Pengurus penangkaran ular "Hetts Bio Lestari" berencana 
menjadikan hewan yang dianggap mematikan itu sebagai salah satu ikon hewan di 
Provinsi Sumatera Utara.

      Manager Hetts Bio Lestari, Darwis Harahap, di Medan mengatakan, alasan 
mengapa pihaknya berencana akan menjadikan hewan itu menjadi salah satu ikon 
hewan di Sumut, karena di provinsi tersebut sedikitnya terdapat 3.000 jenis 
ular baik yang berbisa maupun tidak.

      "Dari 3.000 jenis ular yang ada di Sumut, baru tiga jenis ular yang kami 
tangkarkan di antaranya ular sawah jenis batik dan jenis gendang, "katanya tadi 
pagi.

      Untuk itu, pihaknya hanya menargetkan 80 persen dari 3.000 jenis ular di 
Sumut kemudian ditangkarkan dan akan dimulai awal tahun 2010 mendatang. 
Penangkaran ular yang terletak di Jalan Namo Pencawir, Kecamatan Medan 
Tuntungan, dibangun sejak tahun 2004 dan saat ini telah memelihara sekitar 700 
ekor ular dengan tujuh spesies.

      Pihaknya akan melakukan kerja sama dengan Pemerintah Provinsi Sumut untuk 
membuat galeri yang menyimpan seluruh ular yang ditangkarkan.

      Bahkan, pihaknya mengaku merupakan satu satunya di Indonesia sebagai 
tempat penangkaran ular berbisa jenis "Tropidolaemus Wagleri" dan telah 
memelihara sekitar 200 ekor yang didapatkan dari Sumut, Kalimantan dan Sulawesi.

      Manager Perternakan Hetts Bio Lestari, Dedi Sumatri, mengatakan, persepsi 
masyarakat mengenal ular sebagai hewan yang menakutkan perlu diluruskan, karena 
tidak semua hewan itu memiliki bisa yang mematikan.

      "Secara awam, ular yang berbisa itu bentuk kepalanya segitiga, sedangkan 
bentuk kepala yang lonjong tidak berbisa seperti ular sawah dan ular lidi," 
katanya.

      Mulanya, ular yang dipelihara di tempat itu untuk memproduksi racun tikus 
yang diambil dari kotoran hewan tersebut. Namun, pihaknya berinisiatif untuk 
menangkar dan memelihara ular yang kemudian dapat dilihat oleh seluruh 
masyarakat.
     

Kirim email ke