http://www.suarapembaruan.com/News/2008/01/29/index.html

SUARA PEMBARUAN DAILY 
--------------------------------------------------------------------------------

Pasca-Soeharto Wafat

Korban HAM di Aceh Minta Haknya Dipulihkan
[BANDA ACEH] Meninggalnya mantan Presiden Soeharto, yang mewariskan 
ketidakpastian status hukum atas berbagai tuduhan pelanggaran yang 
dilakukannya, menuai beragam sikap dari masyarakat di daerah. 

Polarisasi yang menginginkan pemaafan atas Soeharto di satu pihak, dan pihak 
lain yang ingin agar pengusutan pelanggaran hukum atas Soeharto diteruskan, 
meruncing. Ketidaktegasan pemerintah, dituding sebagai penyebab munculnya 
perbedaan sikap di masyarakat. 

Koordinator Solidaritas Peduli Korban Pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) Aceh, 
Ali Zamzami, di Banda Aceh, Senin (28/1), misalnya, mendesak pemerintah tetap 
mengusut pelanggaran HAM yang terjadi di masa penetapan daerah operasi militer 
(DOM), saat Soeharto masih berkuasa. Sebab, banyak korban yang hingga kini 
belum dipenuhi hak- haknya. 

Selain itu juga untuk memberi pelajaran bagi pemimpin bangsa, agar tidak 
mengulangi kesalahan di masa lalu, dan juga untuk mendorong proses 
rekonsiliasi. "Meskipun Soeharto telah tiada, kasus tersebut menjadi tanggung 
jawab negara. Sebab, jika prosesnya melalui jalur pemberian maaf, tidak mungkin 
para pelaku dan orang bertanggung jawab datang ke Aceh untuk menjumpai satu per 
satu korban untuk mintak maaf. Yang terbaik harus dilakukan melalui mekanisme 
hukum yang berlaku," ujarnya. 

Ali menyebutkan, saat ini ada 70.000 korban HAM di Aceh tercatat dalam 
organisasi yang dipimpinnya. Mereka menuntut keadilan agar hak-haknya 
diperhatikan. 

Dekan Fakultas Hukum Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh, Mawardi Ismail, serta 
Rekto IAIN Yusni Sabi, juga sependapat, bahwa masalah HAM dan kemanusiaan lain 
yang terjadi di Aceh di masa Pemerintahan Orde Baru tidak bisa didiamkan begitu 
saja, tetapi harus ada pengungkapan agar keadilan terwujud. "Banyak kasus yang 
terjadi di masa lalu membuat luka dan derita bagi rakyat. Jika masalah ini 
tidak dituntaskan akan berakibat tidak baik dalam perjalanan pemerintahan dan 
kurang dipercaya masyarakat pada masa mendatang," ujar Mawardi. 


Kegagalan Pemerintah 

Secara terpisah, sejumlah kalangan di Jayapura, Papua, berpendapat bahwa Bangsa 
Indonesia tidak bisa menyangkal karya-karya Soeharto, terlepas dari kesalahan 
dan kekurangannya sebagai presiden di masa Orde Baru. Guru Sekolah Alkitab 
Bethel Abepura, Hanna Rumbiak, menyayangkan, di akhir hidupnya status hukum 
Soeharto tidak tuntaskan oleh pemerintah. 

"Ini merupakan bentuk kegagalan pemerintah. Apalagi saat ini Pak Harto telah 
wafat, sehingga sangat tidak pantas untuk melanjutkan proses hukumnya," 
katanya. 

Menurutnya, kontroversi kasus Soeharto merupakan pengalaman berharga bagi 
Bangsa Indonesia. "Jangan dibiarkan sampai sudah di penghujung hayat baru mau 
diproses hukum. 

Untuk itu, kasus Pak Harto merupakan pengalaman sejarah yang tidak boleh 
terulang lagi," ujarnya mengingatkan. 

Samuel Bosway, warga Jayapura, mengaku kehilangan dengan meninggalnya Soeharto. 
Meski demikian tidak memungkiri kejahatan yang dilakukan mantan presiden kedua 
tersebut demikian memilukan bagi masyarakat Papua, serta berbagai komponen 
masyarakat di seluruh Indonesia. "Sebagai manusia kita mengampuni beliau. 
Semoga pengalaman di waktu lalu tidak terulang dan ini menjadi pelajaran 
berharga bagi bangsa Indonesia," ucapnya. 

Sementara itu, berkaitan dengan meninggalnya Soeharto, Pemerintah Provinsi 
(Pemprov) Bengkulu mengimbau para pejabat dan masyarakat mengadakan tahlilan 
atau yasinan selama tujuh hari berturut-turut. "Silakan masyarakat Bengkulu 
menggelar tahlilan untuk mendoakan Pak Harto sebagai wujud penghargaan atas 
jasa-jasa almarhum selama memimpin bangsa ini," kata Wakil Gubernur Bengkulu, 
KH Syamlan. 

Di Makassar, ratusan warga melaksanakan salat ghaib (salat jenazah jarak jauh) 
di Masjid Raya Makassar, Senin (28/1) siang. Hadir dalam acara tersebut 
Penjabat Gubernur Sulsel Achmad Tanribali Lamo dan, Wali Kota Makassar Ilham 
Arief Sirajuddin. Wali Kota mengajak warga Makassar memaafkan 
kesalahan-kesalahan Soeharto dan mengenanng jasa-jasa baiknya selama 32 tahun 
memimpin Bangsa Indonesia. [GAB/147/143/148] 



--------------------------------------------------------------------------------
Last modified: 29/1/08 

Kirim email ke