Dari milis tetangga Sebagai referensi, silakan simak Kilas Balik KRISIS INDONESIA. Apa dan siapa yang menyebabkan terjadinya Krisis Moneter di tahun 97-98? Apakah IMF atau Bank Dunia turut terlibat? Simak videonya yang berhasil dihimpun dan diaplot kembali oleh INDOQVC : Krisis Indonesia Part 1 Krisis Indonesia Part 2 Krisis Indonesia Part 3 Krisis Indonesia Part 4 Krisis Indonesia Part 5 Krisis Indonesia Part 6 Krisis Indonesia Part 7
> INI CUPLIKAN BERITA AKTUAL dari LIPUTAN 6 Presiden Susilo Bambang Yudhoyono tetap mempertahankan tim ekonominya dalam Kabinet Indonesia Bersatu. Padahal, banyak kalangan menilai tim ekonomi saat ini kurang berhasil. Ini dilihat dari masih tingginya angka pengangguran dan kemiskinan, harga kebutuhan pokok yang terus naik, serta investasi yang mandek. Dan banyaknya aliran dana jangka pendek yang masuk ke Asia, termasuk ke Indonesia, dikhawatirkan akan memperburuk perekonomian nasional. Dalam pandangan pengamat ekonomi Drajat Wibowo, sikap Presiden Yudhoyono untuk mempertahankan tim ekonomi itu adalah salah sasaran. Lain lagi pendapat Imam Sugema yang juga pemerhati ekonomi. "Ini kan, kinerja-kinerja yang tidak terbantahkan, " ucap Imam. Jelasnya, menurut Imam, bila Presiden menginginkan reshuffle kabinet berorientasi untuk meningkatkan kinerja, maka yang seharusnya perlu dirombak adalah tim ekonominya [baca: Reshuffle Tak Menyentuh Tim Ekonomi]. Apa pun kritik orang, tim ekonomi tak berubah. Pekerjaan rumah agar tidak terjadi krisis seperti tahun 1997 menjadi agenda penting. Adapun Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menduga potensi krisis masih bisa terjadi dengan derasnya aliran dana yang masuk ke kawasan Asia. Ini dikhawatirkan berdampak serius pada perekonomian Indonesia. Kendati sehari kemudian pernyataan ini diralat Menteri Sri Mulyani setelah dipanggil Presiden [baca: Presiden Memanggil Jajaran Menteri Ekonomi]. Kekhawatiran terjadinya krisis memang masuk akal. Berdasarkan data Bank Indonesia, sekalipun cadangan devisa terbilang aman dan mencapai US$ 49,31 miliar, namun dana asing yang masuk ke Indonesia sebagian besar justru diinvestasikan bukan pada investasi langsung yang dapat menggerakkan sektor riil. Penanaman modal ini diparkir di aset porto folio, seperti suku bunga SBI Rp 45 triliun, surat utang negara Rp 77 trilun, dan saham Rp 5,67 trilun. Dikhawatirkan, dana parkir itu sewaktu-waktu berubah sehingga sangat berisiko mempengaruhi perekonomian. Namun, Gubernur Bank Indonesia Burhanuddin Abdullah menjamin hal itu bisa dikelola. Memang masuknya dana asing membuat nilai tukar rupiah berhasil menembus level Rp 9.000 per dolar Amerika Serikat menjadi Rp 8.970 pada pekan ini. Indeks Harga Sahan Gabungan juga naik dari 13,68 menjadi 2,003 poin [baca: Nilai Rupiah Terus Menguat]. Akan tetapi, indikator ini mungkin hanya berjangka pendek dan tidak menyentuh langsung kepada masyarakat bawah. Dengan kata lain, masyarakat tetap menunggu bukti nyata tim ekonomi mampu menstabilkan kebutuhan pokok maupun mengurangi angka pengangguran dan kemiskinan. --------------------------------- Luggage? GPS? Comic books? Check out fitting gifts for grads at Yahoo! Search.