---------- Forwarded message ---------- From: HKSIS <[EMAIL PROTECTED]> Date: Jan 31, 2007 9:34 AM Subject: [HKSIS] Obama dan Sekolah di Indonesia To: HKSIS-Group <[EMAIL PROTECTED]>
SUARA PEMBARUAN DAILY ------------------------------ TAJUK RENCANA II Obama dan Sekolah di Indonesia [image: B]arack Obama saat ini menjadi salah satu tokoh penting yang disorot dunia perpolitikan Amerika Serikat (AS). Terutama, sejak dia menyatakan secara resmi ikut bersaing mencalonkan diri sebagai Presiden AS pada pemilu November 2008. Ini akan menjadi perjuangan sulit namun penuh tantangan bagi Obama untuk merebut kursi mewakili Partai Demokrat ke pemilu AS tahun 2008 itu. Tantangan yang dihadapinya bukan saja masalah persaingan dengan tokoh-tokoh popular dari partai lainnya, tapi dia harus mengantisipasi kampanye negatif atas dirinya. Dari dalam partainya sendiri pun dia menghadapi calon yang memang sudah jauh lebih popular dibandingkan dirinya. Sebut saja Senator Hillary Rodham Clinton. Popularitasnya bukan saja sebagai istri mantan Presiden AS Bill Clinton, tetapi di mata masyarakat berkulit hitam di AS pun dia termasuk orang yang dikagumi. Dengan kata lain, dengan popularitas Hillary itu memang membuat banyak kalangan mengatakan akan sulit bagi Obama menjadi presiden kulit hitam pertama di AS. Bukan cuma Hillary yang harus diperhitungkan Obama, tetapi mantan calon wakil Presiden John Edwards harus dihadapinya juga. Edwards termasuk politisi yang cukup popular di kalangan masyarakat berkulit hitam. Apalagi kalau pejuang hak-hak sipil yang berkulit hitam, Al Sharpton juga jadi mencalonkan diri sebagai presiden, maka jelas perjuangan Obama akan makin berat. Pada bulan Oktober tahun lalu, sebuah poling yang digelar kantor berita *Associated Press*-Ipsos mengeluarkan hasil bahwa 25 persen masyarakat kulit hitam mendukung Hillary, sedangkan Obama hanya kebagian 10 persen. Sekarang dengan waktu yang hanya tinggal satu tahun sebelum pemilu AS digelar, tampaknya banyak pekerjaan yang harus dirintis oleh Obama. Apalagi dia dinilai sebagai pendatang baru di dunia perpolitikan AS, selain itu masih dianggap belum banyak dikenal oleh para pemilih termasuk dari kulit hitam. Yang pasti memang, menurut para pengamat politik di negeri Paman Sam, dia akan mendapat dukungan dari komunitas kulit hitam, tetapi tidak semua. Sebab ada juga di antara mereka menilai Obama "*too white*". Di sisi lain, tema politik yang dilontarkan oleh Obama, rekonsiliasi dan persatuan nasional, tampaknya tidak menyentuh jelas dengan kepentingan pemilih kulit hitam. Dengan kata lain, banyak pertentangan soal pandangan, pengaruh, atau langkah yang dilakukan Obama menjelang pencalonannya sebagai presiden AS. Banyak pandangan yang kontroversi bahkan bisa pula memojokkannya, termasuk menguak kisah masa kecilnya. Jauh-jauh hari sebenarnya Obama sudah mengansitipsai berbagai serangan atau kampanye negatif atas dirinya. Bahkan sejak awal, sebelum pencalonan dimulai di tingkat partai, kampanye negatif terhadap dirinya sudah dimulai. Menghadapi pemberitaan media memang harus secara dini diantasipasi. Laporan yang disajikan media massa adakalanya provokatif dan berlebihan, termasuk antara lain pengungkapan masa lalu Obama, ketika dia masih bersekolah di Indonesia. Melalui sekolah itu, Obama dituding telah menerima ajaran-ajaran garis keras. Tentu saja, media AS tidak etis menilai dan menyamakan kondisi sekolah di Indonesia pada zaman Obama kecil (sekitar tahun 1969) dengan keadaan sekarang (2007). Apalagi, pemberitaan itu tidak mengecek ulang keberadaan sekolah tersebut. Pemberitaan media semacam itu tentu sangat kita sesalkan, apalagi sistem pelaporannya mengutip media sebelumnya. Ini sangat berbahaya dan merugikan, bukan saja bagi Obama sendiri, tetapi juga Indonesia, yang mau tidak mau namanya teseret akibat pemberitaan negatif tersebut. Tampaknya, kampanye negatif seperti ini sudah menjadi bagian dari politik AS, yang pada dasarnya bukan membangun demokrasi yang sehat, tetapi demokrasi menyesatkan. Publik berkesempatan mengetahui kebenaran berita, bukan sebuah karangan yang penuh kebohongan dan akhirnya merugikan banyak pihak. Akhirnya, Obama akan disibukkan oleh persoalan-persoalan yang dinilainya sebagai kampanye negatif, cerminan kondisi yang tidak sehat di negeri besar seperti AS. Sementara itu, tentu saja kita berharap, diplomat kita di AS tidak tinggal diam dan mengklarifikasi tudingan yang menyesatkan itu. ------------------------------ *Last modified: 29/1/07* __._, _______________ Anda ingin sukses hanya dengan modal Rp. 25.000,- ? Mulailah sekarang juga : http://arisan-10.dollarfactory.biz/?id=5632