http://www.kompas.com/read/xml/2008/11/05/07165921/BI.Rate.Berpotensi.Turun
Kompas.com, Rabu, 5 November 2008 | 07:16 WIB JAKARTA, RABU - Bank Indonesia menilai tekanan inflasi pada masa datang—yang akan dijadikan pertimbangan utama dalam menentukan suku bunga acuan pekan ini—mulai berkurang. Penurunan suku bunga sangat diharapkan pelaku usaha agar tetap bisa bertahan di tengah krisis global. Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia (BI) Miranda Goeltom, Selasa (4/11) di Jakarta, mengatakan, sejumlah indikator menunjukkan bahwa tekanan inflasi, baik yang berasal dari barang impor (imported inflation) maupun dari permintaan domestik mulai turun. "Nilai tukar memang cenderung melemah, tetapi pada saat bersamaan nominal impor juga menurun," kata Miranda. Resultan dari kedua faktor itu cenderung mengurangi tekanan inflasi secara keseluruhan. Miranda menilai permintaan domestik mulai menurun. Salah satunya terindikasi dari melambatnya pertumbuhan kredit pada Oktober 2008 dibandingkan bulan-bulan sebelumnya. Prediksi terhadap inflasi ke depan menjadi pertimbangan utama bank sentral untuk menentukan suku bunga acuan atau BI Rate. Rapat Dewan Gubernur BI untuk menetapkan BI Rate bulan ini rencananya berlangsung pada Kamis (6/11). Faktor lain yang juga dijadikan pertimbangan, antara lain, neraca pembayaran, perbedaan suku bunga (differential interest rate) dengan negara lain, dan pertumbuhan ekonomi. Saat ini level BI Rate sebesar 9,5 persen atau berselisih 8,5 persen dengan suku bunga Bank Sentral AS yang sebesar 1 persen. Ini merupakan selisih tertinggi dalam beberapa tahun terakhir. Level BI Rate juga relatif lebih tinggi dibandingkan negara lainnya. Itu bisa terjadi karena ketika bank sentral negara lain ramai-ramai menurunkan suku bunga untuk memacu sektor riil, BI masih menaikkan BI Rate. Meningginya BI Rate akan mendorong kenaikan suku bunga kredit yang kini telah mencapai rata-rata 14 persen. Kenaikan suku bunga kredit menyiksa sektor riil karena biaya modal meningkat dan daya saing menurun. Padahal, daya saing sangat dibutuhkan saat ini untuk memenangi pasar ekspor yang semakin sempit akibat krisis global. Sektor riil juga sangat diandalkan untuk mendorong perekonomian domestik, menyusul menurunnya kinerja ekspor ke depan. Direktur Utama BRI Sofyan Basir seusai bertemu dengan Wakil Presiden Jusuf Kalla mengatakan, "Paling penting memang tingkat suku bunga harus diturunkan untuk menggerakkan sektor riil kita." (FAJ/HAR) FAJ,OIN ------------------------------------ + + + + + + + Mohon saat meREPLY posting, text dari posting lama dihapus kecuali diperlukan agar CONTEXTnya jelas. + + + + + + +Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/obrolan-bandar/ <*> Your email settings: Individual Email | Traditional <*> To change settings online go to: http://groups.yahoo.com/group/obrolan-bandar/join (Yahoo! ID required) <*> To change settings via email: mailto:[EMAIL PROTECTED] mailto:[EMAIL PROTECTED] <*> To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/