Kasus ibu Prita mengingatkan saya pada salah seorang broker bahana (lupa
namanya). Kejadiannya kira kita 1 tahun lalu. Broker tersebut juga
mengirimkan email ke nasabahnya untuk memperingatkan bahwa ada suatu
bank yang kondisinya mengkhawatirkan. Berita ini kemudian menyebar, dan
dibantah oleh humas BI. Gara gara email tersebut broker tsb ditangkap,
dipenjara, dikeluarkan dari pekerjaannya. Tidak lama kemudian bank yang
dimaksud oleh broker bahana tsb benar benar ditutup oleh pemerintah.
Salah seorang anggota DPR mengatakan, bahwa yang seharusnya ditangkap
adalah humas BI karena dia yang sebenarnya menyebarkan berita bohong.
Broker tersebut akhirnya dibebaskan tetapi tidak dapat memperoleh
pekerjaannya lagi.
Yang menarik dari 2 kejadian keduanya sama sama mengirimkan email,
berita yang diemail benar, sama sama dipenjara, sama sama dibebaskan
tanpa tuntutan.
Yang sangat berbeda dari ke-2 kejadian tsb adalah waktu pengiriman
email. Broker bahana tsb mengirimkan email pada waktu kondisi ekonomi
guncang, bursa saham crash, kebangkrutan lehman. Sedang ibu Prita
mengirimkan email pada waktu akan pilpres, sehingga kasus ini rawan
konflik kepentingan. Bila kasus ini terjadi setelah pilpres, tanggapan
kasus ini mungkin akan berbeda. Mungkin.
Tapi bagaimanapun juga RS OMNI memang sangat sangat arogan, tidak mau
belajar dari kesalahannya sendiri malah menyalahkan orang lain.