Sudah menjadi rahasia umum bahwa dalam setiap kampanyenya, mantan Komandan Jenderal Kopassus ini, selalu menjual isu-isu ekonomi kerakyatan.Apakah bedanya kapitalis dengan kapitalis nasionalis ? Berarti ia mau menjadi konglomerat di Indonesia ? Kalau gitu apa bedanya dengan orba lalu, negara, perusahaan negara seperti punya sendiri. Tanpa ada persaingan, malah lebih berbahaya harga barang pasti bisa menjulang tinggi, karena bisa monopoli disegala bidang seperti zaman lalu. Apakah cukup punya uang untuk berinvestasi, untuk mendongkrak pertumbuhan, padahal kita tahu kasus di Zimbabwe kapitalis asing di usir, rakyat semakin miskin, inflasi selalu New high terbang setinggi langit,mata uangnya seperti uang tepekong, trilyunan perlembar. Saya rasa rakyat semakin pintar buktinya hasil pilleg, hasil quick count, hasil survey menunjukan kemenangan untuk rakyat, koruptor,KKN akan habis digulung KPK, yang menjadi bagian masa lalu,yg sakit hati pasti akan melawan,karena wilayahnya semakin sempit. Yg aneh kog merapat ke Mega, padahal waktu ibu jadi presiden kan banyak jual aset strategis dengan harga obral ke kapitalis asing. Akhirnya yg menang SBY bagian masa sekarang dan yang akan datang.
"Ekonomi kerakyatan tidak anti kapitalisme. Saya ini saudagar, saya kapitalis tapi nasionalis. Hehehe....," ujar Prabowo usai pertemuannya dengan JK di Slipi 2, Jl Ki Mangun Sarkoro, Jakarta, Minggu (26/4/2009). Hal tersebut dia sampaikan menjawab pertanyaan wartawan tentang peluang Jusuf Kalla (JK) selaku bakal capres dari Partai Golkar jika menggandeng Prabowo dari Gerindra sebagai bakal cawapres. Sebab JK yang merupakan saudagar bisa jadi berbeda padangan dalam banyak hal dengan Prabowo yang dikenal penggiat ekonomi kerakyatan.