Kok rasanya agak kurang logis, apa kepentingan BUMI mengundang investor asing 
untuk membeli sahamnya di pasar sekunder? 

Harga yang terjadi di pasar sekunder kan tidak ada pengaruh apapun terhadap 
kondisi perusahaan. Lain kalau BUMI mau right issue, road show-nya bertujuan 
mengundang minat beli para investor atas RI-nya, ya masuk akal. Tapi kalau BUMI 
keluar biaya untuk mengundang investor beli sahamnya di pasar, memang BUMI bisa 
untung kalau para investor itu tertarik beli di BEI, apa management BUMI jadi 
broker saham sekarang?




  ----- Original Message ----- 
  From: Data Saham 
  To: junior_tra...@yahoogroups.com 
  Sent: Friday, March 20, 2009 9:35 AM
  Subject: [obrolan-bandar] BUMI Roadshow Bidik Investor Asing


        BUY BUMI sebelum dibeli  Asing

        Jakarta - PT Bumi Resources Tbk (BUMI) sedang menggelar serangkaian 
pertemuan dengan forum investor di negara-negara barat guna membidik investor 
asing kembali masuk borong saham BUMI di pasar sekunder.

        "BUMI telah menemui lebih dari 20 investment fund di London dalam acara 
Macquarie’s Asean Conference antara 16 hingga 17 Maret 2009," ujar SVP Investor 
Relations BUMI, Dileep Srivastava saat dihubungi detikFinance, Kamis 
(19/3/2009) malam.

        Dileep mengatakan, strategi bisnis perseroan yang dipresentasikan dalam 
pertemuan tersebut mendapat minat besar dari para peserta konferensi. Dileep 
optimitis, irasionalitas pasar akan segera pulih dan kembali mendorong
        investor-investor asing memborong saham BUMI.

        "Kami sangat yakin irasionalitas pasar akan segera pulih dan investor 
akan kembali melihat pada kinerja fundamental BUMI yang kokoh," ujar Dileep.

        Selain di London, BUMI juga sedang mengadakan pertemuan dengan 27 
investor asal New York, Amerika Serikat guna melakukan presentasi strategi 
bisnis fundamental perseroan. Konferensi di New York yang berlangsung mulai 19 
hingga 20 Maret 2009 ini juga digelar oleh Macquarie.

        "Kami juga menemui 27 investor di New York. Secara umum mereka mulai 
melihat secara lebih jernih terhadap kinerja fundamental BUMI," tutur Dileep.

        Dileep mengatakan, pekan depan perseroan juga akan menggelar pertemuan 
dengan sejumlah investor di Hong Kong yang digalang oleh Credit Suisse. Melalui 
serangkaian aksi roadshow ini, perseroan berharap dapat mendorong investor 
kembali melihat kinerja fundamental BUMI ketimbang isu-isu seputar BUMI yang 
hingga saat ini sering dibicarakan.

        Dileep tidak mengatakan secara pasti mengenai adanya komitmen dari 
investor-investor yang telah ditemuinya itu untuk melakukan pembelian masif 
terhadap saham BUMI. Namun ia menyiratkan, sejumlah investor bakal siap 
menanamkan investasnya di saham BUMI, sebagaimana yang dilakukan oleh CLSA 
beberapa waktu lalu.

        Pada 9 Januari 2009, manajemen BUMI menggelar pertemuan dengan sejumlah 
investor di Las Vegas, AS. Pertemuan yang digelar oleh CLSA ini sukses membawa 
investor melakukan pembelian masif atas saham BUMI.

        Pada 19 Februari 2009, sejumlah investor melakukan pembelian secara 
masif sebanyak 81,8 juta saham BUMI di pasar sekunder. Pembelian masif ini 
dilakukan melalui broker PT CLSA Indonesia (KZ).

        Selama dua pekan terakhir, harga saham BUMI memang cenderung menurun. 
Pada perdagangan Kamis (19/3/2009), BUMI ditutup di level Rp 720. Padahal dua 
pekan lalu harga saham BUMI masih di level Rp 800.

        Sebagaimana diungkapkan Dileep, tren penurunan saham BUMI lebih 
disebabkan oleh reaksi pasar atas berbagai isu yang beredar dalam kondisi pasar 
yang sedang irasional, buka disebabkan oleh menurunnya kinerja fundamental BUMI.

        Sejumlah analis sekuritas asing seperti David Chang dari UOB KayHian, 
Andreas BokkenHeuser dari UBS, dan Kenny Sujatman dari Royal Bank of Scotland 
(RBS) memberikan rekomendasi positif atas saham BUMI, terutama mengingat 
kinerja fundamental BUMI yang masih sangat kuat.

        Kenny memasang target harga yang wajar untuk BUMI di level Rp 1.000. 
David memasang target sedikit lebih tinggi di level Rp 1.010. Andreas memasang 
target lebih berani, di level Rp 1.600.

        Menurut ketiga analis tersebut, opini yang berkembang seputar BUMI 
seharusnya tidak dijadikan acuan. Mereka pun melihat bahwa investor sudah mulai 
kembali melihat kinerja fundamental BUMI, ketimbang menunggu hasil keputusan 
regulasi soal rumor negatif seputar BUMI.

        "Kami percaya bahwa menerapkan asumsi yang lebih konservatif misalnya 
mengkaji peningkatkan capex dan beban hutang akan lebih obyektif bagi investor 
dibandingkan dengan menerapkan premi risiko sekedarnya berdasarkan sentimen 
pasar yang sudah terlanjur negatif," kata Andreas.

        Sedangkan David Chang dari UOB menyatakan bahwa sampai saat ini Badan 
Pengawas Pasar Modal & Lembaga Keuangan (Bapepam-LK) tidak mengindikasikan 
pelanggaran hukum dalam akuisisi BUMI atas tiga perusahaan tersebut. David juga 
mengatakan bahwa diskonto yang diterapkan dalam valuasi terhadap saham BUMI 
sudah terlalu berlebihan.

        "BUMI adalah saham yang paling murah di Asia Pacific setelah harga 
sahamnya jatuh lebih dari 90 persen. Price to Earning (PE) ratio BUMI hanya 1,1 
kali, jauh di bawah rata-rata valuasi saham batu bara di Asia Pacific yang 
mencapai 8,7 kali atau 4,7 kali di Indonesia. Padahal BUMI adalah eksportir 
batubara thermal terbesar di dunia," kata David.

        Hampir senada, Kenny mengatakan walaupun 3 akuisisi yang diumumkan BUMI 
telah menimbulkan kontroversi, hal itu tidak meningkatkan premi risiko atas 
BUMI. Kenny menyimpulkan bahwa pasar terlalu fokus kepada sentimen negatif.

        "Laporan yang muncul belakangan ini soal akuisisi BUMI cenderung 
didasarkan pada sentimen emosional ketimbang analisis fundamental," ujarnya.

        Bicara soal fundamental BUMI, David memprediksi perolehan pendapatan 
BUMI tahun 2008 akan mencapai 3,483 miliar, naik 53,77% dibanding tahun 2007 
sebesar US$ 2,265 miliar. Laba bersih BUMI tahun 2008 diperkirakan sebesar US$ 
606,8 juta, naik 91,41% dari laba bersih tahun 2007 sebesar US$ 317 juta (di 
luar transaksi dengan Tata sebesar US$ 472 juta).

        Tahun ini, David memproyeksikan BUMI bakal membukukan pendapatan US$ 
4,27 miliar, naik 22,59% dibanding pendapatan tahun 2008. Laba bersih 2009 
diperkirakan sebesar US$ 804,3 juta, naik 32,54% dari tahun 2008.
       



  

Kirim email ke