http://www.jawapos.co.id/metropolis/index.php?act=detail&nid=34721



[ Senin, 10 November 2008 ] 
Frolin Febiola, Pilih Homeschooling agar Lebih Fokus Meramal 
Berawal dari Sembuhkan Teman Kesurupan 

Masih sekolah, tapi bakat Frolin Febiola dalam meramal cukup menonjol.
Ketika di bangku SMP, dia kewalahan melayani klien. Karena itu,
menginjak jenjang SMA, orang tuanya lebih memilih homeschooling untuk
menyelaraskan pelajaran dan meramal. 

SEKARING RATRI ADANINGGAR 

SAMBIL memejamkan mata, Frolin Febiola menggerakkan kedua tangannya ke
atas. Sore itu, di rumahnya di kawasan Mojo, Surabaya Timur, dia
bermeditasi, membaca prediksi asmara kliennya bernama Fina. Setelah
beberapa saat, Frolin membuka mata dan menjelaskan prediksinya.

Sebelum meramal, klien diminta mengisi formulir. Antara lain, menyebut
nama, tempat tanggal lahir, dan zodiak. Di bawah data pribadi itu, Fina
juga menuliskan data pribadi kekasihnya. Formulir tersebut lantas
diserahkan kepada Frolin. ''Kamu santai saja, saya akan membaca prediksi
nasib asmaramu,'' katanya.

Gadis 17 tahun itu memang dikenal sebagai pembaca nasib. Misalnya,
karir, jodoh, sifat, bakat, ruwatan, pagar diri, hingga mencari barang
hilang. Selain dengan cara meditasi, dia juga meramal dengan cara
melihat gurat mata klien. 

Karena bakatnya yang sangat menonjol itu, ketika memasuki jenjang SMA,
kedua orang tua Frolin lebih memilih homeschooling untuk anak pertamanya
tersebut. ''Tujuannya ya agar saya bisa fokus ke pekerjaan dan
sekolah,'' ujarnya.

Dia merasa metode homeschooling lebih fleksibel. Dengan bobot pelajaran
yang sama dengan sekolah reguler, Frolin hanya perlu waktu dua hingga
tiga jam sehari untuk belajar. Dengan demikian, gadis kelahiran 24
Februari 1991 itu lebih fokus pada setiap pelajaran.

''Kalau homeschooling kan nggak ada pelajaran olahraga atau pelajaran
tambahan lainnya. Jadi, saya bisa lebih fokus pada pelajaran-pelajaran
yang inti saja,'' jelasnya. 

Keputusan untuk memberikan pembelajaran kepada Frolin dengan metode
homeschooling tersebut tidak diambil dengan tiba-tiba. Saat duduk di SMP
Santo Yusuf, Pacet, Mojokerto, teman-teman Frolin berbondong-bondong
datang minta diramal.

Gadis itu ketahuan teman-temannya punya kelebihan ketika berhasil
menyembuhkan temannya yang kesurupan di sekolah. Salah seorang temannya
kemudian secara iseng minta diramal. Ternyata cocok. Sejak saat itu dia
jadi langganan teman-temannya. Karena ramalan Frolin hampir selalu
cocok, dia pun terkenal.

Informasi dari mulut ke mulut membuat Frolin kebanjiran klien. Mulai
adik kelas hingga kakak kelas. Bahkan, tak jarang dari murid-murid
sekolah lain. Jam istirahat sekolah merupakan peak season bagi Frolin.
Demi ramalan, mereka rela antre. Yang tidak sempat ''konsultasi'' hari
itu akan kembali antre keesokannya. 

Awalnya, putri pasangan Hardi Waluyo dan Sari Indarini itu meramal
secara cuma-cuma. Tapi, kliennya tahu diri. Tak jarang mereka
menyelipkan selembar uang. ''Namanya juga masih SMP, uang yang
disisipkan itu hanya Rp 1.000,'' papar Frolin. "Tapi, saya sudah seneng
banget. Begitu pulang, saya biasanya langsung pamer ke orang tua kalau
dapat uang,'' lanjut cewek kelahiran Surabaya tersebut.

Waktu itu keluarganya memang tinggal di Pacet, Mojokerto. Mereka pindah
ke Surabaya sekitar dua tahun lalu. Meski bakatnya mulai mendatangkan
duit, gadis bernama asli Febiola Rindi itu tidak lantas mengomersialkan
jasanya. ''Saya sih terserah klien. Mau dikasih ya terima kasih, kalau
tidak ya nggak papa. Saya sudah seneng bisa bantu orang,'' katanya.

Namun, tidak begitu dengan adiknya, Girinda Wardhani. Dia memang sempat
satu sekolah dengan Frolin di SMP. Ketika Frolin kelas III, Girinda
kelas I. Melihat kakaknya banyak klien, Girinda bertindak sebagai humas
dan pemasaran. Tidak jarang, dia mencarikan klien untuk Frolin.

Selain pandai membentuk jaringan, Girinda juga pandai mengatur strategi.
Jika permintaan membeludak, Girinda menyarankan kepada para klien agar
menulis kasusnya seperti sebuah surat. Kasus-kasus tersebut disampaikan
kepada Frolin.

Keesokannya, surat-surat tersebut sudah mendapat balasan. Namun, bantuan
itu bukan tanpa kompensasi. ''Dia (Girinda) selalu bilang gini kalau
sudah dapat segebok surat dari klien: Nek dapat uang aku yo dikasih
yo,'' ujar Frolin.

Makin lama, Frolin kewalahan melayani permintaan klien. Akibatnya,
prestasi sekolahnya sempat menurun. Konsentrasinya pun terganggu. Ketika
lulus SMP, Frolin pun di-homeschooling-kan.

Bakat Frolin muncul sejak di bangku sekolah dasar (SD). Kala itu, Frolin
kerap berbicara sendiri. ''Dia sering berbicara pada tembok, lemari,
kursi, pokoknya benda-benda mati,'' kenang Hardi Waluyo. Khawatir
terhadap kondisi sang anak, Hardi membawa Frolin ke dokter. Tidak
mendapat hasil, dia berkunjung ke seorang kiai. Tapi, hasilnya sama.
''Mereka semua bilang, anak saya baik-baik saja,'' kata pria berkacamata
itu.

Hardi pun menganggap kebiasaan menyimpang putrinya tersebut sebagai
bagian dari daya imajinasi yang tinggi. Dia mulai menyadari bakat Frolin
ketika putri sulungnya tersebut menyembuhkan orang kesurupan itu.
''Setelah saya melihat sendiri kemampuan Frolin, saya baru sadar, anak
saya seorang indigo,'' tuturnya.

Melihat potensi itu, Hardi mengambil tindakan untuk mengasahnya. Salah
satunya dengan cara homeschooling tersebut. ''Agar dia bisa lebih fokus
pada sekolah dan pekerjaan,'' ungkapnya.

Bukan hanya itu. Dengan bantuan kenalannya yang bekerja di sebuah
stasiun radio di Surabaya, sekitar September 2007, Frolin sempat
mengasuh sebuah program ramal-meramal untuk anak muda. Program bernama
Area Abu-Abu itu sempat melejitkan namanya.

Dari siaran itulah dia menggunakan nama Frolin sebagai nama beken.
Saking tersohornya, segmen yang dibidik melebar. Program yang semula
untuk anak muda ternyata juga diminati orang-orang dewasa. Akhirnya,
program tersebut terpaksa dihentikan.

Kini, Frolin membuka usaha sendiri. Tak hanya membidik anak muda, tapi
umum. Dia mengaku senang punya usaha seperti itu. Namun, tak jarang pula
dia mendapat kasus aneh. Salah satunya, pengusaha wanita langganannya.

Karena sudah cocok dengan ramalan Frolin, klien itu tak segan minta
bantuan untuk hal-hal sepele. ''Misalnya, dia baru saja pakai kacamata,
terus lupa naruh di mana. Dia langsung telepon saya, Fro, kacamata saya
di mana ya,'' ujar Frolin lantas tersenyum. (cfu)



Boleh juga tuh, besok saya mau coba ah datengin rumahnya...



Kirim email ke