Setelah membaca tulisan saudara Masrianto, ternyata benar sekali analisanya terhadap syariat yang sedang berlangsung di Acheh. Memang ada pihak yang belum memahami syariat Islam secara filosofis. Sepertinya mereka hanya memiliki semangat syariat sementara hakikat syariat yang diaplikasikan Rasulullah tidak dipahaminya. Ini semua berpunca pada ketidakmaampuan mereka mengkritisi sejarah paska Rasulullah. Memang disinilah persoalan muncul. Kalau kita tidak memahami sejarah yang sesungguhnya paska Rasulullah pasti melenceng dalam memahami syariat Islam. Al Qur-an saja tidak cukup untuk memahami Islam konon pula kalau kita tidak mampu memahami mana Hadist yang benar-benar berasal dari Rasulullah dan mana Hadist yang telah dipalsukan.
Al Qur-an adalah bagaikan buku resep pengobatan dimana tanpa Dokter gak dapat dimanfaatkan secara efektif bahkan dapat membahayakan diri pasien sendiri. Qur-an mengandung ayat Muhkamat dan juga ayat Mutasyabihat. Mengandung arti tersurat dan juga mengandung arti yang tersirat. Justru itu membutuhkan "Dokter" specialisnya untuk tidak melenceng dari maksud Allah yang sesungguhnya.Untuk dapat memaahami Islam secara benar, kita harus mengenal persis "Para Dokter Spesialis" agar tidak salah makan obat. Satya yakin apa yang saya katakan ini tidak dipahami oleh orang-orang yang tidak mengenal Dokter spesialis yang kumaksudkan. Tinggallagi efeknya bakal ada pihak yang menggelarkan dialog antara duakutup yang belum ketemu itu. Konon di Unsyiah sudah mulai digelar dialog secara transparan. Ini info dari sahabat yang pernah mengikuti dialog tersebut. Icut yang sepertinya belum memahami apa yang ditulis saudara Masrianto sebaiknya mempelajari dulu apa itu Syiah Imamiah 12 atau Mazhab Jakfari. Kalau tidak anda akan emosi kalau tidak prustasi ketika berhadapan dengan orang macam saudara Masrianto. Saya Alasytar adalah orang Sunni tapi alhamdulillah dengan usaha dan doa, menemukan kebenaran Syiah walaupun disekelilingku takseorangpun pengikut Syiah. Malah semua mereka meyakini bahwa Syiah itu sesat. Ini adaalah akibat mursyit yang ditanam para gurunya ketika mereka belajar di pasangtren-pasangtren Acheh. Kalau saya paparkan sejarah saya menemukan kebenaran Syiah sepertinya tidak mungkin. Orang macam Masrianto pada kebanyakan menemukannya setelah belajar di Qum, kota kelahiran Imam Khomaini. Jadi perlu saya garis bawahi bahwa kita perlu mempelaajari kedua mazhab itu sebelum berdialog. Kalau tidak pasti tidak ketemu kebenarannya. Yang muncul hanya permusuhan, he he he Saya ketawa geli ketika ada pihak yang mengatakan ketentuan Ijtihat bahwa mendapat 2 pahala kalau benar dan mendapat 1 pahala kalau salah. Inilah yang cukup berbahaya dalam memahami Agama. Dengan keyakinan seperti ini siapapun terbius untuk berijtihat. Padahal tidak semabaarangaan orang dapat berijtihad. (alasytar, Acheh - Sumatra) ________________________________ From: MUSTAFA BAMBI <mustafa_ba...@yahoo.dk> To: ia...@yahoogroups.com Sent: Sunday, July 19, 2009 3:17:39 PM Subject: Re: Bls: [IACSF] Masrianto: Syariat NAD versus Tuhan penggemar SBY ,,rupanya,,sorry aku telah tusuk idola mu --- Den søn 19/7/09 skrev mutia aceh <cut_mutia_putri@ yahoo.com>: >Fra: mutia aceh <cut_mutia_putri@ yahoo.com> >Emne: Re: Bls: [IACSF] Masrianto: Syariat NAD versus Tuhan >Til: ia...@yahoogroups. com >Dato: søndag 19. juli 2009 12.22 > > > >Cut tidak menganggap pemikiran seperti ini baru. Semua intelek muslim yang >munsif juga tahu pemikiran seperti tulisan Masrianto adalah basi. Hanya saja, >baru-baru ini saja mereka melek dan menyerang media Aceh. Sangat ketinggalan >jaman. Tidak hanya masrianto, ada beberapa penulis yang memang ingin >menyebarkan paham sekular, sekular, syiah, dll di media-media Aceh. Jadi >membantah tulisan seperti ini adalah wajib fardhu kifayah. Jika tidak ada >orang, maka fardhu ain bagi yang tahu. Karena bila tidak, bisa jadi orang aceh >ada yang akan meragukan agamanya sendiri. > >Terus, melalui tulisan seperti ini, cut ingin menyampaikan sebuah amanat yang >harus sama-sama kita ingat, yaitu bertanya pada diri setiap menuliskan >sesuatu, "UNTUK APA SAYA MENULIS TULISAN INI?" pertenyaan inilah yang harus >ada pada setiap kita. > >Karena konsep hidup di dunia ini ada dua, yaitu "Inkana tha'atan, yuhasib, >wainkana ma'shiatan, yu'aqib. (Pertama: > Jika yang kita lakukan adalah ketaatan, maka kita akan dihisab; apakah > ketaatan yang kita lakukan sudah sempurna atau tidak? apakah kita > melakukannya dengan iklas atau tidak, dan hisab2 lainnya. Kedua, jika yang > kita lakukan maksiat atau kesalahan, maka konsekuensi pastinya, kita akan di > iqab (mendapat hukuman dari Allah, baik dunia maupun akhirat). > >Maka sungguh rugi jika menulis tanpa memperhatikan efek dari tulisan kita >dunia akhirat. Bila tulisan kita mengajak orang pada ketaatan, tulisan itu >akan diperiksa dulu oleh Allah, apakah dia iklas atau tidak. Sedangkan bila >tulisa kita mengajak pada keburukan, hanya ada satu imbalan, yaitu hukuman. > >Sebut saja contoh lain di milis ini, yang lumayan baru ada tulisan Mustafa >Bambi. Ia menulis, SBY itu bodoh, dengan berbagai argumen singkatnya. Oke, >tulisan Mustafa bisa jadi benar, tapi icut mau bertanya, untuk apa dia >menulisnya? apakah hanya untuk sekedar menghujuat seseorang?? setelah itu puas? > Cut tidak sama sekali membela SBY. Tapi kita harus benar-benar menjadikan > tulisan kita itu bermanfaat, bisa dipertanggungjawabk an dunia akhirat. > Karena biasanya, menghujat hanya dilakukan oelh orang2 yang tidak intelek. > >Wasalm > > >--- On Sun, 7/19/09, masthur yahya <ampo...@yahoo. com> wrote: > > >>From: masthur yahya <ampo...@yahoo. com> >>Subject: Re: Bls: [IACSF] Masrianto: Syariat NAD versus Tuhan >>To: ia...@yahoogroups. com >>Date: Sunday, July 19, 2009, 1:11 AM >> >> >> >>Cut,..seperti komentar singkat saya sebelumnya, di "tempat" lain >>kegemaran/tren berfikir "beda" seumpama ini sudah lama ada (jungkir balik >>sudah ditanggapi), sudah jenuh, lalu berhenti pada kesimpulan masing-masing. >>Dan Islam/syari' at juga masih tetap diamalkan versus Tuhan hingga pagi >>ini,tak lekang dan tidak juga berubah sesuai alur fikiran seumpama Masrianto, >>dll (yang sedang memiliki mood luar biasa tinggi untuk mengikuti jejak >>penulis2 sebelumnya; mungkin setelah membaca buku,membaca opini,ikut diskusi >>terkait...lalu timbul inspirasi yang masif untuk segera mempublis). Perasaan >>itu sangat manusiawi, karena salah satu sifat manusia adalah gemar meniru >>perbuatan,suasana yang dominan. Apalagi bila ada yang memberi respon. >>Sebagaimana di tempat-tempat lain, pemikiran seumpama itu akan >>"berhalusinasi" dengan euforia si penulis sendiri plus hayalan betapa nanti >>orang-orang akan memberi applaus terhadap penampilan tulisannya tersebut, >>hahaha...,dan selanjutnya akan jenuh pada masanya. jadi saran Cut Meutia >>pasti akan dianggap naif, picik oleh "halusinasi- halusinasi" orang serupa, >>tapi...ada bagusnya juga, untuk menemani mood, talenta saudar-saudar kita >>yang baru muncul, sedang melatih, mereview apa yang baru dibaca dari >>pendahulunya >> >>--- On Sun, 7/19/09, mutia aceh <cut_mutia_putri@ yahoo.com> wrote: >> >> >>>From: mutia aceh <cut_mutia_putri@ yahoo.com> >>>Subject: Re: Bls: [IACSF] Masrianto: Syariat NAD versus Tuhan >>>To: ia...@yahoogroups. com >>>Date: Sunday, July 19, 2009, 4:35 AM >>> >>> >>> >>> >>> >>>Ada beberapa kekeliruan pemikiran pada Masrianto. Bisa jadi karena latar >>>belakang keilmuan dan lingkungan. Bicara syariat Islam itu tidak cukup >>>dengan sekedar peminat masalah agama dan filsafat, tapi butuh ilmu dan amal. >>>Dan sebelum menuntut ilmu dan kemudian mengamalkannya, yang paling penting >>>sebelum itu adalah akhlak. Sebut saja seorang yang ingin belajar pada imam >>>malik, beliau tidak mengajarkannya kecuali setelah 18 tahun membimbing >>>akhlak para penuntut ilmu itu. setelah itu baru ilmu. >>> >>>Tidak usah jauh-jauh mendiskusikan beberapa poin pada tulisan Masrianto, >>>tulisannya saja telah menunjukkan adanya krisis akhlak. Ia menulis judul, >>>"Syariat Vs Tuhan." Judul2 seperti ini sering digunakan orang sekuler untuk >>>menggoyahkan syariat Islam di Aceh. >>> >>>Seharusny Masrianto bertanya sebelum menulis, "Untuk apa aku menulis opini >>>ini?" bila ia ingin menegakkan syariat Islam di aceh dengan tulisannya, ini >>>tentunya tidak >>> tercapai, karena ia hanya menulis sebatas bahwa syariat Islam di aceh >>> bertentangan dengan fitrah. Bila ia ikhlas menegakkan berjuang untuk >>> syariat Islam, seharusnya ia memberi solusi, bukan hujatan. Ehna Nahkum >>> bi zawahir. >>> >>>Jika apa yang dilakukan oleh MPU selama ini dianggap masrianto bertentangan >>>dengan fitarah dan tuhan, ITU SALAH BESAR, karena konsep ijtihad adalah, >>>jika benar maka dapat dua pahala, dan jika keliru dapat 1 pahala. Itu di >>>pihak yang berijtihad. Sedangkan dipihak pengamat seperti Masrianto, >>>seharusnya menghormati ulama. Tidak mengatakan bahwa apa yang dilakukan >>>ulama selama ini bertentangan dengan fitrah dan Tuhan. Ini sama saja dengan >>>menghujat. >>> >>>Usul cut, jangan lagi lah si Mas membaca buku2 syiah. cut takut si mas jadi >>>mudah menghujat orang, sebagaimana orang2 syiah menghujat para sahabat yang >>>telah dijamin masuk surga! >>> >>>--- On Sat, 7/18/09, alkaf nurcholis >>> <nurcholis_alkaf@ yahoo.co. id> wrote: >>> >>> >>>>From: alkaf nurcholis <nurcholis_alkaf@ yahoo.co. id> >>>>Subject: Bls: [IACSF] Masrianto: Syariat NAD versus Tuhan >>>>To: ia...@yahoogroups. com >>>>Date: Saturday, July 18, 2009, 5:25 PM >>>> >>>> >>>> >>>>Memangnya kenapa kalau di tempat lain sudah lama? >>>> >>>> >>>> >>>> ________________________________ Dari: masthur yahya <ampo...@yahoo. com> >>>>Kepada: ia...@yahoogroups. com >>>>Terkirim: Jumat, 17 Juli, 2009 16:12:04 >>>>Judul: Re: [IACSF] Masrianto: Syariat NAD versus Tuhan >>>> >>>> >>>>di tempat lain sudah lama, disini dianggap suasana baru >>>> >>>>--- On Fri, 7/17/09, reza idria <eza_guevararino@ yahoo.com> wrote: >>>> >>>> >>>>>From: reza idria <eza_guevararino@ yahoo.com> >>>>>Subject: [IACSF] Masrianto: Syariat NAD versus Tuhan >>>>>To: ia...@yahoogroups. com >>>>>Date: Friday, July 17, 2009, 4:00 PM >>>>> >>>>> >>>>> >>>>> >>>>> >>>>>Saya rasa tulisan di bawah ini satu formulasi pikiran dan argumen yang >>>>>bagus dari Masrianto, patut jadi bacaan bersama. >>>>> >>>>>salam, >>>>> >>>>>Reza Idria >>>>> >>>>>dikutip dari: http://www.serambin ews.com/news/ menanggapi- >>>>>tulisan-saudara- m-yusran- hadi-syariat- tidak-versus- tuhan >>>>> >>>>>Menanggapi Tulisan Saudara M Yusran Hadi; Syariat “Tidak” versus T >>>>>Oleh Masrianto >>>>>17 July 2009, 08:09 Opini Administrator >>>>>TANGGAPAN Muhammad Yusran Hadi, Lc (saya singkat:MY) atas tulisan saya >>>>>(opini Serambi, 29 Mei 2009), semakin memperkuat kesadaran pentingnya para >>>>>pelajar memberi perhatian pada isu sentral kaum mufassirun. Apakah >>>>>pemahaman atas sebuah teks berporos pada penafsir atau pada pemilik teks? >>>>> >>>>>Mazhab pertama berkeyakinan penafsir boleh memahami secara bebas atas >>>>>seluruh teks yang ditemuinya (mufassir mihwari), dan mazhab kedua >>>>>mengatakan pemilik teks-lah poros atau pihak paling berhak atas pemahaman >>>>>teks-teks yang diciptakannya (muallif mihwari). MY sepertinya bagian dari >>>>>mazhab pertama, sehingga merasa berhak leluasa menafsirkan teks artikel >>>>>saya. >>>>> >>>>>Padahal saya tidak sedang mempertentangkan syariat Islam dengan Tuhan. >>>>>Yang saya kritisi adalah penerapan syariat Islam di Aceh yang tidak sesuai >>>>>dengan kehendak Tuhan. Sebagai pemilik teks bukan kah saya lebih berhak >>>>>atas pemahamannya? Atau hak saya hilang sejak teks >>>>> ciptaan saya dibaca oleh MY? >>>>> >>>>>Jika penafsir boleh bebas, maka tentu pengetahuan tidak membutuhkan >>>>>hermeunitik, linguistik, dan disiplin ilmu bahasa lainnya. Padahal >>>>>ilmu-ilmu itu dikembangkan supaya membantu penafsir agar dapat menemukan >>>>>maksud pemilik teks dari pilihan bahasa, kata, susunan, dan kaedah-kaedah >>>>>yang digunakannya. Selebihnya, empat hal tersisa dari tanggapan MY yang >>>>>patut didiskusikan lebih serius. Saya akan coba jawab dengan santun, tapi >>>>>argumentatif. >>>>> >>>>>Pertama, mengapa terlalu rumit bagi MY membedakan syariat Islam dengan >>>>>syariat NAD? Syariat NAD adalah empat aturan syariat tentang maisir, >>>>>khamar, khalwat (qanun no 12, 13, 14 Tahun 2003), dan akidah (no 11 Tahun >>>>>2002). Syariat Islam adalah seluruh ahkam syar’iyah, disimpulkan dari >>>>>dalil-dalil bersumber dari Alquran dan hadis. Keduanya sangat berbeda. >>>>>Syariat NAD jelas aneh, orang-orang berzina dihukum dengan qanun khalwat >>>>>dengan 9 - 3 kali (Pasal 22 ayat 1 qanun 14 Tahun >>>>> 2003). Sepanjang sejarah penerapan Syariat Islam masa kenabian Muhammad >>>>> saw, tidak terdapat penghukuman cambuk atas pelaku khalwat, kecuali >>>>> pelaku zina. >>>>> >>>>>Syariat “NAD” memang bersumber dari dirinya sendiri. Dengan memahami >>>>>secara baik perbedaan syariat NAD dengan syariat Islam, akan memudahkan MY >>>>>mengetahui para pengkritik selama ini berasal dari orang-orang peduli >>>>>penuh harap pada masa depan syariat Islam di Aceh.Kita mengkritisi syariat >>>>>“NAD” bukan syariat Islam. >>>>> >>>>>Kedua, saya tidak tahu bagaimana MY memahami konsep fitrah. Karena MY >>>>>tidak mendefenisian konsep fitrah, melainkan langsung menyatir surat >>>>>ar-Rum ayat 30 dan hadits Nabi tentang hal tersebut. MY tidak membangun >>>>>justifikasi bagi jalannya syariat Islam di Aceh sesuai dengan syariat atas >>>>>dasar tuntutan fitrah. Ini akan rancu di saat MY menentang klaim saya >>>>>terhadap syariat Islam Aceh tidak sesuai dengan fitrah dan kemauan Tuhan. >>>>> >>>>>Dalam tulisan terbatas ini, saya >>>>> langsung pada konsep fitrah dan pemaknaan istilahnya. Fitrah adalah >>>>> komposisi primordial penciptaan manusia, sesuai dengan alasan eksistensi >>>>> dan tujuan manusia diciptakan. Agama diturunkan untuk memandu fitrah >>>>> manusia menemukan realisasi yang tepat bagi tuntutan fitrahnya. Manusia >>>>> menalar hukum sebab-akibat, akalnya tidak bisa menerima suatu fenomena >>>>> tanpa kejelasan sebab-akibat yang berlangsung atasnya, bisa sebagai >>>>> contoh rujukan bagi tuntutan fitrah. Juga seperti penjelasan MY - yang >>>>> saya sepakati - bahwa penghambaan dan penyembahan adalah tuntutan fitrah. >>>>> Dasarnya, kesadaran fitri manusia mengetahui bahwa eksistensinya >>>>> senantiasan bergantung pada selainnya (al imkan al fakkir), dan petunjuk >>>>> agama serta akal manusia menemukan sebab hakiki bagi eksistensinya yang >>>>> senatiasa kuasa dan mengucurkan anugerah. >>>>> >>>>>Dalam kaitan itu, syariat Islam di Aceh, saya katakan tidak sesuai >>>>>tuntutan fitrah, adalah penerapan hukum diadopsi secara terbatas dan >>>>> tereduksi, sebagaimana telah disinggung pada paragraf tujuh tulisan ini. >>>>> Itulah yang kita maksud model syariat yang tidak diperlukan, bukan >>>>> menolak syariat secara esensial bertolak belakang dengan fitrah. >>>>> >>>>>Terkait “syariat adalah panduan cara berterimakasih pada Sebab Pertama,” >>>>>MY menyodorkan bantahan dengan mendangkalkan pemaknaan terma tersebut. >>>>>“Terima kasih” dipahami MY layaknya penuturan sehari-hari masyarakat, >>>>>tidak konsisten dalam aplikasi, cukupkan dengan pernyataan seperti “terima >>>>>kasih telah...” atau “terimakasih karena...”. Tidak demikian makna “terima >>>>>kasih” pada tulisan saya sebelumnya, ia berpadan dengan syukur dan >>>>>konsistensinya untuk selalu menghargai anugerah eksistensi dari Zat >>>>>Yangmaha Mutlak, senantiasa tidak terputus, emanatif dan causa efficient >>>>>(sebab lengkap dan hakiki). >>>>> >>>>>Eksistensinya manusia tidak pernah terputus sedetik pun dari >>>>>keterbutuhannya pada Allah. Lalu bagaimana manusia tidak >>>>> berterimakasih secara berkesinambungan dengan aplikasi menaati perintah >>>>> dan larangan-Nya melalui syariat? Wujud terimakasih dengan ketaatan >>>>> syariat tidak lebih, untuk menjadikan kita tahu diri dan posisi, serta >>>>> mengetahui asal dan akhir kita kembali (mabda’ wa ma’ad). Kita juga >>>>> menyadari tidak mungkin berterimakasih dengan cara lain, tidak sejalan >>>>> dengan keinginan objek yang diterimakasihi. Jadi bukanlah maksud “terima >>>>> kasih” yang didangkalkan MY, karena pengaruh opini umum (‘uruf) yang >>>>> berlaku atas istilah tersebut. >>>>> >>>>>Ketiga, kualifikasi keilmuan dan spiritual pemilik otoritas syariat. >>>>>Jumhur ulama bersepakat, hukum-hukum Syariat tidak dapat diproduksi oleh >>>>>siapapun pasca kenabian, selain oleh mujtahid yang memenuhi kualifikasi >>>>>keilmuan dan kezuhudan pada level faqih. Sementara kapasitas para pihak >>>>>yang terlibat dalam perumusan Qanun Syariat di Aceh patut diverikasi ulang >>>>>kualifikasinya. Kriteria itu bukan keilmuan dan keadilan personal, >>>>> bukan diperuntukan bagi imam atau khalifah, sebagaimana diyakini MY. Itu >>>>> untuk mujtahid (pihak penyimpul hukum). Bukankah hukum baru (soal >>>>> khalwat) telah disimpulkan, lalu siapakah pihak berkualifikasi mujtahid >>>>> di Dinas Syariat Islam, MPU, dan DPRA sehingga berhak menyimpulkan hukum >>>>> baru tersebut? >>>>> >>>>>Keempat, perdebatan paling klasik terkait akidah Syiah dan Aahlussunah wal >>>>>Jamaah telah dimulai sejak abad 2 hijriah. Di Aceh, sejak Ar-Raniry >>>>>pertama kali mengajar di Jamiat Baiturrahman, jauh sebelum ia menjabat >>>>>sebagai qadhi malikul adil di era Iskandar Tsani. Pembatasan Syariat pada >>>>>satu mazhab saja, hanya sesuai dengan semangat abad 2 hijriah. Bahkan jika >>>>>masih mempertahankan sikap saling menegasikan, kita tertinggal dari abad >>>>>16-17 masehi era Iskandar Muda yang membiarkan rakyat Aceh memilih akidah >>>>>Islam manapun. >>>>> >>>>>Literatur-literatur membuktikan Hamzah Fansuri dan Syamsudin As-Sumatrani >>>>>yang Syiah sekian lama menjabat sebagai Qadhi malikul >>>>> Adil dalam kesultanan Aceh. Dan tanggal 3 April 2007 lalu, Indonesia >>>>> menjadi tuan rumah pertemuan pemimpin umat Islam dari aliran Sunni dan >>>>> Syiah, di Istana Bogor. Banyak pertemuan lainnya yang berusaha >>>>> mendialogkan sunni dan syiah. Sadar atau tidak sekarang dunia islam >>>>> sedang membangun dialog-dialog peradaban, baik didalam Islam sendiri >>>>> (Sunni-Syiah) atau Islam-non islam. Jadi upaya MY mempertentangkan sunni >>>>> dan syiah adalah sesuatu yang kadaluarsa. >>>>> >>>>>Akhirnya, harus saya tegaskan “syariat NAD” lah yang versus Tuhan, karena >>>>>mengingkari merujuk sepenuhnya pada Alquran dan hadis, mengenyampingkan >>>>>aspek fitrah Allah dalam proses penerapannya, melanggar kaedah keilmuan >>>>>tentang mujtahid, dan memaksakan satu mazhab akidah yang tumbuh jauh >>>>>setelah wafatnya Rasulullah saw. >>>>> >>>>>* Penulis adalah aktivis Prodelat, peminat masalah agama dan filsafat >>>>> >>>>> >>>> >>>>________________________________ >>>>Lebih aman saat online. >>>>Upgrade ke Internet Explorer 8 baru dan lebih cepat yang dioptimalkan untuk >>>>Yahoo! agar Anda merasa lebih aman. Gratis. Dapatkan IE8 di sini! >>> >> > ________________________________ Få en billig laptop. Se Kelkoos gode tilbud her!