Keterangan seperti ini perlu  kita sampaikan keberbagai kalangan . Ini 
merupakan usaha kita yang redha Allah agar berita yang bathil baik dari barat 
maupun dari timur tidak mempengaruhi orang orang yang tidak kritis berpikir.  



________________________________
From: Vendra <cahaya.beni...@gmail.com>
To: ia...@yahoogroups.com
Sent: Friday, July 3, 2009 8:56:07 AM
Subject: [IACSF] FW: [islamalternatif] Neda Korban Konspirasi 



 
 
From:islam_alternatif@ yahoogroups. com [mailto:islam_ alternatif@ yahoogroups. 
com] On
Behalf Of jassekeral lasi
Sent: Monday, June 29, 2009 2:52 AM
To: islam_alternatif@ yahoogroups. com
Subject: [islamalternatif] Neda Korban Konspirasi
 




 
Beberapa hari belakangan ini saya kebanjiran email atau offline message dari 
saudara, teman dan sahabat dari tanah air atau dari luar negeri. Umumnya isi 
email atau offline message tersebut berupa pertanyaan dan pernyataan tentang 
kerisauan mereka terkait kondisi terkini yang berkembang di Iran.
Kerisauan mereka dapat segera dipahami kalau kita melihat pelbagai pemberitaan 
penuh bias, manipulatif dan menyimpang terkait demonstrasi yang berujung pada 
jatuhnya beberapa korban jiwa di negeri itu buntut dari hasil pemilu yang 
dimenangkan oleh Ahmadinejad untuk kedua kalinya sebagai presiden Iran ke-10.
Umumnya berita-berita yang diturunkan oleh media-media tanah air adalah relay 
atau terjemahan dari pelbagai media raksasa internasional seperti CNN, Fox 
News, BBC, VOA dan al-Arabiya yang secara garis ideologis, politis dan policy 
menentang segala yang dilakukan oleh Iran yang merugikan kepentingan mereka 
atau kepentingan Zionis.
Saya teringat kunjungan Ibu Mega ke Teheran, beberapa tahun lalu, ketika 
menjabat sebagai presiden untuk mengikuti konferensi para pemimpin D8. Lawatan 
Ibu Mega, kala itu,  nyaris bersamaan dengan penyelenggaraan pemilihan anggota 
parlemen Iran.  Ibu Mega datang disertai oleh wartawan TV, Majalah dan Surat 
kabar tanah air. Iseng-iseng saya bertanya ke salah seorang wartawan, “Mas 
hampir 123 wartawan dari pelbagai negara datang untuk meliput penyelenggaraan 
pemilihan anggota parlemen di Iran. Tidak berminat untuk ikut serta?” 
Jawabannya seperti yang diduga, “Mas, saya ambil aja dari CNN atau BBC sudah 
cukup.”
Kalau upaya untuk mendapatkan first hand information dan menerapkan asas 
pemberitaan cover both sides, tidak dipandang penting dan cenderung diabaikan, 
dengan kondisi seperti ini, obyekfitifas dan kebenaran berita apa yang dapat 
diharapkan dari pemberitaan  semacam ini kecuali pemberitaan bias dan 
manipulatif.
Untuk menyebutkan contoh atas pengelabuan dan bias berita, di sini saya 
cukupkan dengan beberapa berita terakhir yang dimuat. Misalnya, Fox News (24/6) 
menurunkan berita bahwa passport sebagian pemain sepakbola Iran ditahan dan 
buntutnya mereka tidak dapat ke luar negeri menyusul tindakan mereka yang 
memasang pita hijau sebagai dukungan terhadap CAPRES kalah, Mosavi. Hal itu 
dibantah oleh ketua PSSI Iran, Kavasiyan, bahwa orang-orang yang menggunakan 
pita hijauh itu sekarang berada di tim-tim mereka di Eropa. Atau Al-Arabiya 
(24/6) yang memberitakan bahwa salah seorang panglima Pasukan Garda, Jenderal 
Safai, mengundurkan diri sebagai ungkapan kekecewaan terhadap pihak keamanan 
yang memperlakukan para demonstran secara tidak terhormat. Berita manipulatif 
ini langsung disanggah oleh panglima tersebut bahwa hal itu tidak benar. Atau 
belakangan warta terkait dengan penangkapan 70 dosen sehabis pertemuan mereka 
dengan Mosavi. Sementara pertemuan 70 dosen
 tersebut adalah untuk mengajak supaya Mosavi mengikuti jalur hukum dalam 
menyampaikan protesnya, tidak turun ke jalan atau berdemonstrasi di jalan yang 
bisa bermuara pada kerusuhan dan penyalahgunaan oleh kelompok-kelompok 
tertentu. Demikian juga pemberitaan bias, boikot 2/3 anggota parlemen Iran yang 
tidak menghadiri acara syukuran kemenangan Ahmadinejad sebagaimana yang 
diturunkan Kompas (27/6). Bagaimana mungkin Ahmadinejad mengadakan acara 
syukuran kemenangan sementara Dewan Garda Konstitusi belum lagi mengesahkan 
hasil pemilu tersebut dan sekarang masih menggodok dan mengkaji hasil pemilu? 
Sejauh ini dari pihak kepresidenan sendiri, belum ada yang namanya acara 
syukuran sehingga harus diboikot oleh 2/3 anggota parlemen?
Berita-berita yang disebutkan di atas ini hanyalah sebagian contoh yang 
dimanipulasi oleh wartawan-wartawan asing yang berujung pada pengusiran mereka 
dari Iran. Berita-berita ini kemudian menghiasi banyak media TV, elektronika 
dan cetak di tanah air.  Image yang muncul dari para pembaca berita ini adalah 
sikap refresif, diktator, haus kekuasaan, tidak demokratis, pemerintah Iran dan 
rezim mullah terhadap para pengunjuk rasa yang lebih didominasi oleh preman dan 
orang-orang bayaran, karena hampir 60 persen pengunjuk rasa yang ditangkap 
adalah golput alias tidak memilih.
Yang paling gress dan mencengangkan bagi siapa saja yang mendengar apatah lagi 
melihatnya adalah film detik-detik akhir hidup Neda (26 tahun).  Konten film 
tersebut adalah detik-detik terakhir Neda Agha Sultani meregang nyawa setelah 
tertembak timah panas yang dilontarkan tidak jauh dari tempatnya. Film tersebut 
segera beredar secara luas di dunia maya dan setiap orang yang melakukan 
selancar dunia maya dengan menggunakan kata kunci, “Neda” dapat dengan mudah 
melihat film tersebut berikut pengumuman pelaku  penembakan dengan melihat 
berita lainnya, “Shot by Basij” atau “Basij shoot to death a young woman.” 
Padahal pihak keamanan dan intelegen mengumumkan bahwa mereka sedang mengusut 
kasus ini dan segera akan mempublikasikan hasil temuan mereka kepada publik.  
Anehnya, di antara puluhan orang yang gugur, Neda saja yang menjadi sorotan, 
seolah-olah darahnya saja yang berharga? Neda dipandang sebagai pahlawan 
reformasi sementara puluhan lainnya
 gugur begitu saja? Ada 8 orang Basiji yang gugur dalam kerusuhan ini, sebagian 
mereka gugur karena ditembak sebagian karena dikeroyok oleh preman yang 
berkedok demonstran. Kok malah mereka yang tertuduh?
Beberapa poin di bawah ini patut mendapat perhatian untuk mengantarkan kita 
kepada sebuah kesimpulan bahwa kematian Neda Agha Sultani adalah sebuah 
konspirasi untuk menyudutkan pihak pemerintah dan rezmi mullah yang berkuasa di 
Iran.   
        1. TKP sangat jauh dari tempat terjadinya kerusuhan. 
        2. Sekiranya pihak keamanan ada di tempat itu, maka seharusnya mereka 
berada di tempat kerusuhan, bukan di tempat yang jauh dari kerusuhan. Hal ini 
diakui oleh saksi mata, pengendara mobil yang mencoba menyelamatkan Neda bahwa 
ia tidak melihat satu pun pasukan keamanan atau polisi di sekitar tempat itu. 
        3. Pihak keamanan dalam menghadapi para demonstran berlaku sangat 
persuasif dan mendapat perintah untuk tidak menggunakan senjata api. 
        4. Menurut pihak forensik bahwa peluru yang digunakan ini bukan peluru 
milik pihak keamanan dan militer Iran. 
        5. Setelah terdengarnya suara senapan dan terkulainya seeorang karena 
ditembus peluru di jalan, biasanya orang-orang yang ada di sekeliling korban 
bertiarap dan berusaha untuk menyelamatkan diri mereka masing-masing. Akan 
tetapi pada film ini, setelah wanita muda ini tertembak, beberapa orang 
pemotret dan kameramen, alih-alih menolongnya, malah sibuk mengambil film. 
        6. Sebelum penembakan selama kurang-lebih 45 menit, si malang Neda, 
menjadi sorotan kamera yang menandaskan bahwa ia telah diincar beberapa lama 
sebelumnya dan kameramennya sedang menjalankan sebuah skenario pembunuhan gadis 
muda.  
        7. Subyek pembunuhan yang dipilih adalah seorang gadis, muda, cantik 
dan mahasiswi sehingga dapat dengan cepat mempengaruhi opini,  mengobok-obok 
dan menggugah perasaan publik dunia. 
        8. Film dan berita tentang terbunuhnya wanita malang ini sedemikian 
dibuat sehingga detik-detik akhir hidupnya meregang nyawa bahkan informasi 
tentang pembunuhnya tersebar di internet dan para antek MKO di Eropa dan 
Amerika langsung turun ke jalan unjuk rasa dengan menenteng foto-foto ukuran 
besar gadis malang ini. Mereka berusaha memperkenalkan pasukan keamanan Iran 
sebagai pasukan yang kasar, haus darah dan haus kekuasaan. 
        9. Kalau pun ingin mencari kambing hitam perkara ini maka yang orang 
paling pertama yang dipatut dituding adalah Mosavi karena telah berulang kali 
diingatkan untuk tidak turun ke jalan dan diminta menempuh jalur hukum dalam 
menyampaikan komplainnya. 
 
Segera irama pembusukan ini terbongkar dan konspirasi yang mengorbankan seorang 
gadis muda ini akan terungkap. Dalam menghadapi pelbagai pembusukan dan 
konspirasi Barat,  Iran dan masyarakatnya sudah amat terbiasa. Dan masyarakat 
Iran telah menjanjikan jawaban yang menohok atas konspirasi ini. Adapun gejolak 
yang terjadi belakangan merupakan sekedar riak kecil yang akan mengantarkan 
Iran menjadi lebih besar dan berkuasa. Hal ini terbukti semenjak kemenangan 
Revolusi Islam 1979, pelbagai konspirasi, pembusukan, intrik, invasi militer, 
embargo, dan sebagainya, toh tidak berhasil merongrong apatah lagi untuk 
menumbangkan Revolusi yang mendapatkan sokongan dari mayoritas masyarakat. 
Semakin ditekan, semakin besar. Semakin ditolak, semakin dicari. Semakin 
dibusukin, semakin menyebarkan wewangian.
Kalau Alvin Toffler pernah menuturkan “bahwa barang siapa menguasai informasi 
maka ia menguasai dunia.”  Maka dalam kamus para media asing, “barang siapa 
yang menguasai media informasi, ia menguasai dunia.” Tapi  jangan lupa bahwa, 
menyitir Ahmadinejad, dunia sekarang telah berubah. Masyarakat dunia akan 
memilih kejujuran, obyektifitas, kebenaran dan keadilan. Perubahan ini juga 
akan terjadi terhadap media informasi dan orang-orang yang ingin mencari berita 
yang obyektif, jujur dan berasaskan mencari kebenaran dan keadilan. Nantilah 
kita serahkan pada waktu yang akan menjawabnya. [Sumber: www.isyraq.net]


--- On Sat, 6/27/09, Ali reza <ab...@yahoo. com> wrote:

From: Ali reza <ab...@yahoo. com>
Subject: [islamalternatif] Neda: Antara Fiktif dan Realita
To: islam_alternatif@ yahoogroups. com
Date: Saturday, June 27, 2009, 5:23 AM
Neda: Antara Fiktif dan Realita
 
Pemberitaan kematian Neda yang kemudan dikaitkan dengan Basij, justru 
mengundang pertanyaan tersendiri. Neda tewas , hari Sabtu di tangan Basij. 
Uniknya, peristiwa penembakan Neda terjadi di jalan Amir Abad Shumali (Amir 
Abad Utara). Padahal di sana tidak ada gejolak. Saat itu, gejolak terjadi di 
jalan Azadi.

Poin lain, basij adalah pasukan relawan yang bisa disetarakan dengan hansip di 
Indonesia, bahkan statusnya tetap sebagai warga sipil bukan tentara atau 
polisi. Untuk itu, mereka tidak dilengkapi dengan senjata api. Dengan demikian, 
tudingan pertama yang ditujukan pada Basij tidak lah benar dan berkesan 
dipaksakan.

Jika diperhatikan lagi saat Neda tewas, orang-orang sekitar bukan malah 
menolong tapi malah sibuk memotret dan merekam kejadian. Ini juga 
mengindikasikan adanya konspirasi dibalik itu.

Setelah Neda tewas, tersebar sms yang isinya mengundang upacara tahlil (istilah 
Iran; Al-Fatehah) di masjid Jalan Beheshti. Saya sempat mencari masjid di 
sepanjang Jalan Beheshti, tapi yang ada sebuah huseiniyah kecil sepadan dengan 
mushala di Indonesia. Itupun tidak ada keramaian di sana. 

Yang jelas, isu tewasnya korban kerusuhan Tehran dari hari ke hari semakin 
kabur dan berkesan provokatif. Bahkan saya juga pernah melihat sederet nama 
korban di situs dan blog, tapi setelah dicheck di lapangan, semuanya fiktif. 
Sejumlah sopir taksi yang kadang asal ngomong adanya korban di sebuah 
kerusuhan, selalu ngeper dan ah-oh ketika ditantang untuk mendatangi rumah 
korban. 

Alireza Alatas, Tehran
 

________________________________
 
Get your preferred Email name! 
Now you can @ymail.com and @rocketmail. com.  
 
   

__________________________________________________
Do You Yahoo!?
Tired of spam?  Yahoo! Mail has the best spam protection around 
http://mail.yahoo.com 

Kirim email ke