Kamoe di lua nanggroe aktiftjit meu peugah bak nara sumber lam keuseumpatan 
peuemanteng, tapi beuneuteupeue ledroeneuh hai tungkuhai bahwa njan BRR njeng 
dimat le Kuntoro cs njan sabantjit lagee system Hindunesia njeng hipokritnjan. 
Njankeuh seubab bansa Acheh geumeuprang ngen awaknjan. Djinoe katameudame. 
Djadi resiko meudame ngen ureueng hipokrit that rajek. Teuma kiban tapeuget 
umpama idja kasep lapok dan kasepthat meubee meutjulok idong atawa lagee puree 
bak idong, tatjom meubee, hana tatjom pih meubeetjit. 
   
  Djigeutanjoe memang njeng na kuasa cit tamarit bak Internet sagai. Andai 
tatuleh bak media massapih gohlom teuntee beuhe di muat le awak medianjan. 
Hainjoe meuseubab ukheue keuzalimannjan getthat keng manteng di Acheh. Umpama 
peunjaket kadjeuet keu wabah, djadi ureueng njeng sehat baroekenpih akan 
meubalettjit lampeunjaketnjan. Memang peue manteng njeng geutanjoe marit 
diawaknjan teutap djianggap geutanjoe djamok dilua keuleumbu. Malah njeng 
leubeh saketlom djianggap geutanjoe asee seumeudroh kafilah lalu. Djadi 
geutanjoe djikira asee awaknjan keudroe djikira ureueng, ah ah ah. Kenka 
meubaleknjan teungku?
   
  Tapi meuseue geutanjoe tadeng bak tjeugah keumungkaran lagee neujue le Allah 
dan Rasul Neuh, geutanjoe handjeuet apatis dan pesimis bak tahadapi awaknjan 
sigohlom meureumpek bak medja hidjo Allah teuma di Akirat. Andaikata hana medja 
Ijo Allah teuma pasti ureueng-ureueng njeng korban di donjanjoe akan prustasi 
mandum. Djadi di Donjanjoe geutanjoe tapeubuet ube na kuasa njeng neubi le 
Allah. Njeng djeulaih hana istilah taimdroe. Teuma resiko amar makruf nahi 
mungkar didonjanjoe geuhen. Matjam djipeugah keugeutanjoe le 
pendukung-pendukung kemungkarannjan via internettjit malah di pendukung 
zalemnjan djeuet dimarit bak media-media massa.
   
  Ohnoe manteng dilee tgk, teurimeng geunaseh ateueh paying attention droeneuh 
keu kawom dhu'afa Acheh - Sumatra. 
   
   
   
    Sandnes, 15 April 2005 
  Bismillaahirrahmaanirrahiim. 
Assalamu'alaikum wr wbr. 
  
  ANGIN BADAI BERHEMBUS DI GUNUNG, KENAPA POHON INI DAN POHON ITU SAJAYANG 
TUMBANG 
Husaini Daud Sp 
Sandnes - NORWEGIA. 
  
  TIDAK ADA TEMPAT UNTUK BERUNDING DENGAN SIPA-I JAWA MUNAFIK PENIPU LICIK 
   
  Menurut hemat saya, tak ada tempat untuk berunding dengan Sipa-i-Jawa yang 
munafiq itu. Dalam kamus Islam sejati, tidak ada istilah berunding dengan musuh 
sa'at perang sudah kita putuskan. Hal ini disebabkan bahwa dalam kamus musuh, 
berunding itu adalah "taktik strategi". Justru itu kapan saja kita mau 
berunding dengan musuh, mulai sa'at itulah kita sudah dapat bersiap-siap untuk 
kalah. 
   
  Opini tersebut diatas saya susun menurut analisa saya sendiri terhadap 
sejarah Rasulullah saw, Imam Ali bin Abi Thalib dan sejarah perang Acheh - 
Belanda. Perundingan yang dibuat Rasulullah dengan kafir Qurasy adalah sebagai 
uji coba untuk diambil i'tibar oleh orang-orang yang beriman bahwa musuh kita 
takpernah menepati janji. Hal ini di abadikan Allah dalam Al-Qur-an sebagai 
pedoman hidup bagi orang-orang yang beriman bahwa Allah sendiri yang 
membatalkan perjanjian tersebut (QS At-Taubah, 9:1-8). 
   
  Imam Ali sebagai warisan Rasul, sangat paham tentang hal tersebut. Namun 
sebahagian besar pengikutnya terpengaruh dengan strategi licik dan keji dari 
Amru bin Ask, menggunakan mushaf Al Qur-an untuk mengelabui pengikut Imam Ali. 
Sa'at ini sipa-i Djawa munafiq juga menggunakan taktik keji model Amru bin Ask 
untuk menipu bangsa Acheh. Perjanjian Linggar jati dan Renville pun sudah 
sama-sama kita pahami sebagai guru bagi sipa-i Jawa munafiq itu. 
  Redjim dhalim macam sipa-i Jawa munafiq itu memang sangat menakutkan umpama 
jeratan "Laba-laba" yang membuat belalang tak berdaya. Justru itu tak satu 
golonganpun yang mampu melawan kecuali golongan jihad. Dalam kamus jihad 
tertulis dengan jelas bagi orang-orang yang beriman: 
   
  "Sesungguhnya jeratan labalaba itu adalah rapuh" (QS An Nisaa', 4: 71-78). 
  Dalam sejarah Islam terbukti bagaimana gempuran pasukan Islam sejati terhadap 
kerajaan Parsi dan Romawi yang berhasil mendapat kemenangan, kendatipun pasukan 
Islam jauh lebih kecil dibandingkan pasukan musuh. Begitu juga gempuran jihad 
tentera Acheh terhadap tentera Belanda yang senjatanya jauh lebih moderen dari 
senjata kita. Hal ini sudah begitu jelas kita baca dalam tulisan wali Negara 
Acheh, Teungku Hasan Muhammad di Tiro. 
  Setelah itu kita lihat lagi bagaimana kerajaan Islam yang begitu luas (Parsi 
dan Romawi) sanggup dikalahkan oleh satu pasukan yang jauh lebih kecil 
(Holakokhan), kenapa ? Begitu juga sejarah perang Hunain, dimana pasukan Islam 
yang begitu besar dapat dikalahkan musuh kendatipun setelah itu menang kembali, 
kenapa ? 
   
  Jawabannya: Angin badai berhembus di gunung, kenapa pohon ini dan pohon itu 
saja yang tumbang ? Tumbangnya pohon ini dan pohon itu bukan disebabkan angin 
badai, namun pohon itu sendiri sudah keropos akarnya atau di makan anai-anai. 
Artinya bukan Holakokhan yang mengalahkan kerajaan Super Power Islam saat itu, 
namun tentera dan orang Islam sendiri sudah dekaden, 'Aqidah/Idiology sudah 
sirna, tujuan hidup bukan lagi untuk mencari keredhaan Allah, melainkan untuk 
mencari kesenangan ataupun materi/harta segala-galanya. 
   
  Semoga bangsa Acheh - Sumatra hari ini mampu berfikir bahwa mungkin saja 
setelah kita meraih kemerdekaan, akan muncul bahaya lainnya. Orang-orang yang 
salah tujuan hidupnya menjadi suatu penyakit yang lebih berbahaya daripada 
musuh yang sedang kita perangi hari ini. 
   
  Namun demikian, andaikata hari ini pemimpin kita terpaksa mengambil suatu 
alternatif untuk berunding akibat situasi dunia yang serba tidak menentu, 
sangat perlu kita tentukan syarat-syaratnya sebagaimana tersebut dibawah ini: 
   
  1. Lepaskan dulu seluruh tahanan politik Acheh terutama sekali ex utusan 
perundingan. (Bagaimana mungkin kita berunding sementara musuh tak punya aturan 
sama sekali, menangkap utusan tersebut) 
   
  2. Tarik seluruh pasukan non organik dan bubarkan seluruh pos-pos yang dibuat 
selama darurat militer. 
   
  3. Fokuskan gencatan senjata sebagai syarat utama perundingan dengan jaminan 
badan Internasional (PBB) secara tertulis, untuk monitoring. ( Tak ada gunanya 
perundingan dilanjutkan sementara di loapangan perang terus berlangsung) 
   
  4. Cabut aturan apa saja yang menghambat kepada kebebasan, seperti Keppres 
No.43/2003 dan PP No.2/2004 . Dan kondisikan suasana kehidupan politik yang 
aman dan bebas bagi seluruh rakyat Acheh. 
   
  Demikianlah menurut hemat saya mudah-mudahan mendapat redha Allah dan saya 
tutup tulisan ini dengan firman Nya: "Hai orang-orang yang beriman, ta'atilah 
Allah, Rasul Nya dan ulul amri mingkum (wali dari kalangan kamu sendiri). 
Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah 
kepada Allah (Al Qur-an) dan Rasul (Sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman 
kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagi mu) dan 
lebih baik akibatnya. (QS An-Nisaa', 4: 59) 
   
  Motto: Yang menang belum tentu benar, yang benar pasti menang 
   
  Billahi fi sabililhaq 
  Husaini Daud Sp 
  [EMAIL PROTECTED] 
Sandnes, Norwegia. 
--------- 

   
  
JUNISHAR Al <[EMAIL PROTECTED] int> wrote:
          Kawan- kawan semua,
  Saya melihat dan mendengar banyak sekali keluhan terhadap kinerja BRR, tetapi 
kenapa tidak juga berubah?
  Sepertinya percuma kalo kita teriak2 aja, apalagi hanya di mailist. Kita 
kayak memerangi hantu tapi belum kita serang sisi terlemahnya (katakanlah 
jantung).
  BRR kan bergantung kepada dana dari donor, kenapa kita gak nyoba protes ke 
donor?
  Itu yang katanya tinggal di lua nanggroe, pakon hana lapor?
  Trus juga dari BRR pusat sampai wilayah2, ramee that “ureung geutanyo” kon 
awak gob mantong, kiban nyan?




       

Kirim email ke