http://www.serambinews.com/index.php?aksi=bacaberita&beritaid=29242&rubrik=1&kategori=1&topik=12
Ribuan Mahasiswa Demo di Kantor Walikota Lhokseumawe Lhokseumawe, (Analisa) Karena dinilai keputusan dan kebijakan Walikota Lhokseumawe, Munir Usman berorientasi kepada kepentingan pro kapitalisme sekuler, ribuan mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi yang tergabung dalam Aliansi Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Aceh Utara dan Pemko Lhokseumawe melancarkan aksi demonstrasi damai ke kantor Walikota setempat, Rabu (16/5). Dengan dikawal sejumlah aparat kepolisian, sekitar pukul 10.00 WIB demonstran bergerak dari lapangan Hiraq Lhokseumawe menuju Kantor Wali Kota di Jalan Merdeka dengan mengusung sejumlah spanduk dan pamplet yang bertuliskan antara lain; “APBK untuk rakyat bukan untuk pejabat, sewa rumah Wali Kota Rpl36 juta apakah wajar, DPRK dan Wali Kota jangan menjajah pendidikan dan dengan meneriakkan yel-yel “hidup mahasiswa.” Demonstran yang dikoordinir para Ketua BEM dalam orasinya secara bergantian melalui pengeras suara meminta Wali Kota Lhokseumawe, Munir Usman meninjau kembali Surat Keputusan (SK) Walikota No.551/60/2007 tentang penetapan terminal yang wajib disinggahi angkutan umum bus antar kota dalam propinsi dan SK No.550/250/2007 tentang pengaturan Rute Lintasan terminal wajib singgah dalam kota Lhokseumase. Dengan demikian bus antar kota tidak dibenarkan masuk kota, sehingga mahasiswa, pelajar maupun masyarakat harus beberapa naik turun bus untuk mencapai kota dan harus mengeluarkan dana lebih besar untuk transportasi. “Keputusan Wali Kota ini lahir bukan atas hajat orang banyak, tetapi berorientasi kepada kepentingan pro kapitalisme sekuler dan lahir sangat tergopoh-gopoh mengakibatkan kesemrautan transportasi dalam kota,” papar demonstran dalam orasinya di depan kantor Walikota. Pembangunan jembatan Cunda tanpa disediakan jembatan darurat yang menghubungkan Lhokseumawe-Cunda menimbulkan kesemrautan dan kemacetan lalulintas, karena rule keluar dialihkan ke jalan masuk kota selain menimbulkan kemacetan lalulintas dengan ditutupnya Jalan Merdeka Timur usaha masyarakat di sepanjang jalur itu terancam gulung tikar. “Kami sangat sesalkan keputusan Walikota yang tidak memikirkan kolepnya ekonomi masyarakat sebagai akibat pembangunan tidak mempertimbangkan analisis dampak lingkungan,” sebut demonstran dalam orasinya. ENAM BUTIR Ada enam butir yang menjadi tuntutan mahasiswa kepada Walikota Lhokseumawe, Munir Usman dalam aksi demo yang berlangsung sekitar tiga jam itu, yakni untuk menyediakan jembatan darurat yang menghubungkan Lhokseumawe-Cunda. Apabila tuntutan point 1 tidak dapat dipenuhi, maka Pemko Lhokseumawe harus memperlebar badan jalan agar dapat meminimalisir terjadinya kemacatan dan kecelakaan. Menyediakan bus sekolah atau angkutan yang beroperasi di lokasi pendidikan seputaran kota Lhokseumawe. Para mahasiswa kemudian mendesak Pemko Lhokseumawe untuk meninjau kembali SK No.551/60/2007, agar lebih aspiratif. Selama proses pembangunan jembatan tidak selesai, pemerintah wajib mensiagakan penertiban lalulintas (Polantas dan DLLAJ) pada titik rawan, khususnya pada jam-jam tertentu. Apabila tuntutan ini tidak dapat dipenuhi, maka aliansi BEM Aceh Utara dan Pemko Lhokseumawe akan menggelar “mosi tidak percaya” terhadap pimpinan Pemko Lhokseumawe yang tidak aspiratif. Ketika demontrans tiba di depan kantor Wali Kota mendapat informasi Walikota tak ada di tempat, tapi berulangkali meminta Walikota menemui mereka yang menanti di bawah terik panas mata hari. Tiba-tiba Walikota Munir Usman muncul dan langsung bergabung dengan demonstran yang menunggunya di atas mobil bak terbuka persis di pintu gerbang kantor Wali Kota. Mahasiswa minta ketegasan Walikota terhadap tuntutan mereka. Dalam dialog di bawah terik panas itu, Wali Kota Munir Usman menolak tuntutan peninjauan kembali SK No.551/ 60/2007, karena menyangkut wibawa pemerintah. Tentang pengadaan jembatan darurat terkait pembangun jembatan Cunda, juga tidak dapat dipenuhi dengan alasan jembatan darurat beresiko tinggi di samping keterbatasan dana. Namun tuntutan pelebaran jalan akan segera diupayakan dengan membongkar trotoar yang ada di sisi jalan. Sedangkan pengadaan bus sekolah, pihaknya akan berkoordinasi dengan Pemkab Aceh Utara. Akhirnya sekitar pukul 13.00 WIB, demonstran membubarkan diri dengan tertib kembali ke kampus masing-masing, kendati mereka merasa kurang puas dengan jawaban Walikota. (hai) Ask a question on any topic and get answers from real people. Go to Yahoo! Answers and share what you know at http://ca.answers.yahoo.com