BERITA IRIB:
   
  Krisis Lumpur Tak Jua Berakhir 
  Krisis lumpur Lapindo tak jua berakhir. Jalan raya Porong, Sidoarjo, Jatim, 
Jum’at malam terpaksa ditutup setelah lumpur panas telah menggenangi sebagian 
Jalan Raya Porong. Penutupan jalan raya Porong dimulai sejak pukul 19.00 WIB. 
Demikian dilaporkan Kompas Online edisi hari ini. "Di jalan raya depan Desa 
Siring, Porong, semua jenis kendaraan tak boleh lewat," kata Suparno, salah 
satu warga Porong. Saat ini upaya menutup luberan masih dilakukan, Lumpur 
membahayakan lalulintas karena licin, upaya pembersihan jalan baru bisa 
dilakukan setelah luberan bisa dihentikan.
  Penutupan jalan raya Porong, membuat arus lalu ke arah timur Jatim, seperti 
Malang, Pasuruan, Probolinggo, Banyuwangi dan daerah lainnya dialihkan melalui 
Krian-Magersari-Pandaan. Demikian pula arus lalu lintas dari arah sebaliknya. 
Kasatlantas Polres SidoarjoAKP Andi Julianto membenarkan penutupan jalan Porong 
ini dan terjadi pengalihan jalur. Bagi pengendara yang lewat tol, harus ke luar 
Sidoarjo. Sedangkan, yang melintasi jalur arteri diarahkan melalui Krian.
   
  Krisis lumpur Lapindo bermula sejak sepuluh bulan lalu, tepatnya 29 Mei 2006, 
ketika sumur gas yang dibor PT Lapindo Brantas di daerah Sidoarjo, Jawa Timur, 
bocor. Sumur menyemburkan lumpur panas dan bau menyengat gas beracun. 
Kebocoran diduga kuat karena kelalaian Lapindo yang tidak memasang casing atau 
selubung pipa untuk mengantisipasi kemungkinan bocor jika mata bor patah. Pelan 
tapi pasti semburan lumpur yang berasal dari Sumur Banjar Panji Satu 
menggenangi desa-desa di sekitarnya.

Berdasarkan penyelidikan tim investigasi pertama yang dibentuk pemerintah, 
salah satu kesalahan utama Lapindo adalah memindahkan rig beberapa saat setelah 
muncul semburan. Padahal, kata Rudi Rubiandini, mantan ketua tim investigasi, 
saat itu rig sangat dibutuhkan untuk tindakan lebih lanjut menghentikan 
kebocoran. Ada dugaan ini merupakan upaya menyelamatkan aset karena harga satu 
unit rig mencapai 200 miliar rupiah. Kini, setiap harinya, sekitar 125 ribu 
meter kubik lebih lumpur menyembur. Luapan lumpur menenggelamkan rumah, 
sekolah, sawah, dan denyut kehidupan di berbagai kawasan di Sidoarjo. 
   
  Ironisnya, selama beroperasi mengeruk gas dari kawasan Sidoarjo, 
PT Lapindo Brantas tidak banyak membagi pendapatannya kepada pemda dan rakyat 
Sidoarjo. Uang yang mengucur dari sumur-sumur gas itu hampir semua masuk ke 
pundi-pundi Lapindo. PT Lapindo Brantas Incorporated adalah anak perusahaan 
kelompok usaha PT Energi Mega Persada milik Aburizal Bakrie. Perusahaan ini 
hampir menguasai sumur gas dan minyak bumi di Jawa Timur. Dari 49 sumur yang 
tersebar di Kota Sidoarjo, Pasuruan, dan Mojokerto, PT Lapindo menguasai 28 
sumur gas dan minyak di Jawa Timur. Kini, setelah lumpur menyembur, yang harus 
menanggung sengsara adalah warga Sidoarjo. Untuk itu, jelas PT Lapindo Brantas 
harus bertanggung jawab penuh dan pemerintah harus berperan aktif dalam 
mengawasi pelaksanaan tanggung jawab ini.
   
  Komentar:
  Beragam bencana silih berganti. Tidakkah membuat penguasa Indonesia sadar 
untuk merenungkan kesalahannya? Bukan tidak mungkin bencana yang satu ini lebih 
berbahaya dibandingkan Tsunami di Acheh. Kalau Tni non organik bersama 
orang-orang yang tidak peduli terhadap perjuangan untuk membebaskan kaum 
dhu'afa, tenggelam dalam gelombang Tsunami, semburan lumpur panas di Jawa 
menenggelamkan rumah, sekolah, sawah, dan denyut kehidupan yang dimulainya dari 
Sidoarjo.  Mungkin saja akan menenggelamkan Pulau Jawa, kalau tidak segera 
diatasi.
   
  Yang perlu dilaksanakan setelah direnungkan:
   
  1.    Segera merevisi UUPA Otonomi menjadi UUPA Self Goverenment sebagai  
         konsekwensinya dengan kami bangsa Acheh - Sumatra 
        melalui Gerakan Acheh Mardeka (GAM). Kalau tidak kami terpaksa memberi  
        setempel di dahi kalian sebagai "Munafiq" atau hipokrit.
   
  2.   Kuntoro cs segera diberhentikan daripada memanipulasi dana para musibah 
        Tsunami dengan dalih gaji, sementara Aburizal Bakrie harus diseret 
kepengadilan 
        Acheh atas kasus "pembunuhan" terselubung melalui rumah Asbes.
   
  3.   Tentara di Acheh - Sumatra harus menyerahkan tugas keamanan kepada 
Polisi. 
        Tugas Tentara hanya untuk menjaga serangan musuh dari seberang laut, 
bukan 
        dalam ketiak masyarakat. Polisi juga harus meninggalkan penyakit 
lamanya yang 
        membuat rakyat sengsara. Sebaliknya menjadi pelindung bagi rakyat.
   
  4.   Seluruh milisi made in tentara harus dibubarkan dengan segera.
   
  5.   Kepada para koruptor segera mengembalikan uang rakyat untuk 
menyelesaikan 
        semburan lumpur panas serta perbaikan ekonomi rakyat.
  6.   Dan lain -lain praktek kezaliman yang tidak dapat ditolerir
   
       Kepada Allah kami mengadu agar musibah semburan lumpur panas itu akan 
       menghukum kalian, andaikata kalian abaikan, minimal 5 pesan tersebut 
diatas.
   
  Allaahumma shalli'alaa muhammad wa'aali muhammad.
  Baarakallaahu lii walakum 
  Wassalaamu'alaikum wr wbr 
  Anwar Ali As Sumatrani
   
   
   

                                
---------------------------------

Klaustrofobisk innboks? Få deg en Yahoo! Mail med 250 MB gratis lagringsplass 
http://no.mail.yahoo.com

Kirim email ke