Kalau gaji dokter yang di daerah terpencil disamakan dengan yang di
daerah perkotaan, ya siapa yang mau pergi ke daerah terpencil? Biaya
hidup lebih mahal, nggak ada hiburan, listrik terbatas, komunikasi
sulit, transportasi mahal, sekolah untuk anak nggak memadai, fasilitas
kerja terbatas, dst. Sulit kalau pemda berpikirnya terlalu gampang
seperti ini.
Tapi memang solusi untuk penyebaran tenaga kesehatan & guru itu
pemerataan pembangunan. Nggak perlu ada lagi yang dikorbankan sambil
disebut 'pahlawan' tanpa kompensasi yang memadai kalau pembangunan
merata. Sesuai isu yang sedang hangat, biar yang bisa nikmati bensin
Rp 6500 itu bukan hanya di Jawa/Sumatera.
---

http://www.antarakaltim.com/berita/14814/idi-ppu--insentif-dokter-di-wilayah-terpencil-harus-ditingkatkan
IDI PPU: Insentif Dokter di Wilayah Terpencil Harus Ditingkatkan

Dewan Pimpinan Cabang (DPC) Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Kabupaten
Penajam Paser Utara (PPU) berharap agar Pemerintah kabupaten (Pemkab)
PPU bisa meningkatkan insentif para dokter yang bertugas di wilayah
terpencil.
"Karena saat ini insentif dokter umum berbeda-beda tergantung golongan
padahal seharusnya ada perbedaan besaran antara dokter yang bertugas
di kota dan wilayah terpencil," kata Ketua DPC IDI Kabupaten PPU, dr
Abdul Haris SpRad, Jumat (21/6).
Ia mengatakan Pemkab PPU harus segera memikirkan peningkatan insentif
para dokter di wilayah terpencil karena  bila insentif dokter di
wilayah terpencil sama dengan dokter yang bertugas di kota, maka
dikhawatirkan mereka akan ramai-ramai pindah bertugas di kota.
"Informasinya sudah ada beberapa dokter yang mengeluhkan itu. Harapan
saya pemkab harus membedakan insentif dokter di kota dengan di wilayah
terpencil. Perbedaan insentif ini dilakukan agar para dokter di
wilayah terpencil bisa lebih betah dalam menjalankan tugas," katanya.
Apalagi selama ini, lanjut Haris, fasilitas yang diterima mereka masih
kurang memadai. Bahkan, akses mereka menuju kota juga cukup jauh,
termasuk ke Balikpapan. Padahal, mereka sudah rela memboyong
keluarganya ke wilayah terpencil.
Menurutnya, sejumlah dokter yang bertugas di wilayah terpencil seperti
di Babulu dan Sepaku cukup banyak. Selain persoalan insentif, masukan
para dokter kepada pemkab juga terkadang tidak didengar..
"Masukan persoalan jamimanan kesehatan masyarakat (Jamkesmas) dan
jaminan kesehatan daerah (Jamkesda) jarang didengar pemkab. Tapi
mudah-mudahan masukan para dokter nanti, bisa lebih didengar," ungkap
Haris.
Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten PPU, Habring ketika
dihubungi secara terpisah menjelaskan, insentif yang diberikan kepada
dokter tergantung dari golongan dan tidak melihat tempat tugasnya.
"Dokter yang bertugas di kota dan wilayah terpencil itu sama. Karena
besarannya kan tergantung dari golongan mereka. Misalnya golongan 3d
setiap bulan mereka terima Rp1.555.000. Jadi tidak ada perbedaan
karena sudah sesuai dengan pereturan bupatai (Perbup)," jelasnya.
Selain itu tambah Habring, untuk tunjangan resiko dokter umum juga
tidak ada perbedaan. Dalam setiap bulan mereka diberikan tunjangan
resiko Rp3.000.000 dan semua disamakan antara dokter kota dan daerah
terpencil.


------------------------------------

Archives terdapat di http://www.yahoogroups.com/group/desentralisasi-kesehatan
Situs web terkait http://www.desentralisasi-kesehatan.net


Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/desentralisasi-kesehatan/

<*> Your email settings:
    Individual Email | Traditional

<*> To change settings online go to:
    http://groups.yahoo.com/group/desentralisasi-kesehatan/join
    (Yahoo! ID required)

<*> To change settings via email:
    desentralisasi-kesehatan-dig...@yahoogroups.com 
    desentralisasi-kesehatan-fullfeatu...@yahoogroups.com

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    desentralisasi-kesehatan-unsubscr...@yahoogroups.com

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/

Kirim email ke