Adalah Alfonso Lavalle, nama ilmiah anggur yang ditanam Made Mertayasa di desa 
Banjar, Kecamatan Banjar, Kabupaten Buleleng, Bali . Ukuran buahnya tak terlalu 
besar dengan warna kulit buah hitam keabu-abuan. Jenis ini sebenarnya bukan 
buah meja, melainkan anggur bahan pembuat minuman. Sedikit rasa masam adalah 
ciri khas buah anggur minuman.
  
 Namun buah yang muncul dompolan itu tetap bisa disantap langsung karena 
buahnya bisa manis saat matang. "Sebenarnya tidak ada perlakuan khusus supaya 
jadi manis. Kalau buahnya dibiarkan matang pohon sampai umur 110 hari, pasti 
rasanya manis," ujar pemilik kebun anggur seluas 7.000 m2.
  
 Anggur Karbitan
 Agak sulit memang menemukan anggur manis di Buleleng, Bali. Kebanyakan anggur 
yang dijual berasa kecut. Soalnya banyak petani menanen buah sebelum matang 
betul. "Umurnya masih kurang dari 90 hari. Makanya rasa masamnya masih sangat 
kuat," ujar Drs. Made, ketua kelompok tani anggur di Desa Banjar.
  
 Itu terjadi karena para tengkulak lebih mementingkan warna buah yang hitam 
menawan. Warna bisa dipercepat dengan perangsang matang berupa ethrel. 
Kandungan bahan aktif 2-chloro ethyl phosphonie aeid pada ethrel memacu 
jaringan menghasilkan ethylene yang mempercepat kematangan buah.
  
 Biasanya "pengkarbitan" dilakukan saat umur buah sudah mencapai 70 hari. Media 
tanamnya disiram dengan ethrel. Efeknya sangat mengejutkan. "Hanya 3-4 hari, 
buah hijau akan menghitam. Warnanya bahkan bisa lebih bagus dibanding matang 
alami. Tapi rasanya masih kecut," ujar Budi, panggilan akrabnya.
  
 "Kami tak mau itu terjadi. Makanya kelompok tani kami lebih mementingkan rasa. 
Jadi hanya akan dipanen setelah benar-benar matang," tegas dia.
  
 Suka Becek
 Anggur di Buleleng berbuah terus- menerus. Setelah panen dan dipangkas, 
tanaman akan berbunga, berbuah dan dipanen 110 hari kemudian. Sekali siklus 
butuh sekitar 120 hari atau 4 bulan. "Jadi bisa panen tiga kali setahun. Tapi 
saat musim hujan, produktivitasnya akan menurun," lanjut Budi.
  
 Bisa hidup pada tanah berkadar air cukup. Tetapi akan berproduksi maksimal 
pada lahan becek alias berkadar air tinggi. "Bagian bawahnya mendapat suplai 
air yang tinggi. Dari atas tetap mendapatkan sinar cukup," ujar pria yang juga 
pengajar SLTP di Buleleng.
 Jarak tanam paling ekonomis untuk tanaman anggur, 5 x 5 m2. Agar efektif tidak 
semua mata tunas dibiarkan hidup. "Setelah tinggi pohon melebihi lapan (media 
rambat), cukup biarkan 4 mata tunas yang hidup dan dirambatkan ke empat penjuru 
lapan," saran Budi.
 Anggur muda berwarna hijau.
  
 Pemupukan dilakukan seminggu sekali dengan NPK seimbang (15:15:15). Dosis 
mulai 5 g per pohon (sampai umur 2 bulan) sampai 1 kg per pohon setiap bulan 
(saat umur mencapai 9 bulan). "Makin besar pohon, pemupukan makin jauh dari 
batangnya. Saat dewasa, dipupuk beri jarak 1 m dari pohon. Akar tanaman juga 
makin panjang," tandasnya.
  
 Ada satu hal yang tak boleh terlewatkan oleh petani anggur, yakni kasih 
sayang. Menurut Budi, buah sebesar kelereng itu termasuk manja dan harus 
diperhatikan setiap waktu. Supaya produksinya bagus. "Kebun saya (7.000 m2, 
Red) bisa menghasilkan 15 ton sekali panen," ungkap Made Yasa..
  
 Tips: Kenali Anggur Manis
 Jangan salah membeli anggur buleleng "karbitan" karena rasanya masam. Menurut 
Made Budiasa, cara mengenalinya sangat mudah. Petik buah dari dompolnya. Buah 
hasil "pemasakan dini", warna hitamnya tak akan full sampai ke pangkal buah. 
Masih ada sedikit warna hijau pada bagian dekat tangkai buah. Sementara anggur 
matang pohon, warna hitamnya sampai ke pangkal buah.
  
 Butuh Dukungan
 Made Budiasa menggeluti dunia anggur sejak tahun 1983. Kini, 10 hektar kebun 
anggur digarapnya. "Sebelumnya hanya menanam di pekarangan. Tapi saya melihat 
ada potensi bagus ke depan. Dibandingkan padi misalnya, hasilnya bisa 2 kali 
lipat," terangnya.
  
 Namun pria kelahiran 31 Desember 1950 ini masih merasa butuh dukungan dari 
pemerintah. Menurutnya, petani anggur butuh modal dan bantuan tenaga ahli untuk 
meningkatkan keahliannya. "Akan lebih baik kalau ada pabrik pengolahan anggur 
di Buleleng. Supaya kami tidak kesulitan pemasarannya," ujarnya berharap.
  
 Selama pemasaran masih dikuasai tengkulak, petani tetap lebih suka mempercepat 
kematangan buah dengan ethrel. "Anggur matang pohon kadang justru dihargai 
lebih murah. Jadi tidak ada alasan untuk tidak menggunakan perangsang," pungkas 
Budi. 
  
 PUSTAKA: http://www.agrosukses.com
 DIREKTORI: http://www.direktoriagrobisnis.com
 
 GABUNG DI MILIS: http://bit.ly/bQX5lK http://bit.ly/bQX5lK
 

Kirim email ke