Aku Vegan dan Hijau <love.vegetar...@yahoo.com>,

Kalau limbah Gas methana dimanfaatkan sebagai Biogas apa bukan malah mengurangi 
emisi pencemaran gas rumah kaca?, mengurangi pemakaian BBM dsb segala macam 
advatagesnya?.

Jadi janganlah terlalu percaya ilmuwan barat, kalau itu menyengsarakan Rakyat 
Indonesia, justru seharusnya kita bantu bagaimana solusinya.

Seharusnya juga Media kita yang memuat Issue tersebut juga harus bisa kasih 
komentar solusinya dong, disitu kan banyak Ilmuwan dan redaktur yang 
berpengalaman????

Janganlah aspersonal atau LSM jadi tangan orang2 barat yang notabene pingin 
menang sendiri, apalagi terhadap negara yang komunitas Muslim besar seperti 
Indonesia, so kita mau beternak mensupport program pemerintah, bukankan dari 
limbah Tlethong, urin sudah diproses menjadi pupuk organik dan di treat dengan 
berbagai dekomposer?.

Sudah banyak kasus yang dibuat oleh Orang2 Barat yang sangat mencengangkan kita 
seperti yang sudah dimuat di surat kabar dan website, mengenai UDANG DIBALIK 
BATU BANTUAN GEMPA DI PADANG OLEH ORANG/LEMBAGA BARAT?????

Apakah Ilmuwan barat juga sudah memperhitungkan masalah itu?

Apakah Ilmuwan barat juga sudah ada hasil pasti, reset bagaimana akibat 
pemakaian pupuk kimia yang merusak struktur tanah kalau tidak dikombinasi 
dengan Pupuk Organik yang mainly dihasilkan dari Peternakan?

So, sebaiknya kalau kita jadi orang Indonesia jangan hanya melepas isu, 
permasalahan lalu lari, bantulah masyarakat kecil, orang desa yang masih belum 
banyak tahu Technology.

Maaf saya tidak bermaksud meng expose SARA disini, hanya kita harus hati2 dalam 
menghadapi isu Barat yang mostly mencari keuntungan pribadi.

Indonesia sudah sering jadi Korban isu Barat, mulai dari bidang kesehatan, 
peternakan, perdagangan bebas dan segala macam.

Jadi, mari kawan2 agromania yang punya niat baik, kita majukan Agrobisnis di 
Indonesia yang negara subur ini yang masih jadi sapi perah para kapitalisme 
barat.

Maaf kalau ada salah dan tidak berkenan oleh salah satu atau beberapa anggauta 
maillist Agromania.

Wasalaam,
Hw

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Mau Gabung di AGROMANIA BUSINESS CLUB (ABC)?
Kenal dulu dan ikuti langkah sukses mereka di:
DIREKTORI: http://tiny.cc/direktori
BERGABUNG: http://tiny.cc/formulir
INFO: 0 8 1 1 1 8 5 9 2 9 (SMS Only)
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
|a|g|r|o|m|a|n|i|a
Online & Terpercaya Sejak 1 Agustus 2000
MAILING LIST: http://tiny.cc/milis
KIOS PRODUK: http://tiny.cc/kios
BURSA JUAL-BELI: http://tiny.cc/bursa




--- On Fri, 11/13/09, Aku Vegan dan Hijau <love.vegetar...@yahoo.com> wrote:

From: Aku Vegan dan Hijau <love.vegetar...@yahoo.com>
Subject: [agromania] Kompas: Peternakan Hasilkan 51 Persen Gas Rumah kaca
To: s...@pemanasanglobal.com
Date: Friday, November 13, 2009, 8:31 PM







 









      Peternakan Hasilkan 51 Persen Gas Rumah kaca



                                        KOMPAS/SAMUEL OKTORA

                                        Oktavianus

Tipnone melepas ternak dari kandang di areal peternakan yang dikelola

biara Karmel di Kampung Maronggela, Desa Wolomeze, Kabupaten Ngada,

Nusa Tenggara Timur, Sabtu (19/9).







        Kamis, 5 November 2009 | 08:12 WIB



                                Laporan wartawan KOMPAS Lukas Adi Prasetya



YOGYAKARTA, KOMPAS.com

- World Watch Institute, dalam laporan yang dirintis Watch Magazine

Edisi November/Desember 2009 menyebut bahwa peternakan bertanggung

jawab atas sedikitnya 51 persen penyebab gas rumah kaca global. Ini

bukan lagi lampu kuning melainkan sudah lampu merah.World Watch

Institute adalah organisasi riset independen di Washington Amerika

Serikat yang berdiri sejak 1974. Organisasi ini dikenal kritis terhadap

isu global dan lingkungan. Penulis artikel itu Dr Robert Goodland,

mantan penasihat utama bidang lingkungan untuk Bank Dunia, dan staf

riset Bank Dunia Jeff Anhang. Keduanya membuat laporan ini berdasar

Bayangan Panjang Peternakan , laporan yang diterbitkan tahun 2006 oleh

Organisasi Pangan dan Pertanian PBB (FAO).Majalah itu terbit

dalam 36 bahasa dan data penelitiannya digunakan oleh banyak NGO

(lembaga swadaya masyarakat) di seluruh dunia, dan juga badan-badan di

bawah PBB. NGO yang memakai data-datanya antara lain Greenpeace

Southeast Asia, dan Yayasan Obor Indonesia.Dua peneliti itu juga

menghitung siklus hidup emisi produksi ikan yang diternakkan, CO2 dari

pernapasan hewan, dan koreksi perhitungan yang sebenarnya dari jumlah

hewan ternak yang dilaporkan di muka bumi. Gas metana yang dikeluarkan

oleh hewan ternak mengikat panas 72 kali lebih kuat daripada CO2. Hal

ini mewakili kenaikan yang lebih akurat dari perhitungan asli FAO

dengan potensi pemanasan sebesar 23 kali. Meskipun demikian, peneliti

itu memberitahu bahwa perkiraan mereka tentang 51 persen itu masih

angka minimal."Masyarakat Indonesia, bahkan pihak-pihak yang

mestinya memerhatikan isu-isu lingkungan, harus tahu

informasi-informasi mengenai dampak industri peternakan dan bahaya

daging. Apa yang hendak pemerintah Indonesia lakukan sekarang ini?

Data-data sudah terhampar. Pemerintah, jika masih saja tidak percaya

tentang bahaya daging, tolong buka internet dan mencari tahu," ujar

pemerhati lingkungan yang juga dosen arsitektur Universitas Atma Jaya

Yogyakarta Agustinus Madyana Putra.

Sumber:http://sains. kompas.com/ read/xml/ 2009/11/05/ 08121712/ Peternakan. 
Hasilkan. 51.Persen. Gas.Rumah. kaca

 

============ ========= ========

Mitra Bisnis Menanti Anda di:

DIREKTORI: http://tiny. cc/direktori

BURSA JUAL-BELI: http://tiny. cc/bursa

KIOS PRODUK: http://tiny. cc/kios

KOPERASI: http://tiny. cc/agrokoperasi

INFO: 0 8 1 1 1 8 5 9 2 9 (SMS Only)

============ ========= ========























[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke