Salam kenal Mas Bayu dan Mas Imaldi

Saya merasa senang dengan adanya wacana ini, kebetulan saya juga ada berminat 
untuk usaha dipertanian. Tapi melihat pengalaman yang telah dialami oleh kedua 
mas ini jadi ragu pula. Memang para petani kita ini sulit juga untuk diajak 
maju, kelihatannya mereka itu lugu tapi kalau sudah mengenai uang semua akan 
lupa akan pada janji dan nota perjanjian yang sudah sama-sama disepakati 
bersama. Kebetulan saya ada juga kebun sedikit yang lokasinya jauh dari tempat 
tinggal yang setiap minggu saya awasi juga pelaksanaannya tidak optimal yang 
diharapkan. Tadinya dalam milis ini banyak penawaran kebun yang luas kalau 
dilihat dari hasil yang didapat dalam kalkulasi diatas kertas kelihatannya 
sangat menggiurkan. Tapi yang menjadi kendala lokasi dan apa yang disampaikan 
oleh mas berdua itu juga harus menjadi pertimbangan yang matang jika mau 
berusaha dibidang itu.
Yang pasti kata harus nanam orang kita dilokasi tersebut yang dinantu oleh 
masyarakat setempat kemungkinan itu baru berhasil. Ini hanya sedikit 
pertimbangan yang jika kita mau berusaha dibidang pertanian.

Salam

Agus

********************************************
Mau gabung di Agromania Business Club (ABC)?
Isi formulir di: http://www.agromania.co.cc
Informasi: 0 8 1 1 1 8 5 9 2 9 (SMS ONLY)
********************************************


--- On Mon, 9/22/08, Ade Hidayat <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
From: Ade Hidayat <[EMAIL PROTECTED]>
Subject: Bls: [agromania] Re: Tanya bentuk kerjasama pemilik lahan dan petani 
penggarap
To: agromania@yahoogroups.com
Date: Monday, September 22, 2008, 11:15 AM



            Salam kenal buat Mas Bayu & Imaldi,



Sebenarnya betul apa yang disampaikan oleh Mas Imaldi. Kerja sama dengan petani 
(baca: penggarap), lebih banyak faktor non-teknisnya daripada teknisnya. Kadang 
niat baik kita, seringkali disalahgunakan oleh mereka. Mas Imaldi saja yang 
sudah membuat perjanjian di atas Notaris aja masih bisa dikerjain sama para 
petani. Kadang hal ini yang bikin kita malas membangun dan membantu kehidupan 
petani. Susah banget mereka itu diajak untuk majunya.



Saya sendiri mengalami hal yang kurang lebih sama persis dengan Mas Imaldi. Tp 
saya masih belum kapok coba bantu petani, mungkin akan lebih selektif aja, dan 
jumlahnya gak usah banyak2. maksimal 5 orang aja per kelompok. Biar gampang 
ngatur dan gak besar biayanya.



Ada sedikit tambahan buat Mas Bayu....

Problem petani biasanya pada permodalan, teknologi, dan pemasaran. Nah, pada 
petani penggarap yang tidak memiliki lahan, ketiga hal ini seakan sudah jadi 
gurita yang menjerat mereka. Salah satunya adalah jeratan dari para tengkulak. 
Oleh karena itu, untuk meminimalkan hal2 yang tidak kita inginkan (lihat 
pengalaman saya dan mas Imaldi), ada baiknya kita meneliti terlebih dahulu 
calon petani penggarap kita, apakah dia masih mempunyai ikatan dengan para 
tengkulak atau tidak? Kalau ya, ada baiknya kita tinggalkan saja petani yang 
masih memiliki utang-piutang dengan para tengkulak.



Dari sisi pemasaran, kita harus agak cair menerapkannya kepada para petani. 
Kalau tidak kita akan kalah bersaing dengan para tengkulak. Ingat kasus Bulog 
yang gagal atau kurang dalam menyerap gabah dari para petani, karena terlalu 
ketat menerapkan standar mutu gabah dan harga. Petani akhirnya memilih menjual 
kepada para tengkulak dan pengusaha penggilingan beras lokal, meskipun hasil 
gabah mereka tidak diserap semua oleh para tengkulak dan dengan harga yang 
standar (ingat, tengkulak juga ingin cari untung toh?).



Para tengkulak biasanya menerapkan harga tinggi hanya pada saat pembelian 
pertama saja, dan dalam jumlah yang sedikit. Misalnya, dariĀ 4 ton hasil panen, 
dia hanya membeli 100-500 Kg dengan harga lebih tinggi daripada harga standar 
pemerintah/Bulog (meskipun kadar gabahnya masih dibawah mutu). Setelah itu ya, 
nunggu harga jatuh... atau sisa panen petaninya dijual dengan harga yang jauh 
dari ketetapan pemerintah. Nah, pengetahuan ini sebaiknya kita sampaikan terus 
menerus kepada para petani sambil mereka juga diajak untuk terus berupaya 
meningkatkan kualitas mutu gabah hasil panennya.



Perang yang sebenarnya adalah antara kita dengan para tengkulak, bukan dengan 
para petani. Ini yang lumayan merepotkan, karena para tengkulak biasanya 
memiliki jaringan dan sistem serta 1001 cara untuk melawan kita (apalagi kalo 
kita adalah orang/pemain baru di daerah itu). Belum lagi jaringan premannya... 
hehehe.. kejadian Mas Imaldi bisa terulang dan mungkin akan lebih parah tuh....



Satu lagi Mas... Jangan lupa juga ajak tokoh masyarakat/petani yang memiliki 
pandangan untuk mau maju dan dapat dijadikan panutan. Tokoh ini kita dekati 
untuk mau mengajak teman2 nya maju juga... Biasanya tokoh2 informal ini, punya 
banyak pengikut dan kata2nya bisa lebih didengar dan diikuti oleh para 
pengikutnya.



Terakhir... salam maju deh buat Mas Bayu dan Mas Imaldi.



Salam,



Ade Hidayat



============ ========= ======

Mitra Bisnis Menanti Anda di:

http://www.agromani a.co.cc

(Buka TAB Direktori)

============ ========= ======



----- Pesan Asli ----

Dari: imaldi.agoestian <imaldi.agoestian@ yahoo.com>

Kepada: [EMAIL PROTECTED] ps.com

Terkirim: Minggu, 21 September, 2008 01:50:59

Topik: [agromania] Re: Tanya bentuk kerjasama pemilik lahan dan petani penggarap



Mas Bayu,



Sekedar berbagi pengalaman, kebetulan kami pernah menangani hal yang

sama, melakukan kerjasama dengan Petani Penggarap (dalam jumlah ratusan

orang). Berdasarkan yang kami alami permasalahan mendasar bukanlah

dalam hal teknis tapi adalah dalam hal non-teknis.



Dalam kerjasama tersebut hal2 teknis menyangkut tanggung jawab dan

kewajiban masing2 Pihak kami jabarkan secara detail dan tidak ada

masalah dalam membuat perjanjian. Kami membuat perjanjian secara

Notarial (Notarial Agreement) sehingga mempunyai kekuatan hukum yang

kuat dan jelas bagi masing2 Pihak. Tetapi sewaktu sudah panen ceritanya

jadi berbeda, sebagian besar Petani tersebut wan prestasi yaitu

melakukan penjualan hasil panen kepada Pihak lain dan hanya sebagian

kecil yang menjalankan kewajibannya sesuai dengan perjanjian yang

ditandatangani.



Kami mengalami kerugian yang cukup besar. Seandainya kami menempuh

jalur hukum mengacu kepada perjanjian kerjasama, menurut hemat kami

permasalahan akan semakin bertambah karena kami berhadapan dengan

masyarakat banyak.



Jadi menurut pendapat kami yang paling utama adalah apakah Petani yang

akan bekerjasama tersebut bisa dipercaya integritasnya atau bahasa

lainnya bisa memegang amanah ?



Mungkin rekan-rekan yang lain punya pengalaman yang berbeda.



Salam,



Imaldi Agoestian



============ ========= ======

Mitra Bisnis Menanti Anda di:

http://www.agromani a.co.cc

(Buka TAB Direktori)

============ ========= ======



--- In [EMAIL PROTECTED] ps.com, Bayu Lesmana <[EMAIL PROTECTED] ..> wrote:

>

> Rekan-rekan sekalian,

>

> Saya ditawari sebidang sawah disekitar usaha saya. Saat ini dikerjakan

langsung oleh pemiliknya. Sebenernya saya berminat untuk membeli, tapi

masih bingung siapa yang akan menanaminya / mengurusnya, menurut

beberapa orang disekitar situ, bisa dengan kerjasama dengan petani

penggarap.

> Yang ingin saya tanyakan, bagaimana komposisi pembagian hasilnya lalu

siapa yang memodali bibit, pupuk, dll.

> Mungkin ada rekan2 yang sudah memiliki pola seperti ini, mohon

sharingnya.

>

> Terima kasih sebelumnya

> Bayu Lesmana

>

> ************ ********* ********* ********* *****

> Mau gabung di Agromania Business Club (ABC)?

> Isi formulir di: http://www.agromani a.co.cc

> Informasi: 0 8 1 1 1 8 5 9 2 9 (SMS ONLY)

> ************ ********* ********* ********* *****



[Non-text portions of this message have been removed]



____________ _________ _________ _________ _________ _________ _

Dapatkan nama yang Anda sukai!

Sekarang Anda dapat memiliki email di @ymail.com dan @rocketmail. com.

http://mail. promotions. yahoo.com/ newdomains/ id/



[Non-text portions of this message have been removed]





























[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke