saya pernah main ke balai latihan dan penelitian ke departemen pertanian pusat hasilnya hebat - hebat, tapi info tentang hasilnya kok tidak pernah sampai ke petani yaaa
terus kami konfirmasi ke departemen pertanian setempat harus bikin surat dulu, kelihatannya birokrasi di persulit di daerah, dan petugas departemen setempat kelihatannya tidak mau meninjau lapangan langsung, rata2 mereka menunggu proyek dari depatemen pusat yang bisa di korupsi heeeeeee salam setyo budi On 8/10/08, sandi nugroho <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > Salam Teman-Teman Agromania > Menurut kami usul bapak Mugiono sangatlah tepat sekali karena banyak > lembaga penelitian pemerintah tersebar di seluruh negara kita (baik milik > universitas maupun departemen). Penelitian yang dilakukan oleh lembaga > pemerintah sebaiknya diselaraskan dengan kebutuhan industri atau > masyarakat. Sehingga hasil penelitian tersebut langsung dapat diterapkan > atau diaplikasikan dalam kegiatan usaha. > Salam > Sandi Nugroho > > ----- Original Message ---- > From: Mugiono Mugiono <[EMAIL PROTECTED] <mgion99%40yahoo.com>> > To: agromania@yahoogroups.com <agromania%40yahoogroups.com> > Sent: Saturday, August 9, 2008 4:08:17 PM > Subject: Re: [agromania] Nikmatnya jadi Petani Amerika > > Rekan Agraomania Yth, > Usul nih, boleh kan?. Huebat loh kalau Agromania bisa nggandeng lembaga > research pertanian atau apalah yang bisa diaplikasikan dengan mudah kepada > petani kita. So kita para Agromania tidak sulit harus cari sendiri, sehingga > bila kita telah menjadi sebuah kelompok yang saling mengkait, wuah jalan > menjadi petani canggih mulai terbuka. Biaar garaapan petani kita sedikit eh > siapa tahu produktivitasnya tinggi. Semoga ada padi yang bulirnya perbatang > tidak 150 biji tapi 550 biji (mudah-mudahan bukan mimpi ya) > tengkyu buanget, > > > --- On Fri, 8/8/08, D. Hadi <energimania@ gmail.com> wrote: > > From: D. Hadi <energimania@ gmail.com> > Subject: [agromania] Nikmatnya jadi Petani Amerika > To: [EMAIL PROTECTED] ps.com > Date: Friday, August 8, 2008, 10:41 PM > > Kapan Indonesia bisa seperti ini? > > D. Hadi > > NDSU<http://www.kompas. com/read/ xml/2008/ 08/08/18040358/ nikmatnya. > jadi..petani. amerika#> > Petani di North Dakota memanfaatkan teknologi dan peralatan canggih untuk > bertani. > /<http://www.kompas. com/read/ xml/2008/ 08/08/18040358/ nikmatnya. > jadi.petani. amerika> > Jumat, 8 Agustus 2008 | 18:04 WIB > > *Laporan dari Minot, North Dakota* > > Apa yang terjadi jika panen Pak Amat di Jawa Tengah atau Kang Asep di Jawa > Barat gagal? Keluarga mereka pasti akan mengalami kesulitan setelahnya. > Bisa > jadi mereka terpaksa makan nasi aking, menggadaikan barang-barang, dan > menunggak bayaran sekolah anaknya. Tapi bila mereka adalah petani di > Amerika > Serikat, hal seperti itu sepertinya tak akan terjadi. Pasalnya pemerintah > akan mengganti kerugian gagal panen mereka. > > Jaminan dari pemerintah adalah salah satu kenikmatan yang didapat para > petani. Selain jaminan gagal panen, para petani AS juga mendapat bantuan > pengetahuan dan teknologi dari berbagai pihak, terutama universitas. Mereka > bisa dengan mudah mendapat informasi bibit unggul terbaru, kondisi cuaca > harian, bahkan harga berbagai jenis panenan. Itu artinya para petani > diharapkan akrab dengan teknologi dalam kehidupan sehari-hari. > > Menurut Jay Fisher, direktur Pusat Riset Distrik di North Dakota State > University, petani memang sudah menggunakan internet untuk mencari berbagai > informasi. "Petani di North Dakota sebagian besar memiliki akses internet > dari rumahnya," ujar Fisher saat ditemui Senin (28/7) di pusat riset di > pinggiran kota kecil Minot, North Dakota. > > Selain di rumah, para petani dan peternak bisa berkumpul di pusat riset > untuk mengikuti ceramah tentang produk pertanian atau peternakan. Bukan > hanya mendengarkan para peneliti lokal, mereka juga bisa bertanya atau * > sharing* dengan peneliti di lokasi lain secara *teleconference* . > "Akibatnya > petani menjadi akrab dengan teknologi. Mereka bahkan menentukan apa yang > akan ditanam atau di mana hasil panen akan dijual melalui internet," ujar > Fisher. > > Kedekatan para petani terhadap teknologi juga terlihat dalam penggunaan > alat-alat pertanian mereka. Selain mesin-mesin besar yang dipakai memanen, > mereka juga memiliki perlengkapan penanda lokasi semacam GPS (*global > positioning system*) yang bisa menuntun jalannya traktor sehingga tidak > belok ke lahan orang. Alat ini sangat penting mengingat tiap petani > menggarap rata-rata 1.000 hektar lahan. Dengan ketepatan alat ini, > lahan-lahan pertanian terlihat rapi terkotak-kotak dari atas langit North > Dakota. > > Lalu hal apa yang bisa ditiru petani Indonesia? Sulit memang mencontoh > penggunaan mesin-mesin besar dalam proses pertanian karena lahan para > petani > Indonesia tergolong amat kecil. Kebanyakan petani juga bukan pemilik lahan > melainkan penggarap. Namun teknologi dan informasi tetap bisa dimanfaatkan. > Petani sayur di Buleleng, Bali, misalnya sempat meneguk keuntungan setelah > mereka melalui internet berhasil mengetahui kebutuhan pasar. Ada pula > petani > kacang di Jawa Timur yang menemukan pembeli setelah menjelajahi dunia maya. > Tak jarang di antara mereka membentuk komunitas online untuk saling > bertukar > pikiran. > > Permulaannya memang sulit. Kebanyakan petani Indonesia bercerita bahwa > mereka sangat takut mengoperasikan komputer. Takut keliru, katanya. Tapi > itu > bukan hanya masalah di Indonesia. Petani Amerika pun mengalami hambatan > serupa. "Awalnya sulit mengajak mereka memanfaatkan internet," papar > Fisher.. > "Namun setelah beberapa orang mendapatkan manfaat, yang lain akhirnya > tertarik." > > Hal lain yang dirasa sangat membantu petani adalah mudahnya mengakses > informasi pertanian lewat internet. Situs North Dakota State > University<http://www.ag. ndsu.nodak. edu/minot/>misalnya menyediakan > hasil-hasil penelitian mereka yang terbaru mengenai > hama dan sistem pertanian. Itu juga pasti bisa dibangun di Indonesia. Yang > sedikit sulit mungkin adalah memastikan petani akan mendapat ganti rugi > bila > panen mereka gagal. Namun bisa jadi itu bukan hal yang mustahil kelak. Dan > bila sudah begitu, produk pertanian kita mungkin bisa bersaing di pasar > dunia. Siapa tahu? > > *A. Wisnubrata* > Sent from my BlackBerry (c) Wireless device from XL GPRS/EDGE/3G Network > > ____________ _________ _________ _________ ___ > | > $ AGROMANIA BUSINESS CLUB (ABC) > $ Mau Daftar? Segera Hubungi: > $ AGROMANIA (online & terpercaya sejak 1 Agustus 2000) > $ SMS: 0 8 1 1 1 8 5 9 2 9 > $ EMAIL: [EMAIL PROTECTED] co.id. > $ MILIS: http://groups. yahoo.com/ subscribe/ agromania > $ AKTIVITAS: http://ph.groups. yahoo.com/ group/agromania/ photos > $ REFERENSI: http://groups. yahoo.com/ group/agromania/ files/ > $ ALAMAT: Jl.Jambu No.53, Pejaten Barat 2, Jaksel 12510 > $ TELP/FAX: ( 0 2 1 ) 7 1 9 9 6 6 0 > |___________ _________ _________ _________ _ > > [Non-text portions of this message have been removed] > > [Non-text portions of this message have been removed] > > > [Non-text portions of this message have been removed]