Pakan Ternak Jerami
Olahan
INDONESIA merupakan salah satu negara tropis
terbesar di dunia. Posisi Indonesia terletak pada garis khatulistiwa sebagai
kumpulan dari ribuan pulau-pulau kecil (archipelago). Keadaan alam
seperti ini menghasilkan iklim yang sangat mendukung bagi kelangsungan hidup
berbagai jenis hewan dan tumbuhan. Kondisi tersebut telah menjadikan Indonesia
sebagai negara agraris dan maritim yang sangat subur.
Indonesia
sebagai negara agraris memiliki potensi yang sangat besar dalam sektor
pertanian. Sebagian besar masyarakat Indonesia masih menjadikan pertanian
sebagai komoditas usaha dan profesi. Hal tersebut terlihat dari banyaknya
daerah-daerah di Indonesia yang dijuluki sebagai lumbung padi. Kebutuhan
pa-ngan dalam negeri dapat dipenuhi sebagian oleh sektor pertanian.
Produktivitas pertanian tanaman pangan di Indonesia setiap tahunnya memiliki
jumlah yang cukup besar.
Meskipun
demikian, dalam setiap panen raya pertanian tanaman pangan di Indonesia ini
selalu membawa hasil sampingan atau limbah pertanian yang cukup besar pula.
Setiap tahunnya dihasilkan limbah pertanian yang sangat berlimpah hingga
mencapai jutaan ton. Limbah pertanian ini terdiri atas jerami padi, daun
jagung, batang jagung, daun kedelai, daun kacang tanah, dan ubi kayu. Jerami
padi merupakan limbah pertanian terbesar dengan jumlah sekira 20 juta ton per
tahun. Sebagian besar jerami padi tidak dimanfaatkan, karena selalu dibakar
setelah proses pemanenan.
Di
lain pihak, sektor peternakan membutuhkan makanan ternak (pakan) yang harus
tersedia sepanjang waktu. Penyediaan makanan ternak merupakan persyaratan
mutlak bagi pengembangan usaha peternakan. Makanan ternak harus tersedia
sepanjang musim untuk menjaga agar arus pendanaan (cash flow) dalam
usaha peternakan tetap stabil. 
Oleh
karena itu, limbah pertanian berupa jerami padi harus dapat dimanfaatkan
menjadi makanan ternak. Pemanfaatan jerami padi ini sangat diperlukan untuk
menjaga ketersediaan makanan bagi ternak sepanjang waktu. Atas dasar
pertimbangan itu, diperlukan penggunaan teknologi dalam mengolah jerami padi
menjadi makanan ternak berkualitas sehingga dapat dimanfaatkan secara maksimal
oleh ternak. Teknologi pengolahan jerami yang telah berkembang dan mudah
pengerjaannya adalah pengolahan dengan menggunakan teknik amoniasi.
Teknik
amoniasi
M.
Chenost, seorang peneliti dari Institut national de la recherche agronomique 
(INRA) dalam bukunya yang berjudul Roughage Utilization in Warm Climate 
menjelaskan, pengolahan jerami terdiri atas beberapa teknik, yaitu teknik
perlakuan fisik (physical treatment technique), perlakuan biologis (biological
treatment), dan perlakuan kimiawi (chemical technique). Teknik
amoniasi jerami padi tergolong sebagai teknik perlakuan kimiawi. Tujuannya agar
konstituen dari jerami yang berkualitas rendah dapat dicerna enzim pencernaan,
sehingga dapat meningkatkan daya cerna (digestibility) dan jumlah jerami
yang dimakan (intake). 
Jerami
merupakan bagian dari batang tumbuhan tanpa akar yang tertinggal setelah
dipanen butir buahnya. Jika jerami padi langsung diberikan kepada ternak tanpa
melalui proses pengolahan, maka jerami padi ini akan tergolong sebagai makanan
ternak yang berkualitas rendah. Jerami padi memiliki kandungan zat gizi yang
minim, kandungan protein yang sedikit, dan daya cernanya rendah. 
Meskipun
demikian, teknik amoniasi dapat mengubah jerami menjadi makanan ternak yang
potensial dan berkualitas karena dapat meningkatkan daya cerna dan kandungan
proteinnya. Sejumlah negara di dunia seperti, Tunisia, Mesir, dan Algeria telah
melakukan teknik amoniasi jerami padi ini sejak lebih dari 15 tahun yang lalu
(Chenost, 1997)
Prinsip
dalam teknik amoniasi ini adalah penggunaan urea sebagai sumber amoniak yang
dicampurkan ke dalam jerami. Urea yang akan dicampurkan tersebut dapat
dilarutkan ke dalam air terlebih dahulu (cara basah) atau langsung ditaburkan
pada setiap lapisan jerami yang akan diamoniasi (cara kering). Pencampuran urea
dengan jerami harus dilakukan dalam kondisi hampa udara (an-aerob) dan
proses amoniasi jerami ini memerlukan penyimpanan selama satu bulan. Teknik
amoniasi dapat meningkatkan daya cerna jerami. Ternak akan lebih mudah
mengonsumsi jerami hasil amoniasi dibandingkan dengan jerami yang tidak diolah.
Urea dalam proses amoniasi berfungsi untuk menghancurkan ikatan-ikatan lignin, 
selulosa, dan silika yang merupakan faktor penyebab rendahnya
daya cerna jerami bagi ternak.
Lignin
merupakan zat kompleks yang tidak dapat dicerna oleh ternak. Lignin ini
terkandung dalam bagian fibrosa dari akar, batang, dan daun pada
tumbuhan. Jerami dan rumput-rumput kering mengandung lignin yang sangat banyak.
Selulosa
adalah suatu polisakarida yang mempunyai formula umum seperti pati. Terdapat
sebagian besar dalam dinding sel dan bagian-bagian berkayu dari
tumbuh-tumbuhan. Kapas hampir merupakan selulosa murni. Selulosa tidak dapat
dicerna dan tidak dapat digunakan sebagai bahan makanan kecuali pada hewan
ruminansia (sapi, domba, dan kambing) yang mempunyai mikroorganisme selulotik
dalam rumennya. Mikroba tersebut dapat mencerna selulosa dan memungkinkan hasil
akhir dari pencernaan bermanfaat bagi si hewan (Anggorodi, 1984).
Teknik
amoniasi dapat meningkatkan kualitas gizi jerami padi agar dapat bermanfaat
bagi ternak. Teknik amoniasi ini dapat menambah kadar protein kasar (crude
protein) dalam jerami. Kadar protein kasar tersebut diperoleh dari amoniak
di dalam urea yang berperan dalam memuaikan serat selulosa. Pemuaian ini
memudahkan penetrasi enzim selulosa dan meningkatkan kandungan protein kasar
melalui peresapan nitrogen dalam urea.
Jerami
padi yang telah diamoniasi memiliki nilai energi yang lebih besar dibandingkan
jerami yang tidak diolah. Proses amoniasi sangat efektif dalam menghilangkan 
alfatoksin dalam jerami. Jerami yang telah diamoniasi akan terbebas dari 
kontaminasi
mikroorganisme jika jerami tersebut telah diolah dengan mengikuti prosedur yang
benar secara hati-hati.
Prosedur
pembuatan
Untuk
menghasilkan jerami amoniasi yang berkualitas, maka dibutuhkan bahan yang
berkualitas pula. Bahan dasar dari pembuatan jerami amoniasi ini adalah jerami
padi yang tersisa setelah pemanenan. Jerami padi yang akan diamoniasi harus
memenuhi beberapa kriteria yaitu, jerami harus dalam kondisi kering, tidak
boleh terendam air sawah atau pun air hujan, dan harus dalam keadaan baik
(tidak busuk atau rusak).
Jika
telah diperoleh bahan jerami yang berkualitas, maka langkah selanjutnya adalah
penimbangan dan pengikatan. Penimbangan dilakukan agar diperoleh jerami
amoniasi yang sesuai dengan kebutuhan peternak. Sebelum diikat, jerami harus
dimasukkan terlebih dahulu ke dalam kotak kayu berbentuk balok dengan tinggi
sekira 50 cm. Kotak kayu tersebut berfungsi untuk mengemas jerami menjadi padat
dan berbentuk balok sehingga akan memudahkan penanganan. Setelah diikat, jerami
tersebut dapat dikeluarkan kembali dari kotak kayu.
Kemudian,
jerami yang telah diikat harus ditaburi urea sebagai sumber amoniak. Penaburan
urea ke dalam ikatan jerami harus dilakukan secara merata di setiap lapisan.
Hal tersebut harus dilakukan agar proses amoniasi jerami padi berjalan dengan
baik.
Dosis
urea yang ditaburkan ke dalam jerami jumlahnya sekira 4%-6% dari berat jerami.
Dengan kata lain, setiap 100 kg jerami padi yang akan diamoniasi membutuhkan
urea sebanyak 4-6 kg. Jika dosis urea yang ditaburkan ke dalam jerami terlalu
banyak, maka urea tersebut tidak akan memberikan pengaruh signifikan terhadap
nilai nutrisi pada jerami. (Schiere & Ibrahim,1989) 
Jerami
yang telah ditaburi urea harus segera dibungkus dengan rapat. Bahan pembungkus
yang digunakan biasanya berupa lembaran plastik dengan ketebalan yang cukup
memadai. Pembungkusan ini sangat penting dilakukan agar tercipta kondisi hampa
udara (an-aerob). Proses amoniasi harus berlangsung tanpa kehadiran
udara, sehingga pembungkusan harus dilakukan secara hati-hati. Untuk mencegah
kebocoran, jerami yang telah ditaburi urea dapat dibungkus dengan lembaran
plastik sebanyak dua lapis atau lebih.
Setelah
itu, jerami yang telah terbungkus harus disimpan di tempat yang teduh dan
terhindar dari air hujan. Untuk mengoptimalkan penggunaan gas amoniak oleh
jerami, maka di atas plastik pembungkus sebaiknya diberi beban agar ada tekanan
ke bawah. Proses penyimpanan ini membutuhkan waktu selama 1 bulan atau 30 hari.
Satu bulan kemudian, jerami yang terbungkus dapat dibuka dari kemasannya.
Pembukaan tersebut harus dilakukan secara hati-hati karena akan membuat mata
menjadi perih. Jerami amoniasi yang baik ditandai dengan bau amoniak yang
sangat menyengat. Oleh karena itu, jerami amoniasi tersebut harus dibiarkan di
udara terbuka terlebih dahulu agar bau amoniak dapat berkurang.
Jerami amoniasi harus disimpan di ruang
penyimpanan beratap dengan ventilasi yang memadai. Jika jerami amoniasi
dibiarkan di udara terbuka dan terkena air hujan, maka akan terjadi proses
pelapukan atau dekomposisi pada jerami tersebut. Penyimpanan dengan jangka 
waktu lama membutuhkan
jerami amoniasi dengan kadar air sebanyak 20%. Penyimpanan dapat dilakukan
hingga satu tahun dengan kualitas yang tetap terjaga.
Jerami
amoniasi dapat diberikan pada ternak dalam bentuk utuh. Jerami amoniasi yang
akan diberikan pada ternak dapat dicampur dengan molases (produk
sampingan dari ekstraksi gula yang berasal dari tumbuhan) untuk meningkatkan 
palatabilitas dan mengimbangi kandungan kandungan nitrogen non-protein pada 
urea. Pemberian
jerami amoniasi sebagai makanan pokok membutuhkan air minum sebagai faktor yang
sangat perlu diperhatikan.
Tindak
lanjut
Pengolahan
limbah pertanian berupa jerami padi menjadi makanan ternak harus
disosialisasikan agar penggunaannya dapat dilakukan oleh masyarakat secara
luas. Teknik amoniasi jerami padi ini harus dipertimbangkan penggunaan dan
pembangunannya oleh pihak-pihak yang berkepentingan dalam bidang peternakan.
Penggunaan teknologi amoniasi dalam mengolah jerami padi membutuhkan
pengembangan secara intensif agar dapat memberdayakan sumber daya lokal dan
menghindari ketergantungan impor makanan ternak.
Penyediaan
makanan ternak merupakan bagian integral dari pembangunan peternakan secara
umum. Kelangkaan makanan ternak harus diatasi dengan penggunaan berbagai macam
alternatif dalam bahan maupun pengolahan. Makanan ternak yang selalu tersedia
sepanjang waktu dengan diiringi sistem pemeliharaan terpadu akan menciptakan
sektor peternakan yang tangguh dan berkelanjutan.*** 
M.
Ikhsan Shiddieqy, Mahasiswa Departemen Produksi Ternak, Fakultas Peternakan
Unpad.
PENGARUH
VARIETAS DAN TINGKAT PEMBERIANUREA YANG BERBEDA TERHADAP KECERNAAN KESELURUHAN
NUTRISI TERCERNA (TDN), ENERGI TERCERNA (DE) DAN ENERGI TERMETABOLISME (ME)
JERAMI PADI AMONIASI SECARA IN - VITRO
Penelitian
ini dilaksanakan selama bulan juli 2003, pengambilan sampel jerami padi di
wilayah kecamatan Turen Kabupaten Malang. Analisis proksimat terhadap jerami
padi dilakukan di Laboratorium Fakultas Peternakan Universitas Muhammadiyah
Malang. 
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui varietas tingkat pemberian
urea yang berbeda dan interaksinya terhadap keseluruhan kecernaan nutrisi
(TDN), energi tercerna (DE) dan energi termetabolisme (ME) jerami padi amoniasi
secara in-vitro. Manfaat dari penelitian ini memberikan alternatif pakan yang
lebih mudah cara pengolahannya dengan harga yang murah dan dapat meningkatkan
kualitas pakan sehingga dapat memenuhi kebutuhan nutrisi ternak. 
Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah jerami padi dari varietas
Cibogor, Cibodas dan IR 64, buffer, rumen kambing serta urea dengan konsentrasi
yaitu 4%, 6%, 8% dan polybag. Metode yang digunakan adalah eksperiment dengan
rancangan percobaan acak lengkap pola faktorial. Faktor pertama yaitu varietas
dan faktor kedua level urea sebesar 4%, 6% dan 8% yang diulang sebanyak 3 kali
ulangan.Hasil uji F menunjukkan bahwa interaksi antara level urea yaitu 4%, 6%
dan 8% dan varietas jerami padi yaitu Cibogor, Cibodas dan IR 64 tidak
berpengaruh nyata serta perlakuan level dan varietas jerami padi juga tidak
berpengaruh nyata terhadap kecernaan seluruh nutrisi tercerna (TDN), Energi
tercerna (DE) dan Energi Termetabolisme (ME) jerami padi amoniasi secara
in-vitro.
Kesimpulan yang diperoleh bahwa pengaruh varietas jerami padi dan tingkat
pemberian urea yaitu 4%, 6% dan 8% pada jerami amoniasi tidak berpengaruh nyata
terhadap TDN, DE maupun ME.
Dari penelitian ini disarankan bahwa untuk membuat jerami padi amoniasi, level
urea yang digunakan lebih ditingkatkan karena urea sangat baik untuk
meningkatkan kandungan nutrisi pada jerami padi.

Demikian, mudah-mudahan bermanfaat.
salam 
Sutikno
__________________________________________
|
$  AGROMANIA BUSINESS CLUB (ABC)
$  Mau Daftar? Segera Hubungi:
$  AGROMANIA (online sejak 1 Agustus 2000)
$  SMS: 0 8 1 1 1 8 5 9 2 9
$  EMAIL: [EMAIL PROTECTED]
$  MILIS: http://groups.yahoo.com/subscribe/agromania
$  AKTIVITAS: http://ph.groups.yahoo.com/group/agromania/photos
$  REFERENSI: http://groups.yahoo.com/group/agromania/files/
$  ALAMAT: Jl.Jambu No.53, Pejaten Barat 2, Jaksel 12510
$  TELP/FAX: ( 0 2 1 ) 7 1 9 9 6 6 0
|_______________________________________




----- Original Message ----
From: mujoko mujoko <[EMAIL PROTECTED]>
To: agromania@yahoogroups.com
Sent: Thursday, July 3, 2008 6:09:56 PM
Subject: [agromania] Bagaimana menggunakan jerami sebagai pakan sapi?


Salam suskes Agromania

Saya member baru agromania, berasal dari Klaten,
Saya baru saja membeli beberapa Sapi metal untuk di jual nanti lebaran haji
(mudah2an)
beberapa bulan lagi akan masuk musim kering dan panen padi juga sebentar
lagi
Supply jerami akan melimpah dan rumput akan berkurang

Mungkin ada rekan2 yang bisa share bagaimana mengolah jerami agar gizi nya
memadai ?
Pernah dengar istilah permentasi jerami, hanya saja terkendala dengan bahan
dan pengalaman, ada rekan agromania yang bisa share bahan yang mudah
didapat?

Bagaimana memelihara sapi dalam skala rumah tangga yang baik?

Salam sukses
Mujoko

Kirim email ke