KLIPING PILIHAN: Petani Terjerat Utang akibat Kemiskinan

Petani mengalami kemiskinan, antara lain, akibat kesulitan mereka
mengakses permodalan sehingga mereka terjerat

utang. Untuk itu, pemerintah memanfaatkan kembali tenaga penyuluh
pertanian lapangan atau PPL yang selama ini

tersingkir guna membantu petani mengakses modal.

Penegasan itu disampaikan Menteri Pertanian Anton Apriyantono, Senin
(12/3) di Bogor, Jawa Barat, saat memberi

pembekalan kepada 976 tenaga harian lepas PPL.

Mereka adalah bagian dari 6.000 tenaga penyuluh yang dikontrak
pemerintah tahun ini untuk mendukung revitalisasi

pertanian dan pencapaian tambahan peningkatan produksi beras 2 juta ton.

Anton mengatakan, sumber pembiayaan untuk petani banyak, mulai dari
perbankan, dana koperasi, Kementerian Negara

Urusan Koperasi dan Usaha Kecil Menengah, Departemen Pertanian, dan dana
Departemen Sosial.

"Sumber banyak, tetapi (petani) buta informasi karena tidak ada yang
memberi tahu," kata Menteri Pertanian.

Di Deptan sendiri pembiayaan usaha tani meliputi kredit ketahanan pangan
(KKP) sebesar Rp 387 miliar, skim pelayanan

pembiayaan pertanian (SP3) Rp 1 triliun, lembaga usaha ekonomi pedesaan
(LUEP) Rp 223 miliar, bantuan bunga kredit

investasi pertanian Rp 500 miliar, dan bantuan uang muka sistem
standardisasi dan pengujian alat dan mesin

pertanian.

Namun, yang disayangkan, petani tidak mengetahui cara mengakses sumber
pendanaan tersebut. Sekarang ini, jelas

Anton, diperkirakan 70 persen dari jumlah petani tidak tamat sekolah
dasar atau hanya lulus SD.

"Jangan dibiarkan mereka sendiri bersaing dengan pasar yang terbuka.
Mereka itu lemah, harus dibimbing," ujar Anton.

Dalam kaitan inilah PPL bertugas membimbing mereka. Karena itu, petugas
PPL harus sanggup hidup di tengah petani,

jangan di kota.

Bimbingan yang diharapkan tidak saja dalam teknologi pertanian, tetapi
juga memfasilitasi petani agar mereka tidak

saja mengandalkan lahannya yang sempit sebagai tumpuan hidup, tetapi
bagaimana agar petani bisa menangkap peluang

usaha lain yang bisa menyejahterakan.

Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Deptan Ato Suprapto
mengatakan, sebelum era otonomi daerah, tenaga PPL

sebanyak 34.000 orang. Sekarang hanya 28.000 orang.

Tahun 2007 pemerintah merekrut 6.000 PPL tenaga harian lepas. Target
yang diharapkan berjumlah 44.000 orang, dengan

pertimbangan setiap tahun mengalami pensiun.

PPL akan habis

Perwakilan International Rice Research Institute (IRRI) di Indonesia,
Mahyuddin Syam, mengatakan, dalam lima tahun

lagi, 50 persen tenaga PPL masuk masa pensiun. Tanpa ada perhatian lebih
pada mereka, tenaga PPL bakal habis.

Tahun ini pemerintah merekrut 6.000 tenaga harian lepas PPL. Mereka
digaji Rp 1 juta-Rp 1,4 juta tiap bulan dengan

biaya operasional sebesar Rp 250.000.

Mulai kemarin tenaga PPL tersebut menjalani pendidikan dan praktik kerja
lapangan. Mereka juga dididik dan diberi

pelatihan di tujuh balai besar pertanian di Indonesia.

"Selain tenaga penyuluh, pemerintah juga merekrut 1.288 orang tenaga
pengendali organisme pengganggu tanaman dan

pengamat hama penyakit," ujar Ato Suprapto. (MAS)


Kompas - Selasa, 13 Maret 2007




Kirim email ke