Maaf mas Andreas, tampaknya Anda salah faham dengan tulisan saya. Dengan segala 
hormat, sekali lagi mohon maaf. Tentang boikot menurut saya bukan harga mati, 
seperti yang Mas Andreas bilang, kita umumnya masih sulit untuk melakukannya 
karena tidak ada subitusi. Lalu apakah dengan itu kita langsung menyerah dengan 
keadaan. Bahkan menurut saya hal itu bisa memicu bangsa kita, agar bisa 
berkarya, mencipta sesuatu yng selama ini kita masih bergantung pada pihak lain.
 
Salam hormat,
Faisal

--- On Wed, 1/14/09, andreas susanto <kaka290...@gmail.com> wrote:

From: andreas susanto <kaka290...@gmail.com>
Subject: Re: [smu2jombang] Mengapa Rakyat Indonesia Harus Mendukung Palestina?
To: smu2jombang@yahoogroups.co.uk
Date: Wednesday, January 14, 2009, 5:05 AM






aku ikut berdoa....
ikut dukung gan....udah itu aja tho?
apalagi? bingung juga.....real memang itu yang kita bisa....mo muluk2
keliatannya kog susah.....
mo boikot ayo boikot tapi yang kita mampu....
dengan banyak postingan seperti ini kadang aku membayangkan coba kita
sekuat itu.....
coba kita sedigdaya itu.....
dalam arti........ ...kita bisa nyaingin USA dan Yahudi.....
dalam konteks tertentu memang bisa....seperti makanan, minuman
tapi coba kita pikir jaringan internet yang kita gunakan....( milis kita)....
coba muslim punya jaringan internet sendiri....
coba kita bisa digdaya seperti itu.....
trus elektronik, coba mas muslim punya produk untuk nandingin produk mereka....
tapi kita tidak kuasa mas?
aku terus terang masih make laptop acer, masih pake produk nokia,
masih pake produk unilever (setahuku juga punya usa), masih minum aqua
(produk danone)....
coba mas.....berpikir jernih.....jangan emosional... .
alam kita mas udah habis dimiliki oleh mereka...... ......
kita sudah dalam cengkraman mereka secara tidak sadar....... ....
freeport, inco, minyak, aqua (air/danone) , elektronik, baju, dan
sebagainya.. ......... ..
bahkan kalo mo realistis kita preteli dari ujung kaki sampe ujung
kepala.....dari sehari2 yang kita pake
berapa persen mas kita gunakan produk mereka?
unilever menguasai hampir semua produk sehari2...sampo, sabun mandi,
pasta gigi........ .....semuanya. ....
kalo memang kita punya produk substitusinya ndak papa mas....
tapi kalo ndak ada??? konyol juga mas......
cuman kadang juga aku berpikir yang membuat email ini tidak cuman
menghimbau.. ......... ..
dia sudah dengan kesadaran yang luar biasa bisa menghindari produk2 mereka.....
tapi kalo tidak....... ......... .......ya aneh aja mas......... .
himbauan cuman himbauan.... ......... ........
sudahkah mas faisal melakukan itu?????

On Wed, Jan 14, 2009 at 7:20 PM, Faisal Zulkarnaen <ichal...@yahoo. com> wrote:
>
>
> Salam,
> Bapak2, Ibu2, Mas, Mbak dan adik2 anggota milis alumni SMA 2 Jombang,
> Semoga semuanya dapat menjalankan aktifitas dengan baik.
> Sebelumnya cukup menarik mengikuti dialog di milis ini tentang topik
> berjudul "Mari Boikot". Ingin juga ikut nimbrung sejak awal topik itu
> meramaikan milis, namun baru kali ini bisa, karena beberapa kesibukan. Saya
> membaca dari beberapa postingan yang bahwa dialognya cukup seru tentang
> boikot-memboikot produk barat (khususnya Yahudi) terkait serangan Israel di
> Jalur Gaza.
>
> Saya berharap bahwa dialog ini tidak memecah silaturahmi di antara sesama
> alumni SMUDA, apa pun pendapat yang kita ungkapkan.
>
> Saya sendiri berpendapat bahwa boikot produk2 itu perlu dalam rangka
> mendukung perjuangan rakyat Palestina untuk mendapatkan kemerdekaannya.
> Namun tentu dengan kemampuan yang bisa kita lakukan, saya sendiri menuliskan
> ini melalui Yahoo!
> Artinya kebanyakan kita masih susah menghilangkan ketergantungan pada
> produk2 tersebut. Jadi, kita bisa menimbang diri kita masing2 sejauh mana
> kita bisa memboikot produk Yahudi. Saya sendiri tidak rela jika uang yang
> saya belanjakan kemudian digunakan membiayai pembantaian rakyat Palestina,
> dengan pengecualian tidak ada pilihan lain. Ini pendapat saya. Tapi misalnya
> ngapain sih beli Dunkin Donuts kalo ada Donat Kampung Utami
> (....hehe... dapat cipratan promosian gak ya...:)
>
> Jika boikot menurut sebagian orang masih kurang efektif karena "tidak ada
> pilihan lain" bukan berarti dukungan untuk perjuangan rakyat Palestina
> berhenti di sini saja. Setidaknya kita bisa berdoa untuk mereka, setidaknya
> hati kita tidak rela dengan kebiadaban Israel. Tapi jika kita tak acuh,
> betapa kita pernah berhutang budi pada mereka yang menjadi korban kebiadaban
> Israel.
> Sampai saat tulisan ini dibuat, jumlah korban gugur di Palestina sebanyak
> 976 orang dan korban luka-luka sebanyak 4525 (Al-Jazeera, 14/1/09).
>
> Bahkan, tanpa hutang budi, sebagai manusia sudah selayaknya dukungan kita
> hadir untuk mereka. Saya susah membayangkan para warga Gaza itu kelaparan
> dan kedinginan dengan suhu sekitar 3-10 derajat celcius, bahkan kadang
> kurang dari itu. Listrik dan air juga diputus sejak beberapa bulan yang
> lalu. Jarak tempat saya bermukim sekarang hanya sekitar 10 jam perjalanan
> darat dari Rafah, yang cuaca musim dingin dapat saya rasakan setiap hari.
> Namun tanpa listrik dan air plus dentuman meriam, deru pesawat tempur dan
> rentetan senjata, maaf, susah saya menggambarkannya. Yang jelas menyayat
> hati.
>
> Ini ada sebuah tulisan dari sebuah milis yang saya ikuti, dengan beberapa
> perubahan seperlunya.
>
>> Ngapain sih mendukung Palestina?
>> Pasti banyak yang bertanya-tanya demikian...
>>
>> Kalau ada ribut-ribut di negara- negara Arab, misalnya di Mesir,
>> Palestina, atau Suriah, kita sering bertanya apa signifikansi dukungan
>> terhadap Negara tersebut. Misalnya baru-baru ini ketika Palestina
>> diserang. Ngapain sih mendukung Palestina?
>>
>> Pertanyaan tersebut diatas sering kita dengar, terutama karena kita
>> bukan orang Palestina, bukan bangsa Arab, rakyat sendiri sedang susah,
>> dan juga karena entah mendukung atau enggak, sepertinya tidak
>> berpengaruh pada kegiatan kita sehari-hari.
>>
>> Padahal, untuk yang belum mengetahui.. kita sebagai orang Indonesia
>> malah berhutang dukungan untuk Palestina.
>>
>> Sukarno-Hatta boleh saja memproklamasikan kemerdekaan RI de facto
>> pada 17 Agustus 1945, tetapi perlu diingat bahwa untuk berdiri (de
>> jure) sebagai negara yang berdaulat, Indonesia membutuhkan pengakuan
>> dari bangsa-bangsa lain. Pada poin ini kita tertolong dengan adanya
>> pengakuan dari tokoh tokoh Timur Tengah, sehingga Negara Indonesia
>> bisa berdaulat.
>>
>> Gong dukungan untuk kemerdekaan Indonesia ini dimulai dari Palestina
>> dan Mesir, seperti dikutip dari buku "Diplomasi Revolusi Indonesia di
>> Luar Negeri" yang ditulis oleh Ketua Panitia Pusat Perkumpulan
>> Kemerdekaan Indonesia , M. Zein Hassan Lc. Buku ini diberi kata
>> sambutan oleh Moh. Hatta (Proklamator & Wakil Presiden pertama RI), M.
>> Natsir (mantan Perdana Menteri RI), Adam Malik (Menteri Luar Negeri RI
>> ketika buku ini diterbitkan) , dan Jenderal (Besar) A.H. Nasution.
>>
>> M. Zein Hassan Lc. Lt. sebagai pelaku sejarah, menyatakan dalam
>> bukunya pada hal. 40, menjelaskan tentang peranserta, opini dan
>> dukungan nyata Palestina terhadap kemerdekaan Indonesia, di saat
>> negara-negara lain belum berani untuk memutuskan sikap.
>>
>> Dukungan Palestina ini diwakili oleh Syekh Muhammad Amin Al-Husaini
>> -mufti besar Palestina- secara terbuka mengenai kemerdekaan Indonesia:
>>
>> ".., pada 6 September 1944, Radio Berlin berbahasa Arab menyiarkan
>> 'ucapan selamat' mufti Besar Palestina Amin Al-Husaini (beliau
>> melarikan diri ke Jerman pada permulaan perang dunia ke dua) kepada
>> Alam Islami, bertepatan 'pengakuan Jepang' atas kemerdekaan Indonesia.
>> Berita yang disiarkan radio tersebut dua hari berturut-turut, kami
>> sebar-luaskan, bahkan harian "Al-Ahram" yang terkenal telitinya juga
>> menyiarkan." Syekh Muhammad Amin Al-Husaini dalam kapasitasnya sebagai
>> mufti Palestina juga berkenan menyambut kedatangan delegasi "Panitia
>> Pusat Kemerdekaan Indonesia" dan memberi dukungan penuh. Peristiwa
>> bersejarah tersebut tidak banyak diketahui generasi sekarang, mungkin
>> juga para pejabat dinegeri ini.
>>
>> Bahkan dukungan ini telah dimulai setahun sebelum Sukarno-Hatta
>> benar-benar memproklamirkan kemerdekaan RI. Tersebutlah seorang
>> Palestina yang sangat bersimpati terhadap perjuangan Indonesia ,
>> Muhammad Ali Taher. Beliau adalah seorang saudagar kaya Palestina yang
>> spontan menyerahkan seluruh uangnya di Bank Arabia tanpa meminta tanda
>> bukti dan berkata: "Terimalah semua kekayaan saya ini untuk
>> memenangkan perjuangan Indonesia .."
>>
>> Setelah seruan itu, maka negara daulat yang berani mengakui kedaulatan
>> RI pertama kali oleh Negara Mesir 1949. Pengakuan resmi Mesir itu
>> (yang disusul oleh negara-negara Tim-Teng lainnya) menjadi modal besar
>> bagi RI untuk secara sah diakui sebagai negara yang merdeka dan
>> berdaulat penuh.. Pengakuan itu membuat RI berdiri sejajar dengan
>> Belanda (juga dengan negara-negara merdeka lainnya) dalam segala macam
>> perundingan & pembahasan tentang Indonesia di lembaga internasional.
>>
>> Dukungan Mengalir Setelah Itu
>>
>> Setelah itu, sokongan dunia Arab terhadap kemerdekaan Indonesia
>> menjadi sangat kuat. Para pembesar Mesir, Arab dan Islam membentuk
>> 'Panitia Pembela Indonesia '. Para pemimpin negara dan perwakilannya
>> di lembaga internasional PBB dan Liga Arab sangat gigih mendorong
>> diangkatnya isu Indonesia dalam pembahasan di dalam sidang lembaga
>> tersebut.
>>
>> Di jalan-jalan terjadi demonstrasi- demonstrasi dukungan kepada
>> Indonesia oleh masyarakat Timur Tengah. Ketika terjadi serangan
>> Inggris atas Surabaya 10 November 1945 yang menewaskan ribuan penduduk
>> Surabaya , demonstrasi anti Belanda-Inggris merebak di Timur-Tengah
>> khususnya Mesir. Sholat ghaib dilakukan oleh masyarakat di
>> lapangan-lapangan dan masjid-masjid di Timur Tengah untuk para syuhada
>> yang gugur dlm pertempuran yang sangat dahsyat itu.
>>
>> Yang mencolok dari gerakan massa internasional adalah ketika momentum
>> Pasca Agresi Militer Belanda ke-1, 21 juli 1947, pada 9 Agustus. Saat
>> kapal "Volendam" milik Belanda pengangkut serdadu dan senjata telah
>> sampai di Port Said.
>>
>> Ribuan penduduk dan buruh pelabuhan Mesir berkumpul di pelabuhan itu.
>> Mereka menggunakan puluhan motor-boat dengan bendera merah-putih
>> &#8211;tanda solidaritas- berkeliaran di permukaan air guna mengejar dan
>> menghalau blokade terhadap motor-motor- boat perusahaan asing yang
>> ingin menyuplai air & makanan untuk kapal "Volendam" milik Belanda
>> yang berupaya melewati Terusan Suez, hingga kembali ke pelabuhan.
>> Kemudian motor boat besar pengangkut logistik untuk "Volendam"
>> bergerak dengan dijaga oleh 20 orang polisi bersenjata beserta Mr.
>> Blackfield, Konsul Honorer Belanda asal Inggris, dan Direktur
>> perusahaan pengurus kapal Belanda di pelabuhan. Namun hal itu tidak
>> menyurutkan perlawanan para buruh Mesir.
>>
>> Wartawan 'Al-Balagh' pada 10/8/47 melaporkan:
>>
>> "Motor-motor boat yang penuh buruh Mesir itu mengejar motor-boat besar
>> itu dan sebagian mereka dapat naik ke atas deknya. mereka menyerang
>> kamar stirman, menarik keluar petugas-petugasnya, dan membelokkan
>> motor-boat besar itu kejuruan lain."
>>
>> Melihat peliknya usaha kita untuk merdeka, semoga bangsa Indonesia
>> yang saat ini merasakan nikmatnya hidup berdaulat tidak melupakan
>> peran bangsa bangsa Arab, khususnya Palestina dalam membantu
>> perjuangan kita.
>>
>> Statement Tokoh dalam buku ini:
>> Dr. Moh. Hatta
>> "Kemenangan diplomasi Indonesia yang dimulai dari Kairo. Karena dengan
>> pengakuan Mesir dan negara-negara Arab lainnya terhadap Indonesia
>> sebagai negara yang merdeka dan berdaulat penuh, segala jalan tertutup
>> bagi Belanda untuk surut kembali atau memungkiri janji, sebagai selalu
>> dilakukannya di masa-masa yang lampau."
>>
>> A.H. Nasution
>>
>> "Karena itu tertjatatlah, bahwa negara-2 Arab jang paling dahulu
>> mengakui RI dan paling dahulu mengirim misi diplomatiknja ke Jogja dan
>> jang paling dahulu memberi bantuan biaja bagi diplomat-2 Indonesia di
>> luar negeri. Mesir, Siria, Irak, Saudi-Arabia, Jemen, memelopori
>> pengakuan de jure RI bersama Afghanistan dan IranTurki mendukung RI.
>> Fakta-2 ini merupakan hasil perdjuangan diplomat-2 revolusi kita. Dan
>> simpati terhadap RI jang tetap luas di negara-2 Timur Tengah merupakan
>> modal perdjuangan kita seterusnja, jang harus terus dibina untuk
>> perdjuangan jang ditentukan oleh UUD '45 : "ikut melaksanakan
>> ketertiban dunia jang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan
>> keadilan sosial".
>
> Saya ingin menambahkan tentang dukungan bangsa Arab bagi perjuangan
> kemerdekaan Indonesia.
>
> Dalam sebuah dokumen di Dar al-Watsaiq al-Qawmiyah di Kairo disebutkan bahwa
> untuk menyerahkan surat pengakuan kemerdekaan Indonesia itu, Abdurrahman
> Azzam Pasha, Sekjen Liga Arab saat itu, meminta Abdul Mun'eim, Konjen Mesir
> di Bombay berangkat ke Indonesia sebuah pesawat kecil jenis Dakota yang di
> dalamnya penuh dengan senjata untuk pejuang Indonesia. Agar diperbolehkan
> terbang, mereka meminta izin untuk berburu ke tanah Melayu, tentu dengan
> skenario yang telah disiapkan. Kemudian ketika hampir sampai di Malaya,
> pesawat dibelokkan ke wilayah Indonesia dengan alasan gangguan mesin.
> Akhirnya pesawat mendarat di tempat yang sudah disiapkan pemuda Indonesia.
> Abdul Mun'im tiba di Yogyakarta pada 13 Maret 1947 dan diterima oleh
> Presiden Soekarno.
>
> Ketika Indonesia merdeka tahun 1945, apakah Palestina sudah sejahtera dan
> merdeka. Belum, ketika itu Palestina masih dalam cengkeraman penjajah
> Inggris yang kemudian menyerahkannya kepada orang-orang Yahudi sehingga
> berdiri Israel tahun 1948.
>
> Dukungan kita sangat diharapkan oleh warga Palestina sebagaimana kita dulu
> mengharapkan dukungan internasional untuk kemerdekaan RI. Tentu tidak
> berarti dengan mendukung Palestina kita melupakan keadaan di sekitar kita.
>
> Demikian, mohon maaf jika ada yang tidak berkenan dan sangat mengharap
> koreksi jika ada kesalahan pengungkapan fakta sejarah di atas.
>
>
> Tulisan ini dibuat dengan setulus doa untuk Palestina.
> Bukan bermaksud mengajari atau menggurui, tapi mengungkapkan isi hati.
>
>
> Salam,
> Faisal Zulkarnaen
> IPS-4/2003
>
> http://faisal- zulkarnaen. blogspot. com
>
>
>
>
> [Non-text portions of this message have been removed]
>
> 
 














      

[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke