---------- Forwarded message ----------
From: [EMAIL PROTECTED]
Date: Fri, 27 Apr 2007 20:08:50 +0700
Subject: [al-its] Tukul Arwana
To: [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED]

>From : Djodi Ismanto <[EMAIL PROTECTED]>
Tukul Arwana

"Saya ini seperti pisau yang jelek tapi diasah terus sehingga bisa jadi
tajam,"sebut sesosok pria yang kini enam hari sekali menjumpai pemirsa di
stasiun Trans7 melalui program Empat Mata. Mudah ditebak, sosok itu adalah
Tukul Arwana. Banyolan yang khas, tepuk tangan ala monyet, bahasa inggris
yang kacau, kepolosan dan penampilan konyol yang menjadi trade mark-nya,
mampu mengantarkan pria bernama asli Tukul Riyanto ini mencapai puncak
keemasannya.

Tukul kini boleh jadi telah menjadi semacam ikon atau simbol orang desa
yang mampu 'menaklukkan' kota. Pengakuannya sebagai orang kelahiran desa,
dengan tingkah laku yang kampungan, slapstik, seakan menjadi simbolisasi
kesuksesan yang benar-benar dimulai dari bawah. Maka, tak heran, ia
dianggap mampu menjadi representasi kebanyakan orang yang ingin sukses.
Inilah yang membuat banyak orang mau antri untuk datang ke acaranya,
selain tentu untuk menikmati banyolan-banyolannya.

Perjuangan kelahiran Semarang 16 Oktober 1963 ini memang sangat panjang
dan berliku. Untuk mendapatkan kesuksesan seperti saat ini, Tukul harus
berjuang dari panggung ke panggung. Menurut pria yang sudah suka melawak
di panggung 17 Agustusan sejak kecil ini, proses adalah bagian terpenting
dalam hidupnya. "Saya sudah kenyang diremehkan, dicaci, dan dicibir. Saya
jalan dari satu kampung ke kampung yang lain, dari satu panggung ke
panggung yang lain. Dan inilah yang sekarang saya terima," kata bapak satu
anak yang sering menggambarkan dirinya sebagai hasil dari kristalisasi
keringat itu.
Menurut mantan sopir omprengan, kru shooting video, sopir pribadi, dan
penyiar radio ini, kunci sukses yang utama pada dirinya adalah menikmati
kelemahan dalam diri, dan mengubahnya menjadi berkah. "Makanya saya
nikmati saja diolok-olok, dijelek-jelekkan, wong malah itu yang menghidupi
saya sekarang." Selain itu, Tukul juga menyebut sejumlah nama, selain
istrinya, yang turut memberi andil pada suksesnya. Beberapa di antaranya
yaitu Joko Dewo dan Tony Rastafara yang pertama kali mengajaknya melawak
ke Jakarta. Ia juga menyebut Radio Humor SK dan kelompok lawak Srimulat
sebagai prosesnya memperkaya materi lawakan. "Saya bisa mencapai ini semua
berkat bantuan banyak orang juga," ujar pria yang kini sering mengundang
beberapa orang yang dianggap berjasa pada karirnya, untuk ikut tampil di
Empat Mata.

Kini, boleh jadi Tukul telah jadi pelawak paling mahal di Indonesia.
Konon, tarifnya sekali manggung mencapai Rp30 juta. Padahal, untuk acara
Empat Mata, ia sudah mengantongi kontrak hingga 260 episode. Jika ditotal,
plus honor jadi bintang iklan beberapa produk, pendapatannya per tahun
miliaran rupiah. Sebuah motor Harley Davidson kini juga menjadi simbol
kesuksesan yang sudah diraihnya. Rumahnya pun ada beberapa, sebagian
dikontrakkan untuk menambah pundi-pundi simpanan masa tuanya. Bersama
mantan majikannya, ia juga berencana untuk membuka restoran.

Namun, mendapat kelimpahan rejeki demikian banyak, Tukul tak melupakan
asalnya. Karena itu, demi membantu rekan-rekan sesama pelawak yang belum
sukses, ia membelikan beberapa motor untuk dijadikan sarana ojek bagi
rekannya. Selain itu, ia menyediakan satu rumah khusus untuk dijadikan
tumpangan rekannya selama di Jakarta. Rumah yang dinamai Posko Ojo Lali
itu juga dijadikan ajang tukar pikiran dan meramu ide kreatif lawakan.
Selain itu, saat ini ia juga ingin merealisasikan sebuah program acara
untuk mengakomodasi teman-teman pelawak yang belum berhasil. "Banyak
pelawak yang potensial, namun belum terangkat. Saya yang sedang di puncak
ingin mereka juga bisa berhasil," harap Tukul.

Perjuangan Tukul dari nol adalah sebuah gambaran ketekunan dan keuletan
yang perlu kita contoh. Keyakinannya yang kuat untuk menjadi pelawak
terkenal, ditambah kemauannya belajar banyak hal, telah menjadikannya
sebagai ikon orang desa yang bisa menaklukkan kota. Perhatiannya kepada
sesama rekan pelawak yang belum sukses juga patut diteladani. Dengan
begitu, apapun bentuk kesuksesan yang kita raih, bisa lebih bermakna bagi
sesama.

.



[Non-text portions of this message have been removed]




-- 
aduH L-13
 --------------------------------------------------
Gak ono tapi ono, ono tapi gak ono

Kirim email ke