copy paste artikel dari huttaqi.com

salam,
-- 
aduH L-13
 --------------------------------------------------
Gak ono tapi ono, ono tapi gak ono


Assalamu 'alaikum Wr.Wb

Seandainya seseorang menyampaikan pendapatnya, (dengan berbagai macam
sebab dan motivatornya), maka kemudian timbullah keinginan orang lain
untuk menanggapinya.

Jenis tanggapannya ada 2 macam.
1. Ditanggapi dengan diam, tidak berkomentar maupun tidak menanggai
secara verbal dan non verbal,
2. Ditanggapi dengan menggunakan bahasa verbal dan non verbal..

Kalau kita teliti, maka sebab-sebab keinginan untuk menanggapi itu  ada 3 macam:
1. Setuju atau sependapat dengan apa yang disampaikan
2. Ketidak setujuan dengan apa yang disampaikan
3. Bisa jadi tidak termasuk setuju ataupun tidak setuju, melainkan
diluar opsi itu

Sebab timbulnya setuju atau sependapat, adalah disebabkan karena
adanya KECOCOKAN dengan apa yang sudah dipahami, cocok dengan logika
pemikiran setelah dipertimbangkan dan mungkin sebab cocok dengan
perasaannya atau dugaannya dan mungkin juga kecocokan itu timbul
karena rasa senang dengan orang yang berpendapat.
Sebab jika rasa senang atau  cinta yang mendasari seseorang, maka
sesuatu yang salahpun bisa jadi benar menurut pandangan orang yang
diselubungi rasa senang atau cinta itu.

Ketidak setujuan biasanya timbul apabila TIDAK ADANYA KECOCOKAN. Tidak
cocok dengan pemahaman yang sudah dipelajari sebelumnya, tidak cocok
dengan logika dirinya, tidak cocok dengan perasaannya atau tidak cocok
dengan dugaannya dan juga bisa jadi ketidak cocokan itu disebabkan
karena timbulnya rasa-rasa di dalam hati seperti adanya rasa tidak
suka, rasa benci, rasa iri hati, rasa merasa benar sendiri, rasa tidak
mau dirinya diposisikan salah, dll.

Jika sebuah pendapat seseorang disampaikan, dan ternyata berbeda
dengan pendapat kita alias tidak cocok dengan apa yang sudah kita
pahami, maka secara normal seseorang itu akan bereaksi atau akan
menanggapi. Ada beberapa macam reaksi yang mungkin timbul pada diri
seseorang setelah mengetahui adanya pendapat yang tidak cocok dengan
yang ada dalam dirinya. :

1. Reaksi yang pertama adalah seseorang itu menganggap wajar adanya
sebuah perbedaan pendapat. Bisa jadi orang lain itu memiliki pendapat
yang berbeda dan itu mungkin benar menurut orang itu, dan diri sendiri
memang memiliki pendapat yang berbeda menganggap bahwa pendapat yang
sekarang kita pahami juga benar. Kemudian terjadi, menghormati adanya
perbedaan, menghargai adanya perbedaan, menghormati pendapat orang
lain, menghargai orang lain berpendapat, tidak memaksakan orang yang
berbeda itu untuk sepaham dengan kita dan sebaliknya.


2. Ada juga yang bereaksi mencoba memahami pendapat yang berbeda itu,
dipertimbangkan, dipikirkan, dicoba dipahami jalur logikanya, dan
pabila ternyata jalur logikanya benar, maka ia akan melanjutkan dengan
mengkomparkan, menguji pendapatnya sendiri dan dia akan mencoba
menjawab, Mengapa ada perbedaan dengan apa yang saya pahami? kalau
memang pendapatnya seseorang itu benar, tentulah ada kekurangan atau
celah di dalam logika pemahaman yang saya pegang.kalau memang pendapat
yang saya pahami ini benar, tentulah pendapat orang lain itu ada jalur
pemahamannya yang kurang tepat. Dimanakah letak ketidak tepatan
pemahaman atau logika yang saya pegang ini? dimanakah letak
ketidaktepatan pemahaman orang lain itu?dipertimbangkan, dipikirkan
sampai diri menemukan titik temunya untuk kemudian bisa memastikan
apakah pendapatnya selama ini memang benar, ataukah ternyata pendapat
orang lain itulah yang benar.
Kadang tidak bisa hanya berpikir sesaat apa yang disampaikan oleh
orang lain, kadang dilihat dampak-dampaknya, kadang dilihat sisi waktu
keberadaannya, dll. Nah setelah berbagai aspek dipakai untuk menguji
pendapat orang lain tersebut, barulah diri berani menyimpulkan, apakah
pendapat orang lain itu memang masih dangkal, ataukah benar, ataukah
salah, dan pendapat diri ini memang benar, ataukah kurang, ataukah
salah. Pengujian seperti ini yang akan selalu meningkatkan keilmuan
dan keyakinan kita. Dan kitapun menghindari judgement atau vonis bagi
orang lain, sebab kita memahami bahwa kemampuan akal pikir dan
kemampuan ruhani seseorang adalah berbeda-beda.

3.Reaksi yang lain adalah menganggap bahwa sebuah pendapat yang
berbeda adalah selalu berarti salah, hal ini disebabkan karena
seseorang itu menganggap bahwa apa yang dipahaminya adalah mutlak
benar, sehingga jika ada yang berbeda pendapat dengan dirinya, maka
pastilah pendapat itu salah. Tidak perlu lagi di uji, karena
berangkatnya adalah dasar rasa, apa yang sudah diyakini dan tidak
dibuka lagi kemungkinan untuk menerima kebenaran yang lebih tinggi
lagi. Dan kemudian seringkali didorong dengan semangat untuk
menyampaikan kebenaran (kebenaran menurut dirinya sendiri) dia
berkeinginan untuk memberitahu kesalahan orang lain dimana dan letak
kebenaran dirinya dimana. (dikotomi, orang lain pastilah salah jika
berbeda dengan dirinya, dan otomotasi dirinyalah yang benar). Dan yang
runyam ketika dua orang dengan karakter seperti ini bertemu, saling
merasa benar, saling ingin menyampaikan kebenaran dirinya
masing-masing, maka timbullah debat kusir, otot-ototan, debat yang
berkepanjangan yang tidak ada juntrungnya. Bahkan dalam sebagian
kasus, sampai terjadi adu fisik demi memperjuangkan kebenaran menurut
versinya masing-masing.

4. Ada yang bereaksi didorong oleh rasa tidak mau disalahkan.
Orang-orang seperti ini menganggap bahwa jika ada orang yang berbeda
pendapat dengan dirinya, apalagi jika berbeda pendapat itu secara
langsung melalui adu argumentasi, melalui debat, langsung disampaikan
ke dirinya, maka orang-orang seperti ini menganggap bahwa dirinya
sudah DISERANG ! sehingga ia perlu untuk membela diri, sebab itu
menyangkut "HARGA DIRI" katanya. Ada sesuatu yang direndahkan dalam
dirinya melalui pendapat orang lain yang berbeda, yang terasa adalah
bahwa dirinya sedang diserang dalam istilah lain yang lebih jelas
bahwa ada dirinya sedang DISALAHKAN.
Perbedaan pendapat yang dia terima disikapi dengan persepsi bahwa
dirinya sedang di judgement, sedang divonis, sedang disalahkan,
apalagi jika sebuah aduargumentasi itu dilakukan di forum atau dimuka
umum.Untuk itu dirinya merasa perlu untuk membela diri, membela harga
dirinya, melalui MELAWAN pendapat yang berbeda tadi.

5. Ada reaksi yang ketika orang berbeda pendapat dengan dirinya, dan
dia merasa bahwa dirinya tidak mengetahui apa yang dibicarakan oleh
orang itu, maka yang penting dia melakukan tanggapan yang berbeda,
seringkali bukan argumentasinya yang dibantah, melainkan perorangannya
yang diserang. Ini lah yang kadang disebabkan karena di dalam hati
timbul rasa IRI HATI, HASAD, DENGKI.
Kadang bisa jadi ia sebenarnya paham bahwa pendapatnya orang lain itu
adalah benar, tetapi karena GENGSI yang ada di dirinya, maka ia akan
menanggapi dengan sinis, yang ada adalah bagaimana supaya pendapat
orang lain itu tidak ada yang percaya, bagaimana supaya orang banyak
menganggap bahwa penyampai pendapat itu adalah orang yang tak layak,
yang bodoh, yang jahat, yang jelek, dll, dan ini yang mendorong adalah
rasa IRI HATI, HASAD, DENGKI. Tidak ingin orang lain dianggap lebih
pandai dari dirinya, tidak ingin orang lain dianggap lebih mengetahui
dari pada dirinya, tidak ingin orang lain itu lebih diperhatikan
daripada dirinya.
Yang ada adalah keinginan untuk merebut perhatian khalayak, merebut
pujian khalayak, merebut anggapan khalayak, bahwa dirinya lah yang
pandai, pinter, bahwa dirinyalah yang lebih menguasai dan lebih
mengetahui, dan dirinyalah yang lebih baik dari orang lain.
Dan kalau rasa ini sudah meningkat kepada BENCI, maka tidak ada lagi
kebaikan yang tampak di orang lain. Tidak ada lagi kebenaran yang ada
diorang lain. Apapun pendapat yang dikemukakan oleh orang lain
tersebut, DIPASTIKAN SALAH, disebabkan karena KEBENCIAN DIRINYA. Maka
segala macam kesempatan untuk menjatuhkan, untuk menjelekkan untuk
menghancurkan dari orang yang dibenci, tentulah akan dilakukan. Tidak
peduli lagi dengan kata-kata yang dipilihnya, keluarlah yang disebut
dengan HINAAN, CACIAN, MAKIAN, HUJATAN, dll.

Reaksi-reaksi jika berbeda pendapat seperti no 1 dan no 2, itulah
reaksi-reaksi yang tidak ditunggangi HAWA NAFSU. Sedangkan
reaksi-reaksi no 3 sampai no 5 di atas, itulah yang sudah DITUNGGANGI
HAWA NAFSU.
Maka Perbedaan akan menjadi rohmat, akan menjadi kekayaan intelektual
dan mental yang luarbiasa jika adanya Perbedaan itu tidak sampai
ditanggapi / ditunggangi oleh HAWA NAFSU, dan PERBEDAAN itu akan
menjadi KONFLIK jika adanya perbedaan itu kemudian
ditanggapi/ditunggangi oleh HAWA NAFSU.
Akibatnya sungguh sangat fatal, Perselisihan, pertentangan, perpecahan
akan terjadi.
Putusnya tali persaudaraan, putusnya tali kerukunan, putusnya tali
kebersamaan akan terjadi.
Bahkan kadang terjadi sampai luka melukai sesama manusia, hajar
menghajar, pukul memukul dan sampai bunuh membunuhpun bisa terjadi
hanya disebabkan karena PERBEDAAN sudah ditunggangi oleh HAWA NAFSU.

Bagaimanakah mengendalikan HAWA NAFSU kita? supaya kita tidak
ditunggangi oleh HAWA NAFSU kita? terutama di dalam mensikapi adanya
perbedaan?

salam persaudaraan
huttaqi
www.huttaqi.com

Kirim email ke