Refleksi : Kalau tidak diberi keduduka, tidak perlu ditangiskan karena 
begitulah karakter NKRI. Seandainya  ada yang dikasi kursi kedudukan, tetapi 
kalau itu kedudukan boneka, sama saja. Bagi yang mau rejeki nompplok silahkan 
junkir balik sambil menada tangan meminta belas kasihan. hehehehe

http://www.ambonekspres.com/index.php?act=news&newsid=27015

      Jumat, 16 Oct 2009, | 27 

      Lima Periode, Orang Maluku Didiskriminasi 
     
     
      Jakarta, AE.- Sudah lima periode pasca reformasi meruntuhkan rezim 
otoriter, rakyat Maluku masih nampak didiskriminasi oleh pemerintah pusat. Dari 
jaman presiden Bahrudin Jusuf Habibie, Gusdur, Megawati, hingga masuk pada 
pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono jilid II, tak ada isu maupun informasi 
orang Maluku masuk bursa kabinet.

      Hal ini berbeda dengan daerah lain di tanah air, yang bisa menduduki 
kursi kabinet dari pilpres ke pilpres. Padahal banyak orang Maluku yang 
kredibel dan mempunyai loyalitas tinggi terhadap bangsa dan pemerintahan. Baik 
berlatar belakang politisi maupun dari kalangan profesional. Sebut saja, Fredi 
Latumahina dan Suadi Marasabessy.

      Ada juga dari kalangan profesional, seperti Jauhari Oratmangun, 
Abdulrahman Pellu, Alex Retraubun, Ade Dam Noch maupun Abdullah Hehamahua yang 
sempat disebut-sebut akan menjabat pimpinan KPK dari kalangan internal. 
Satu-satunya nama yang sempat diisukan dari jauh hari yakni, Jauhari 
Oratmangun. Namun, di detik-detik terakhir ini isu tersebut justru meredah.

      Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) Maluku, yang gencar melakukan 
presure terhadap pemerintah agar orang Maluku bisa menduduki posisi mentri, 
justru perjuangan mereka redup di saat-saat terakhir. 
      Toko Muda Maluku, Hizrah Hatapayo, yang ditemui di Jakarta, usai 
mengikuti Munas Kesatuan Alumni Himpunan Mahasiswa Islam (KAHMI) mengatakan, 
paradigma ini menunjukan persepsi adanya diskriminasi pemerintah terhadap 
rakyat Maluku. Padahal, sejarah mencatat, Maluku merupakan salah satu provinsi 
dari tujuh provinsi lain yang menyatakan kemerdakaan negara ini.

      "Banyak tokoh Maluku di kanca nasional. Sebut saja, Fredi Latumahina, 
Suadi Marasabessy, Jauhari Oratmangun dan masih banyak lagi. Pola perekrutan 
kabinet oleh presiden harus memperhatikan segala aspek. Jangan hanya melihat 
berdasarkan rekomendasi partai. Karena rekomendasi partai, bukan merupakan 
aturan normatif perekrutan. Presiden mempunyai hak perogratif. Memang kekuatan 
organisai partai penting, tapi juga harus melihat keterwakilan daerah," tegas 
Hatapayo.

      Keterwakilan Indonesia Timur memang telah ada, namun bukan berati bisa 
merepresentasi rakyat Maluku. "Yang diinginkan oleh rakyat Maluku adalah, orang 
Maluku duduk di kabinet," tegasnya. Dari jauh hari, perjuangan posisi jabatan 
Mentri dari Maluku hanya setengah hati. Karena masih banyak orang Maluku yang 
bermental politisi katak, atau birokrat belah bambu. "Artinya, mereka senang 
saling menjatuhkan. Susah melihat orang senang, dan senang melihat orang susah. 
Padahal ini untuk kepentingan negeri," tandasnya.

      Sikap dan tradisi buruk seperti ini harus dihilangkan. Jika ingin melihat 
Maluku maju dan memiliki mentri. "Coba kalau semua pejabat, politisi, partai, 
LSM, OKP, Ormas, para kepala desa atau raja-raja, semuanya melakukan perjuangan 
bersama. Dengan sejumlah strategis yang baik, tentu perjuangan itu tak hanya 
menjadi isu belaka," tukasnya. (fik/fmc)  


Kirim email ke