http://www.mediaindonesia.com/read/2009/10/10/100018/68/11/Pulau-Papua-Chokepoint-Ekonomi-Indonesia-Masa-Depan


Pulau Papua, Chokepoint Ekonomi Indonesia Masa Depan 
Rabu, 14 Oktober 2009 00:01 WIB       
KEMAMPUAN suatunegara dalam menyusun sistem keamanan bergantung pada 
faktor-faktor geopolitiknya. Sebagai negara kepulauan, Indonesia memiliki 
karakteristik geopolitik yang khas: bentang luas dan letak geografis yang 
strategis dari Sabang sampai Merauke. Kondisi tersebut menyebabkan Indonesia 
membutuhkan kendali yang kuat untuk menjaga keamanan, keutuhan, dan kedaulatan 
wilayah NKRI, termasuk melindungi wilayah-wilayah kunci seperti Papua sebagai 
provinsi paling timur. 


Pulau Papua memiliki nilai strategis yang sangat tinggi bagi geopolitik 
Indonesia akibat faktor geografis dan faktor ketersediaan sumber daya alam yang 
terkandung di dalamya. Perkembangan kekuatan ekonomi baru dunia seharusnya 
menjadikan Papua sebagai strategic international chokepoint bagi Indonesia. Hal 
tersebut disebabkan posisi strategis Papua yang berbatasan dengan negara-negara 
yang menjadi kekuatan ekonomi potensial mulai Filipina di sebelah utara, yang 
merembet ke Hong Kong, Taiwan, Jepang, hingga kepulauan Pasifik dan Benua 
Amerika di sebelah timur dan di selatan berhadapan dengan Timor Leste dan 
Australia. 


Chokepoint adalah istilah militer yang menjelaskan suatu kondisi geografis yang 
harus dilalui dengan cara mengurangi kekuatan. Dengan musuh yang mengurangi 
kekuatan, chokepoint dapat dipertahankan dengan kekuatan yang relatif kecil 
karena musuh tidak dapat membawa jumlah yang besar ke tempat itu. 


Perkembangan dunia menyebabkan semakin tingginya persaingan antarnegara dan 
institusi dalam memperebutkan sumber-sumber ekonomi bagi kemakmuran. 
Konsekuensi logis dari kondisi tersebut adalah sebuah negara yang kaya dengan 
sumber daya akan menjadi rebutan dan wahana persaingan. Begitu pula Indonesia 
terutama Papua. Ekses dari persaingan adalah meningkatnya ketidakstabilan 
keamanan. Untuk itu, kontrol pemerintah sangat penting dalam menciptakan 
situasi aman dan kondusif bagi terpeliharanya kemakmuran dan keamanan 
rakyatnya. Hal lain penyebab instabilitas di Pulau Papua adalah ketertinggalan 
pembangunan jika dibandingkan dengan daerah lain. Ketidakpuasan warga sering 
dijawab dengan kebijakan yang kurang memperhatikan kearifan lokal sehingga 
sering melahirkan konflik yang berkepanjangan. 


Otonomi daerah dalam rangka percepatan pelayanan pemerintah guna pencapaian 
kesejahteraan masyarakat belum bisa berjalan dengan baik karena tidak dibarengi 
dengan pembangunan sumber daya manusia (SDM) dan pembenahan sistem birokrasi 
yang efisien. Kekecewaan masyarakat terhadap pemerintah yang berkepanjangan 
menumbuhkan sikap apatis dan disintegratif sebagian warga Papua. Bila kita 
melihat sejarah, konflik yang terjadi di Papua awalnya berupa konflik komunal 
yang terjadi secara tradisi, yang timbul dari persaingan antarsuku dalam 
memperebutkan wilayah kekuasaan. Konflik tradisi berkembang menjadi lebih 
kompleks sejalan dengan proses depolitisasi elite masyarakat Papua dalam 
memperebutkan posisi sosial politik. 
Keterbelakangan pendidikan, kemiskinan, dan kesenjangan antara masyarakat lokal 
dan pendatang menjadi pemicu konflik baru di Papua. Isu-isu itu menjadi 
komoditas yang sangat mudah dikelola oleh berbagai pihak, terutama yang 
berkaitan dalam penguasaan sumber daya alam. Kompleksitas konflik semakin akut 
karena penanganan yang lamban dan tidak mengena pada akar masalah. 

Potensi kekayaan alam Papua 
Papua kaya akan keanekaragaman hayati. Tanah yang subur di iklim tropis dan 
hujan turun di hampir di sepanjang musim merupakan faktor agroklimat yang 
sangat cocok untuk pengembangan berbagai komoditas tanaman industri, baik 
kehutanan, hortikultura, maupun untuk tanaman pangan. 


Kekayaan sumber daya mineral dan energi sudah menjadi pengetahuan umum. Besi, 
tembaga, emas, batu bara, minyak bumi, sampai gas alam adalah kekayaan alam 
yang nyaris tergadaikan. Padahal bangsa yang berjaya adalah bangsa yang 
menguasai dan mampu mandiri menguasai sumber-sumber energi dan mineral bagi 
metal industri untuk menyokong pembangunan infrastruktur. 


Kekayaan laut kita di Papua sangat besar namun belum termanfaatkan dengan baik. 
Ikan kita dicuri oleh nelayan asing dengan perlengkapan yang modern yang 
menyebabkan lenyapnya triliunan devisa negara. Potensi industri perikanan dan 
rumput laut, pertambakan dan penangkaran ikan-ikan karang untuk kebutuhan 
komersial sangat luas. 
Keindahan alam adalah khasanah lain yang dimiliki Papua. Kontur pantai yang 
landai dan pasir putih yang terhampar serta pusat pertemuan arus laut dingin 
dan panas melahirkan kekayaan ekosistem terumbu karang yang tidak ada 
bandingannya. Kekayaan terumbu karang di Rajaampat dan sekitarnya merupakan 
potensi industri wisata bahari. Keanekaragaman hayati terumbu karang dan 
ekosistem yang khas telah memberikan keunggulan komparatif jika dibandingkan 
dengan lokasi wisata bahari di negeri lain. 

Aktor utama pembangunan Papua 
Untuk menyelesaikan masalah Papua, percepatan pembangunan adalah jawaban yang 
tepat. Pertanyaannya adalah bagaimana proses percepatan tersebut berjalan 
sehingga mampu menimbulkan rasa keadilan bagi semua pihak. Kesulitan terbesar 
adalah masalah SDM dan finansial. Untuk menjalankan percepatan tersebut, 
setidaknya ada tiga aktor kunci. 


Pertama, pemerintah pusat dan daerah melalui pengalokasian APBN yang 
proporsional untuk percepatan pembangunan infrastruktur dasar seperti sarana 
transportasi, pendidikan, kesehatan, perumahan, irigasi, sarana listrik, dan 
telekomunikasi untuk membuka isolasi wilayah. Pemerintah pusat dan daerah juga 
berperan penting dalam mengarahkan industri strategis nasional di Papua yang 
memiliki efek domino terhadap berkembangnya industri lain. Kedua, lembaga 
pendidikan, khususnya perguruan tinggi, yang bertugas meningkatkan kualitas 
manusia dan memasok angkatan kerja. Lembaga pendidikan di Papua juga menjadi 
laboratorium inovasi yang aplikatif dan sesuai dengan kebutuhan kekinian 
masyarakat. Ketiga, peran swasta dalam mengembangkan ekonomi terutama di sektor 
riil. Pengembangan ekonomi sektor swasta tersebut yang harus didukung oleh 
perbankan sehingga pergerakan ekonomi tidak lagi bergantung pada anggaran 
pemerintah. Apabila tiga aktor utama itu mampu bersinergi, setidaknya akan ada 
sebuah energi positif untuk percepatan pembangunan Papua. 

Masa depan ekonomi Indonesia 
Keunggulan komparatif yang kita miliki seharusnya menjadi nilai ekonomi 
tersendiri apabila kita mampu membuat nilai tambah. Kunci utama adalah 
membangun SDM dengan memberdayakan masyarakat lokal sebagai ujung tombak 
pembangunan wilayah Papua. Untuk terciptanya iklim investasi yang kondusif, 
perbaikan dan pembangunan infrastruktur harus segera dilakukan. Pembangunan 
sistem transportasi darat yang murah dan efisien yang terintegrasi dengan 
pembangunan pelabuhan samudra guna menembus pasar ekspor di Samudra Pasifik 
akan menjadi faktor pemberdaya (enabling factors) bagi aktivitas perekonomian 
yang lebih luas. Begitu juga perlu dirintis perumusan alternatif pembangunan 
moda transportasi darat dengan kereta dengan sumber energi yang murah yang 
mampu menghubungkan kota-kota dan sumber-sumber produksi. Dalam investasi 
inilah, kekuatan pembiayaan dan kredibilitas reputasi perbankan nasional dapat 
menjadi fasilitator dan katalisator. 


Kondisi yang kita harapkan tersebut dapat cepat terlaksana apabila diimbangi 
dengan peningkatan kualitas layanan dan kebijakan pemerintah daerah. Reformasi 
birokrasi dan peningkatan kualitas pelayanan publik, termasuk perizinan dan 
kejelasan peraturan sangat dibutuhkan. 


Kombinasi faktor-faktor strategis itulah yang akan menempatkan Papua menjadi 
chokepoint ekonomi Indonesia masa depan, titik strategis bagi kemakmuran 
bangsa. 

Oleh DKS Nugraha SP MSi MBA 
Direktur Eksekutif Center for Strategic and Defense Studies 
Program Pascasarjana FISIP Universitas Indonesia 

Kirim email ke