http://www.surya.co.id/2009/10/13/keluarga-korban-ham-aceh-luncurkan-buku.html

Keluarga Korban HAM Aceh Luncurkan Buku

Selasa, 13 Oktober 2009 | 15:24 WIB | Posts by: Sugeng Wibowo | 
BANDA ACEH | SURYA Online - Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak 
Kekerasan (KontraS) meluncurkan buku berjudul "Mereka yang Dilupakan" yang 
merupakan testimoni para keluarga korban pelanggaran Hak Azasi Manusia (HAM) di 
Provinsi Aceh.

Peluncuran buku yang berlangsung di Banda Aceh, Selasa (13/10), tersebut 
merupakan bagian dari rangkaian kegiatan pekan kampanye anti penghilangan orang 
secara paksa yang digelar oleh 210 keluarga korban sejak 10 Oktober 2009.

Acara peluncuran buku tersebut juga diisi dengan diskusi untuk menanggapi buku 
itu. Sebagai pembicara hadir Saifuddin Bantasyam, akademisi dari Universitas 
Syiah Kuala (Unsyiah) Banda Aceh, Adi Warsidi (wartawan Tempo), dan Asiah Uzia 
(Wakil Koordinator KontraS Aceh).

Buku setebal 89 halaman tersebut berisi berbagai kesaksian dan pengalaman yang 
dituturkan oleh keluarga korban. Setiap topik menggambarkan kronologis sejak 
peristiwa bermula, dilanjutkan dengan kondisi keluarga korban atau ahli waris 
setelah empat tahun perdamaian Helsinki terwujud. Kemudian diakhiri dengan 
harapan dan tuntutan keluarga korban kepada otoritas pemerintah, pegiat HAM, 
pelaku konflik masa lalu, serta seluruh masyarakat Aceh.

Asiah Uzia menyatakan, buku ini diharapkan menjadi barang bukti bagi penegak 
hukum untuk mengungkap pelanggaran HAM di Aceh masa lalu.

Penerbitan buku tersebut juga untuk menempatkan korban kekerasan di Aceh 
beserta peristiwa yang melatarbelakanginya sebagai sejarah yang harus dikenang 
sepanjang masa, agar kejadian yang sama tidak terulang lagi di masa depan.

Di sisi lain, buku itu merupakan dokumen pengingat bagi seluruh pegiat HAM di 
Aceh, terutama KontraS Aceh bahwa kasus-kasus kekerasan di daerah ini masih 
berbentuk catatan yang belum terselesaikan secara adil dan bermartabat.

Sementara itu, Saifuddin yang merupakan aktivis HAM menyambut baik 
diluncurkannya buku tersebut, karena semua pihak bisa mendengar kembali 
pengakuan keluarga korban yang mulai menghilang.

Peluncuran buku tersebut juga merupakan momentum bagi pemerintah untuk 
mengungkap kasus-kasus pelanggaran HAM di Aceh dengan membentuk Pengadilan HAM 
dan Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi (KKR).

Adi Warsidi berharap buku tersebut menggugah kepedulian Pemerintah Provinsi 
Aceh terhadap keluarga korban pelanggaran HAM yang sampai sekarang ini belum 
diperhatikan.

Disebutkan, cerita yang ditulis di buku itu merupakan gambaran kisah-kisah yang 
tercecer di Aceh yang belum terselesaikan setelah empat tahun perdamaian 
Helsinki berjalan di provinsi ini.

Dikatakan, sebenarnya masih banyak lagi kesaksian yang belum diungkapkan dalam 
buku tersebut, karena ada keluarga korban yang tidak berani.ant

Kirim email ke