BASYAR ADALAH MAKHLUK YANG SEKEDAR EXIST DI PLANET BUMI INI
MEREKA TAKPERNAH BERESENSI KENDATIPUN MEREKA ITU PINTAR
DAN BERKEDUDUKAN TINGGI 
DALAM SYSTEM YANG MENJEJASKAN KAUM DHUAFA
Muhammad al Qubra
Acheh - Sumatra


Ketika AS melemparkan isu teroris kita masih mampu berfikir justru AS lah 
teroris yang sebenarnya tapi disebabkan AS memiliki corong terbesar Dunia 
sekarang ini, dengan mudahnya menuduh pihak lain sebagai teroris. Andaikata AS 
itu memanfaatkan Power yang mereka miliki, benar-benar untuk membebaskan 
komunitas--komunitas yang terdhalimi di seluruh pelosok Dunia seperti West 
Papua, Republik Maluku Selatan dan Acheh - Sumatra dari penindasan Indonesia 
serta komunitas-komunitas lainnya seperti komunitas Kurdistan, Moro di 
Pilipina, Palestina di Timur tengah dan komunitas-komunitas lainnya di benua 
Afrika, barulah benar AS dan penduduk Duniapun akan salut kepada AS sebagai 
Polisi Dunia. Sayangnya realita tidaklah demikian. Mereka telah melukai 
komunitas Afganistant, Irak dan tidak bersikap jujur terhadap Republik Islam 
Iran, dimana yang terakhir ini sepertinya akan mampu menempatkan dirinya 
sebagai pengundang Imam Akhir Zaman untuk meluluh lantakkan segala
 bentuk kedhaliman dipermukaan Bumi ini sebelum tiba masanya Kiamat Dunia.

Yang ingin penulis ingatkan, kenapa ketika kita saksikan orang-orang yang 
mendekam dalam penjara  Indonesia, kita tidak mampu berfikir bahwa sesungguhnya 
system Indonesia itu jauh lebih dhalim daripada pribadi manapun yang 
dijebloskan dalam penjara? Kecuali koruptor kelas monster, bukankah kedhaliman 
yang dibuat pribadi-pribadi tersebut akibat ulahnya penguasa Indonesia itu 
sendiri?  Andaikata Indonesia tidak mendhalimi bangsa Acheh - Sumatra kali ini 
via MoU Helsinki, Acheh - Sumatra akan merdeka. Ketika Acheh - Sumatra telah 
merdeka, pemerintah Acheh - Sumatra akan mengembalikan harta yang dianugerahkan 
Allah dalam perut Bumi Tanah Rencong itu kepada pemiliknya (baca siapapun 
mereka yang mendiami bumi Acheh - Sumatra) Andaikata realita ini dapat kita 
saksikan, tidak ada lagi orang Acheh - Sumatra yang mendekam dalam 
penjara-penjara di Tanah Rencong. Seluruh penduduk Acheh - Sumatra akan 
menggapai finansialnya. Persoalan utama manusia adalah
 finansialnya. Pabila pribadi yang diamanhkan Allah menduduki jabatan Top 
Leadernya, pribadi tersebut takut kepada Allah. Pribadi tersebut akan 
menunaikan kewajibannya sebagaimana diamanahkan Allah. Pertama sekali yang dia 
lakukan adalah berdaya upaya untuk meraih finansialnya bagi seluruh 
penduduknya. Namun kenapa fenomena tersebut hanya kita saksikan di Norwegia 
sekarang ini? Apakah orang non Islam lebih baik daripada orang Islam?  Bukan. 
Justru disinilah kita menemukan kuncinya bahwa penguasa Indonesia beserta 
pribadi-pribadi yang bersekongkol dalamnya sesungguhnya bukan orang Islam tapi 
munafiq.  Maaf, ”Qulilhaq walaukana murra”, kata Rasulullah. 

Lihatlah di Acheh - Sumatra, mengapa mayoritas penduduknya tidak berilmu? 
Pastinya disebabkan mereka jangankan untuk meneruskan pendidikannya sampai 
kepeguruan Tingi, mencari sesuap nasi buat kehidupan keluarganya saja 
sepertinya mereka tak mampu. Jadi yang sampai keperguruan Tinggi justru anak 
orang orang dimana orang tua mereka memiliki harta untuk menyekolahkan anak 
mereka. Selebihnya adalah anak orang-orang yang bersekongkol dalam system 
Indonesia hingga mereka dengan mudah meraih finansialnya serta sanggup 
menyekolahkan anakanak mereka sampai keperguruan Tinngi bahkan ke luar negeri. 

Kalau kita mampu membuka cakrawala berfikir, siapakah pemilik harta yang 
terkandung dalam Bumi Acheh - Sumatra sesungguhnya? Orang-orang yang pintar dan 
teguh Iman akan menjawabnya bahwa pemiliknya adalah seluruh manusia yang 
mendiami Tanah Rencong. Tapi kenapa mereka lantas menjadi bodoh terus-menerus 
hingga setiap 5 tahun sekali mereka hanya tergiring kekancah sandiwara yang 
tidak lucu itu?Sekarang kita ulang kembali siapakah sesungguhnya yang lebih 
dhalim, penghuni penjarakah atau penguasa Indonesia plus "Aceh"?

Maaf kamerat!   Justru itulah sering kita katakan bahwa para Ilmuwan, 
propessor, doktor dalam system Taghut yang Dhalim, Hipokrit dan Korrupt adalah 
pribadi- pribadi yang "berwajah pucat". Sepertinya mereka tidak mampu berpikir 
ketika berhadapan dengan gagasan-gagasan para Ideolog yang "berwajah merah". 
Betapa banyak dosen-dosen di perguruan tinggi Banda Acheh?  Bagaimanakah 
sepakterjang mereka?  Bukankah setiap pribadi yang berilmu diamanahkan Allah 
untuk melepaskan kaum dhuafa dari belenggu yang menimpa kuduk- kuduk mereka? 
(QS, QS.7:157 & QS, 90:12-18)  Bukankah semua kerja mereka sia-sia saja 
andaikata mereka tidak berdaya upaya untuk melepaskan kaum yang tertindas 
ekonominya dimana-mana, di Acheh - Sumatra dan bahkan di West Papua dan Ambon 
dimana mereka dilestarikan tubuhnya dalam keadaan telanjang oleh koloni 
Indonesia? Masihkah kita membanggakan diri sebagai pribadi-pribadi Muslim? 
Tidak pahamkah kita bahwa 'Aqidah kita sudah sirna begitu kita
 bergabung dalam system dhalim, hipokrit dan korrupt?  Kenapa kita asik 
memfokuskan 'aqidah pada rumusan dua kata, "Lailaha illallah, Muhammadur 
rasulullah" sementara esensinya kita tak paham?  Bagaiman kita mendefinisikan 
Iman yang sesungguh nya?  Masihkah kita mengandalkan hadist-hadist palsu untuk 
membela diri  sebagai pribadi-pribadi Muslim?

ITU ADALAH BASYAR, BUKAN MANUSIA BERIMAN
Yang namanya manusia difasilitasi Allah dengan alat fikir di kepalanya 
masing-masing. Apabila manusa tidak tundukpatuh kepada Allah yang menjadikan 
Alam semesta serta diri mereka sendiri, mereka akan sesat selama-lamanya 
biarpun rajin shalat, puasa, zakat, naik 
haji dan sebagainya.  (Kecuali mereka itu termasuk orang awwam yang masih 
berkemungkinan besar untuk diampuni Allah dosanya). Type makhluk seperti itu 
disebut Basyar, pinjam istilah DR Ali Syariati, ahli fikir yang belum ada 
duanya di jaman kita ini. 

Basyar adalah makhluk yang tidak berbulu ditangannya. Andaikata berbulu, 
berarti mawas 
atau gorilla. Basyar makhluk yang sekedar exist di Dunia ini. Mereka tidak 
pernah beresensi. kendatipun mereka pintar dan berkedudukan sebagai Dosen atau 
maha guru sekalipun, konon pula kalau mereka hanya sebagai wartawan, pegawai 
negeri yang hanya berfungsi sebagai 
”Pak Turut”, berbicara tentang kedhaliman namun tidak pernah sadar dimana 
mereka sendiri termasuk bagian dari kedhaliman itu sendiri. Mereka terbuai 
dengan prestis: "Ah saya kan dosen, saya kan jurnalis independent, saya kan 
khatib mesjid sebagai corang para mutakabbi run, saya kan doktor bedah agar 
"penyakit" rakyat dapat saya keluarkan?

Perlu digaris bawahi bahwa manusia memecahkan persoalan dengan pikiran yang 
dianugerah kan Allah kepadanya, sedangkan basyar cendrung kepada prilaku 
binatang buas dengan menam pilkan "Hukum Rimba" sebagaimana sepak terjang 
”serigala - serigala” haus darah dalam sys tem Hindunesia. Ini bukan pernyataan 
emosionil, tetapi realita. Pernyataan saya ini memang pahit dan lebih pahit 
dari pil Knine, namun itulah yang dapat menjembuhkan "penyakit malaria nya" 
bagi orang - orang yang bersekongkol dalam system thaghut Pancasila. Siapakah 
diantara mereka yang mampu berpatah balik sebagaimana Hurr bin 'adiy berpatah 
balik untuk memihak kepada Imam Hussein di medan Karbala ?

Model Hur bin 'Adiy itulah yang termasuk manusia brillian, mampu melawan segala 
fasilitas gemerlap yang di tawarkan Yazid bin Mu'awiyah bin Abu Sofyan, demi 
keselamatan Akhirat nya - memilih Shahid bersama cucu Rasulullah saww, Imam 
Hussein bin 'Ali karamallahu wajhah. Kalau anda berasal dari anak orang yang 
bersekongkol dalam system yang menjejas kan kemanusiaan itu, saya tidak terlalu 
fokus, tapi betapa sayangnya anda-anda yang sampai kepeguruan Tinggi dari orang 
tua yang membiayai anda dengan harta dari hasil keringatnya sendiri yang sah 
disisi Allah, berkesudahan sama kelak dalam keadaan menyesalidiri sendiri 
dihadapan Allah swt.

TINJAUAN FENOMENA MANUSIA 
Manusia hidup di Dunia ini penuh dengan ujian dan tantangan untuk menuju 
tempatnya semula (baca tempat Adam bersama Siti Hawa) Andaikata tidak berhasil 
, mereka akan masuk Neraka dan kekal selama-lamanya. (na'uzu billahi min 
zalik). Hal ini dapat kita analisa proses tumbuh-tumbuhan sebagai "ayat" Allah 
yang alami. Ambillah contoh pokok kelapa dimana setiap tungkulnya bisa berbunga 
lebih-kurang seribu bakal buah. Namun yang sempat menjadi putik lebih-kurang 
lima puluh buah. Lalu putik tersebut mampu menjadi kelapa siap pakai 
lebih-kurang 25 buah (kelapa muda), itu pun masih teruji lagi dengan gangguan 
tupai sehingga tinggal hanya lebih-kurang 10 buah yang dapat bermanfa'at untuk 
manusia.

Kemudian kita lihat contoh yang lain dari pohon Durian yang representant, mampu 
berbunga satu milyar calon buah. Dari satu milyar itu yang sempat jadi putik 
lebih-kurang satu juta. Dari satu juta itu yang berhasil untuk melawan ujian 
sengatan serangga, hembusan angin, guyuran hujan dan sebagainya lebih kurang 5 
ratus buah. Dari 5 ratus buah itu masih menga lami ujian jenis lainnya seperti 
kalong, tupai dan penjakit alami lainnya yang membuat buah itu tawar rasanya. 
Akhirnya yang dapat bermanfaat untuk manusia atau memenuhi standar durian 
sekitar lebih-kurang 200 buah saja.

Demikianlah gambaran manusia ini. Pertama kita ambil saja yang telah berikrar 
untuk mengucap dua kalimah syahadah di Tanah Rencong. Lalu di uji lagi yang ada 
melakukan Shalat, Puasa dan membayar Zakat. Lalu di uji lagi dengan beramar 
makruf nahi mungkar. Akhirnya diuji dengan "Bahtera" yang kita naiki, apakah 
bahtera yang tunduk patuh kepada Allah atau kepada Thaghut, apakah mereka 
termasuk orang-orang yang bersatupadu untuk membela kaum dhu'afa, melepaskan 
beban yang menimpa kuduk-kuduk mereka (QS.7:157 & QS,90:12-18) atau egois dan 
bangga sebagai dosen dalam system Thagut yang dhalim, hipokrit dan korrupt, 
maha guru, Propessor, Doktor, Direktur suatu surat kabar, sementara semua 
mereka itu  hanya mementingkan diri dan keluarganya masing-masing.

Akhirnya penganut Islam di Dunia yang lebih kurang 2 milyar, tinggal yang 
benar-benar beriman mungkin hanya sekitar ratusan ribuan  saja di luar system 
yang redha Allah. Bayangkan berapa orang yang termasuk benar-benar beriman dari 
orang - orang di pulau Sumatra, Jawa, kalimantan, sulawesi dan Irian? 

Akhirnya kita bertanya pada diri kita masing-masing adakah saya ini termasuk 
dalam bila
ngan orang-orang yang benar-benar beriman, sehingga terbebas dari siksaan api 
Neraka ? Jawabannya marilah kita berusaha dan doa sesuai dengan petunjuk Nya 
sebagaimana yang diaplikasikan para Rasul, Imam - Imam dan Ulama warasatul 
ambia, bukan ulama gadongan. Andaikata kita termasuk orang yang terlanjur 
berada dalam system yang menjejaskan kaum Dhuafa, cepatlah berpatah balik 
sebelum terlambat. Disinilah bergunanya tulisan saya yang tidak bermaksud untuk 
menyakiti hati siapapun tapi demi menyelamatkan manusa dari bahtera Namrud ke 
bahtera Ibrahim, dari bahtera Fir’un ke bahtera Musa dan Harun, dari bahtera 
Kaisar-kaisar di Rhoma ke bahtera ’Isa bin Maryam, dari bahtera Abu Sofyan ke 
bahtera Muhammad saww, dari bahtera Muawiyah ke bahtera Imam ’Ali bin Abi 
Thalib, dari bahtera Yazid bin Mu’awiyah ke bahtera Imam Hussein dari bahtera 
Syah Redha Palkevi ke bahtera ”Imam” Khomaini, dari bahtera Hindunesia ke 
bahtera Acheh  Sumatra yang belum exist.

Nah persoalan yang terjadi diantara orang - orang yang bersekongkol dalam 
system thaghut Pancasila dan orang - orang yang antithesis dengannya juga 
merupakan proses ujian Allah untuk menentukan kemenangan atau kekalahan 
Akhiratnya, kendatipun kebanyakan manusia enggan melihat persoalan 
kenegaraannya dengan kacamata Al Qur-an. Akibatnya mereka cenderung menampilkan 
"hukum Rimba", Yang kuat memakan yang lemah, yang kaya memperbudak yang miskin, 
yang pintar membodoh-bodohi kaum dhu'afa

Billahi fi sabililhq
Muhammad al Qubra
Acheh - Sumatra
http://suaramuslimpapua.blogspot.com


------------------------



________________________________
From: HELB <hai_otodi...@yahoo.com>
To: aceh_instit...@yahoogroups.com
Sent: Wed, September 30, 2009 7:53:38 AM
Subject: [IACSF] MEMANUSIAKAN MANUSIA ’HOTEL PRODEO’ 

  
MEMANUSIAKAN MANUSIA ’HOTEL PRODEO’         
Oleh: Sulaiman Tripa | Dosen Fakultas Hukum Unsyiah.      
Wednesday, 30 September 2009 12:06  
 

REPRO 
 
Berita Serambi Indonesia (edisi 5 September 2009), ”LP Kuala Simpang Kelebihan 
Kapasitas”, menarik untuk diamati. Pertama, kelebihan kapasitas (over capacity) 
yang seyogianya menampung 150 orang, namun kini sudah dihuni sampai 300 
tahanan. Jumlah
tahanan tersebut berasal dari titipan polisi, tahanan jaksa, dan
narapidana. Banyak tahanan, dapat menjadi indikator tingkat angka
kejahatan. Kedua, karena sudah jamak diketahui bahwa LP
sebagai lembaga pembinaan, maka kelebihan kapasitas ini dikhawatirkan
oleh pimpinan LP, khususnya terhadap dampak terhadap rawannya pelarian. Ketiga, 
sebagian besar penghuni tersandung kasus narkotika dan
obat-obatan terlarang, yakni sebanyak 45 persen. Selebihnya disebabkan
berbagai kasus kejahatan.

Lengkapnya di web Aceh Institute >> http://www.acehinst itute.org 
  

   


      

Kirim email ke