Janji yang seperti ini harus segera ditepati. Andaikata pihak Indonesia - Jawa 
menghambatnya lebih baik serahkan saja urusan Acheh kepada orang Acheh yang 
mampu.     Hal itu lebih baik daripada terus menerus kita ditipu musuh. Sapeue 
hana meuhase seumentara ureueng Acheh satupersatu menjadi korban pembantaian. 
Bagaimana mungkin kita berdamai dengan pihak yang tidak jujur?



----- Original Message ----
From: Special Weapon And Tactics <specialweapon9@ gmail.com>
To: [EMAIL PROTECTED] com
Sent: Saturday, March 1, 2008 7:03:06 PM
Subject: [IACSF] Menagih Janji Mentroe Malek



Menagih Janji Mentroe Malek 

Sabtu, 01 Maret 2008



"Bèk lé neutanyöng naséb kamoe, hai Syedara lôn. Bèk lé neutanyöng soal 
keupindahan kamoe. Awak nyan ka sibôk ngon urusan droe maséng-maséng, hana lé 
geupeureumeuen keu kamoe."——Ismuhadi   Ja'far


Banda Aceh | Harian Aceh—Tgk. Ismuhadi Jafar patut kecewa. Soal janji, banyak 
yang ia dengar. Tapi soal realisasi, masih tunggu dulu. Sampai detik ini, ia 
bersama delapan rekannya masih dikurung di penjara, jauh dari kampung 
halamannya. "Permintaan kami hanya satu; pindahkan kami ke Aceh agar sanak 
saudara bisa melihat nasib kami," katanya.



Terpidana seumur hidup kasus peledakan Bursa Efek Jakarta (BEJ) ini seakan 
ingin menumpahkan kekesalan dan kekecewaannya. Toh, dia harus pasrah menerima 
nasibnya di balik terali besi penjara Cipinang, Jakarta.


Ismuhadi mengaku sangat kecewa terhadap para sohibnya, terutama kepada petinggi 
Gerakan Aceh Merdeka (GAM) Malik Mahmud alias Mentroe Malek. Dia merasa ditipu 
dan dikhianati. Ismuhadi menganggap janji pemindahan dirinya dari penjara 
Cipinang ke penjara Aceh angin surga belaka. Hanya janji-jani manis.


"Kamoe kecewa dengon janji-janji awak nyan (kami kecewa dengan janji-janji 
mereka--red) , janji-janji DPRA, janji-janji Tim Pembebasan Tapol/Napol Aceh 
yang dibentuk gubernur serta janji-janji tim pimpinan Malik Mahmud," ucap 
Ismuhadi dengan nada emosional dan serak ketika dihubungi oleh Harian Aceh, 
usai Salat Jum'at (29/2) kemarin.


"Bèk lé neutanyöng naséb kamoe, hai Syedara lôn. Bèk lé neutanyöng soal 
keupindahan kamoe. Awak nyan ka sibôk ngon urusan droe maséng-maséng, hana lé 
geupeureumeuen keu kamoe," katanya setengah putus asa. Suaranya serak seperti 
menelan sesuatu yang pahit.


 "Jangan tanya lagi soal nasib kami, hai Saudaraku. Jangan tanya lagi soal 
kepindahan kami ke Aceh. Mereka sudah sibuk dengan urusannya masing-masing, " 
begitu ucapan Ismuhadi bila diterjemahkan dalam bahasa Indonesia.


Ismuhadi bilang, sudah terbiasa menghadapi pengkhianatan. Tapi bukan dari 
golongan sendiri, seperti sekarang.


Tapol/Napol Aceh eks GAM, kata dia, sudah melupakan harapan untuk dipindahkan 
ke Aceh. Namun yang jadi permasalahan adalah keluarga mereka yang berada di 
Aceh.


 "Peu sanak-saudara dan aneuk kamoe hana hak lé untuk jikalon kamoe (Apa 
saudara dan anak kami tidak berhak lagi melihat kami). Kami juga memiliki 
saudara dan berharap mereka mudah menjenguk kalau sudah dipindahkan ke Aceh. 
Kami adalah korban-korban rekayasa politik GAM," ucapnya lagi.


Ismuhadi juga menambahkan, para tapol/napol tidak meminta Pemerintah Aceh untuk 
membebaskan mereka. Namun, mereka cuma meminta dipulangkan dan  dipenjarakan di 
wilayah Aceh yang juga masih termasuk wilayah NKRI.


"Kami tahu, GAM sekarang tidak lagi punya gigi untuk melawan pusat. Pimpinan 
GAM tidak punya moral untuk bertanggung jawab terhadap bawahannya," demikian 
Ismuhadi dengan suara meninggi.




Sejatinya, sejumlah pihak telah memperjuangkan agar Tapol/Napol Aceh dibebaskan 
atau paling tidak dipindahkan ke Lembaga Pemasyarakatan (LP) di Aceh. Gubernur 
Irwandi Yusuf bahkan sudah membentuk tim advokasi. Hanya saja, sampai sejauh 
ini tim tersebut belum bekerja sehingga Ismuhadi cs masih harus menginap di 
hotel prodeo di Jawa.(mrd)
  


      
____________________________________________________________________________________
Never miss a thing.  Make Yahoo your home page. 
http://www.yahoo.com/r/hs

Kirim email ke