Abu sudah lama tidak pernah ganti baju baru...Bukan tidak mau tapi 
abu tidak pernah punya pilihan. Ketika abu HARUS pergi ke sawah..Abu 
tidak punya pilihan lagi, selain memang harus mengganti baju. 
Kenapa...?. Tanya cucu abu.
Abu hanya menjawab ...tunggu.....

"Abu pergi kesawah..?" Pertnayaan baru lagi dari cucu abu. "Ya. 
HARUS". "Kenapa...?". Abu jengkel juga dengan pertanyaan yang 
bertubi tubi ini. Tapi nanmpaknya Abu tidak kehilangan kesabarannya. 
Abu coba untuk menjawab dengan baik. 

"Hari ini hujan cukup..tidak seperti bulan bulan dan tahun tahun 
kemarin", Abu membuka bicara. "Jika kita lewatkan masa ini, maka 
kita tidak akan pernah melihat sawah kita kuning dengan padi dan 
hijau dengan kacang kacangan". "Jika tidak maka sebaliknya kita akan 
menyaksikan rumput rumput dan benalu yang menyesaki tanah dan 
menggerogoti semua simpanan pupuk di sawah kita". Cucu abu nampak 
tekun mendengarkan jawaban Abu, walau sepertinya tanda tanya masih 
ada dimatanya.

"Tidak perlu kuwatir, abu kira hujan tidak hanya turun pada bulan 
ini saja, tapi akan tetap berterusan". Cucu Abu mulai berbinar 
matanya. Keyakinan kata kata Abu membuat hatinya ikut yakin.
"Cuma saja.kamu harus ingat..bahwa setiap hujan bukan saja 
mendatangkan kebaikan tetapi kadang kala mendatangkan bencana yang 
tidak kita sangka sangka". Abu mengingatkan. 

"Jadi apa hubungannya dengan ganti baju". Tanya cucu abu. "Baju 
adalah sesuatu yg menjaga kita dari panas dan dingin, baju juga 
menunjukkan identitas kita". "Jika saat ini abu pakai baju kantor ke 
sawah, atau baju rumah ke sawah, baju abu akan dihargai sebagai baju 
sawah, dan pasti identitas abu susah untuk dikenali lagi". Cucu abu 
menggoyang goyangkan kepalanya, tanda mengerti. Wajah abu cerah 
seketika, tiada kerisauan hatinya. Cucunya sudah mulai besar dan 
dewasa. Abu yakin. Baju yang dikenakannya kini tidak mengaburkan 
cita citanya agar dapat dikenali oleh anak cucunya kelak.

"Besarlah cucuku dengan baju barumu tapi cita citamu tetaplah cita 
citamu dulu. Dalam cita citamu adalah tujuan hidup dan semua nilai 
sejarah dan masa lalu dan masa depanmu". Abu mengusap kepala cucunya 
yang lelap disampimg pembaringan. Abu sudahpun mengantuk menutup 
dengan harap, semoga matahari tetap bersinar menumbuhkan butir butir 
padi yang ditaburkan dalam hamparan sawah yang luas membentang."

Abu terlelap dengan doa (BimsmikaAllahumma ahya wa amut wailakal 
masir)

Wassalam


Kirim email ke