Mengapa penguasa DKI Jakarta menggusur mereka?????????????????????
  Tidakkah penguasa DKI itu merasa bertanggung jawab terhadap kehidupan mereka? 
 Yang kaya makin kaya,yang miskin makin miskin dan menderita. Kenapa hal 
seperti itu tidak terjadi di negara non Moslem???  Kalau penguasa DKI Jakarta 
mengaku diri beragama Islam, bolehkah kita mengambil kesimpulan bahwa orang 
Islam lebih buruk dari nonMoslem?    Bukankah semua orang yang bersatupadu 
dalam system taghut Indonesia itu termasuk dalam katagori munafiq???   Mereka 
mengira harta negara sebagai harta moyangnya sendiri. Penyakit itu sudah 
menjalar ke Acheh. Justru itu pemerintah Achehpun tidak jauh berbeda dengan 
Indonesia. 
   
  Lihatlah calon-calon pemimpin dipilkada yang lalu darimana mereka mencuri 
duit sebanyak itu sementara kebanyakan rakyat jelata hidup morat-marit???. 
Sekarang orang-orang beruang itu makin kaya raya dibawah kuasa Irwandi dan 
Nazar.  Andaikata mereka termasuk orang yang benar imannya sudah barang pasti 
sangat takut kepada ancaman Allah melalui hadist berikut ini: 
   
   

  "Tidak pernah beriman kepadaku orang yang tidur kenyang sedangkan tetangganya 

kelaparan, dan jika penduduk sebuah desa tidur nyenyak sedangkan ada salah 

seorang dari mereka yang kelaparan, maka Allah tidak akan melihat kepada mereka 

pada hari kiamat" (Hadist)
  Hadist ini membuktikan bahwa mereka itu (baca yang bersatupadu dalam system 
'Pencury 7' TIDAK TERMASUK DALAM KATAGORY ORANG-ORANG YANG BERIMAN.  Kita hanya 
dapat katakan: 
   
  Berbuatlah apa yang kau suka. . . . . . .
  Tapi ingat. . . . . . .
  Suatu sa'at . . . . . . .
  Pasti ada balasannya.
   
  atau:
   
  Tunggu saja nanti. . . . . . . 
  Pabila kau mati. . . . . . . 
  Sungguh 'azab Tuhan . .. . ... . . . ."
  Sangat menggilakann ne.
   
  Hah         ah           ah          ah
   
  (Cuplikan R  Irama)
  

UPC <[EMAIL PROTECTED]> skrev:
          BERBAGI KEPEDULIAN KEPADA SAUDARA

Kawan-kawan yang baik,

Dalam 3 minggu terakhir ini, saudara-saudara kita yang menghuni Kolong
Tol berada dalam ancaman dan tekanan penggusuran dari Pemerintah
Provinsi DKI Jakarta.
Kampung-kampung miskin seperti Kolong Tol Rawa Bebek (Block A-G),
Kolong Tol Jembatan Tiga, Kolong Tol Walang A, Kolong Tol Walang B,
Kolong Tol Muara Karang, Kolong Tol Petak Seng-Jelambar, Kolong Tol
Jalan Tongkol, Kolong Tol Warakas telah menerima surat perintah
bongkar pertama kali (7x24 jam) sejak 17 Agustus 2007, bertepatan
dengan hari kemerdekaan RI.
Kurang lebih 10.000 KK dipaksa untuk pergi dari Kolong Tol yang selama
ini menjadi tempat tinggal bagi mereka.

Kebijakan pemerintah diiringi dengan dua tawaran, yaitu bagi warga
yang memiliki KTP DKI, maka rusun yang tersebar di Marunda, Kapuk
Muara dan Cakung menjadi pilihan. Bagi warga yang tidak memiliki KTP
DKI Jakarta, maka uang kerohiman sebesar Rp. 1 juta rupiah menjadi
pilihan.
Selama 2 minggu terakhir, hampir sebagian warga telah menerima uang
kerohiman. Alasan mereka sangatlah praktis, bahwa mereka tidak punya
pilihan lagi untuk menyambung hidup (uang 1 juta digunakan untuk
mencari tempat baru).
Sebagian warga yang lain menolak uang kerohiman. Bagi mereka jelas,
uang (kezaliman) sebesar Rp. 1 juta rupiah tidak bisa menyelesaikan
masalah mereka ke depan, yaitu bagaimana menyambung hidup setelah
mereka tergusur.

Bersama warga yang menolak, UPC berusaha mendorong konsep alternatif
yang dibuat bersama yaitu geser ke Rumija (Ruas Milik Jalan Tol) atau
lahan kosong milik negara dan membangun rumah secara partisipatif.
Terlepas bahwa tawaran tersebut masih dalam proses negosiasi,
nyata-nyata penggusuran sudah dilakukan. Tidak hanya kepada warga yang
telah menerima uang kerohiman tetapi juga terhadap warga yang
jelas-jelas menolak uang kerohiman dan memilih untuk bergeser. Sungai
Bambu dengan 54 KK merupakan bukti di mana warga yang menolak juga
digusur.

Di Sungai Bambu, bersama warga, UPC telah menyiapkan dapur umum, tenda
dan area bermain serta pendamping untuk anak-anak. Saat ini, warga
yang telah tergusur menetap di tenda-tenda pengungsian untuk sementara
waktu. Warga juga mengantisipasi rencana Pemprov DKI Jakarta, bahwa
sebelum Bulan Ramadhan dimulai, semua wilayah Kolong Tol telah
digusur. Untuk mengantisipasi warga korban gusuran yang tidak lagi
memiliki tempat tinggal, UPC akan mendirikan dapur umum dan tenda
pengungsian di kampung lain yang terancam gusuran (Kampung Walang,
Muara Karang, Rawa bebek, Tongkol dan Warakas).

Untuk Pendirian dapur umum dan tenda-tenda, kami membutuhkan bantuan
dari kawan-kawan yang bisa berkontribusi untuk memenuhi kebutuhan
logistik (tenda, generator, terpal dan makanan).
Segala bentuk bantuan dari kawan-kawan akan sangat membantu saudara
kita yang mengalami masa sulit terlebih lagi menjelang bulan Ramadhan.

Di bawah terlampir daftar kebutuhan yang mendesak:

Kebutuhan Jumlah yang disediakan oleh UPC 
Kebutuhan minimal

Tenda (1 / kampung) 3 
5

terpal (6 /kampung) 20 
22

Generator (1 / kampung) 1 
6



Terimakasih atas perhatian dan kerjasamanya,

Kontak Person: Edi Saidi (08161338318), Ari Ujianto (08159536964)

Salam,
Dian Tri Irawaty (08129069342)
(Divisi Jaringan Urban Poor Consortium - UPC)


                         

       

Kirim email ke