Teori sederhana namun cukup luar biasa....
semoga para member milist OB sepaham dengan teoti anda seperti saya...
terimakasih atas sharing "Teori sederhananya"


regards

Akbel
pengumpul recehan



----- Original Message ----
From: Bandar Bola <[EMAIL PROTECTED]>
To: obrolan-bandar@yahoogroups.com
Sent: Thursday, October 16, 2008 11:46:38 PM
Subject: Re: [obrolan-bandar] Re: Dow sdh minus 4% lagi...


Urun rembug ya Mbah, 
 
Tahun lalu, waktu krisis SPM mulai merebak di US, banyak ahli yang menjual 
dongeng "Teori Decoupling" bahwa krisis di sana tidak akan menular ke Asia.
Terus terang saya bingung, karena setahu saya ekonomi masing2 negara sdh saling 
tergantung dengan negara2 lain, apalagi dengan US yang ekonominya sangat besar. 
Logika saya sederhana saja untuk membantah teori tsb: 
1.     Kalo ekonomi di US turun, otomatis ekspor negara2 Asia ke US juga akan 
turun, yang akan berdampak ke negara2 peng-ekspor di Asia, otomatis ada 
dampaknya dong ke ekonomi negara tsb.
2.     Kalo bursa di US turun, maka akan terjadi rebalancing portofolio yang 
pasti akan membuat bursa2 lain di dunia akan terpengaruh.
 
Sayang, ibarat dongeng mengenai raja yang berpakaian indah (padahal telanjang), 
hampir semua orang terbuai dengan teori tsb, apalagi ekonomi China sebagai 
kekuatan utama Asia saat ini waktu itu lagi bagus2-nya menyongsong Olimpiade 
Beijing, dan adanya kenaikan harga komoditas2 yang dipersepsikan disebabkan 
karena tingginya demand dari Asia.
 
Sekarang, menurut saya yang terjadi adalah another extreme. Hampir semua orang 
dipaksa untuk percaya, bahwa kalo bursa US hancur, maka ekonomi seluruh dunia 
akan hancur.
Terus terang, saya dalam hal ini juga bersikap contrarian dengan argumen yang 
sederhana (saya tidak bilang bahwa ekonomi Indonesia tidak terpengaruh, yang 
saya mau katakan adalah ekonomi Indonesia tidak akan hancur hanya karena bursa 
US hancur). Kenapa?
1.     Harga saham di bursa belum tentu mencerminkan kondisi real perusahaan2 
tsb. Apalagi di Indonesia, free-float-nya sudah sangat kecil dan sangat rentan 
untuk dimainkan. Artinya harga index mau ke 100 pun, itu tidak berarti ekonomi 
Indonesia hancur (kalau case 1997, karena perusahaan2- nya pada rusak, maka 
harga sahamnya jadi hancur). Pengecualian adalah untuk sektor komoditas yang 
sebenarnya juga tidak hancur (bangkrut), tapi menurut saya hanya mengalami 
koreksi besar2-an akibat bubble yang ditiup gede2-an tahun lalu dan awal tahun 
ini akhirnya pecah juga.
2.     Rusaknya perusahaan2 finansial di US saat ini mirip dengan kerusakan 
sektor perbankan di Indonesia thn 1997, tapi perbankan Indnoesia sekarang 
case-nya tidak demikian (kecuali kalo ternyata banyak bank yang megang 
derivatif SPM, tapi belum ngaku berapa besarnya, mudah2-an nggak lah, kecuali 
BNI)
3.     Fund Managers di US yang mengelola celengan masyarakat US banyak yang 
nyangkut di SPM, sehingga kekayaan real masyarakat US banyak yang hilang, dan 
hal tsb mempengaruhi consumer spending. Dampaknya akan terasa ke sektor real di 
US sana. Case ini tidak terjadi di Indonesia (kecuali untuk beberapa orang 
prime-customer bank asing yang sempat juga invest ke derivatif SPM ini). 
Reksadana di Indonesia umumnya banyakan yang invest ke fixed-income, dan 
menurut saya jumlah pemegang reksadana sangat kecil untuk dapat berpengaruh 
terlalu banyak ke consumer spending. 
4.     Banyak orang di US yang invest di sektor properti dengan kredit, yang 
karena macet akibatnya kehilangan hampir seluruh kekayaannya. Dampaknya juga ke 
consumer spending. Case ini tidak terjadi di Indonesia, karena bank2 umumnya 
jauh lebih konservatif dibandingkan zaman tahun 1997.
5.     Dan lain-lain.
 
Bottom-line, silakan dipilih2 perusahaan2 di BEI yang bisnisnya sederhana/udah 
dimengerti (mundane business) dengan kriteria:
1.     bisnisnya akan tetap ada sampai kita tua nanti
2.     tidak punya utang
3.     tidak punya exposure dalam USD (atau kalaupun punya, tapi sdh di-cover 
dengan celengan USD, atau sdh di-hedge)
4.     incomenya tumbuh konsisten 5 tahun terakhir
5.     P/E-nya rendah (bukan karena jelek, tapi karena kena sentimen market 
yang jelek)
6.     ROE-nya konsisten tinggi
7.     rajin bagi dividen (apalagi kalo angka yield-nya udah hampir sama dengan 
suku bunga deposito)
8.     owner-nya nggak neko2 suka bikin corporate action yang hidden agendanya 
sebenarnya untuk ngerjain investor retail
 
Kalo ketemu, silakan invest sekarang juga, atau boleh juga dicicil beli per 
minggu atau per bulan (dengan konsep cost-dollar averaging). Nggak usah terlalu 
pusing dengan index. Dijamin secara statistik, 5 tahun dari hari ini, investasi 
kita tsb akan menjadi berlipat2 kali ganda. I think, it's about time for 
Bapepam and BEI to educate Indonesian society to recognize that stock market is 
not a casino. 
 
Regards,
Bandar Bola
 
 

 
2008/10/16 jsx_consultant <jsx-consultant@ centrin.net. id> 


--- In obrolan-bandar@ yahoogroups. com, Rei <highwaystar91@ ...> wrote:
>
> Yg tadi beli, besok CL lagi deh...nanggung ntar tungguin aja di 1000-
1200
> kali ya :-(
>

Kalo Dow turun terus apakah index semua negara lain harus turun
terus JUGA ?.

Sampe kapan COUPLING ini akan berlangsung ?. Apakah kalo
Amerika bangkrut, semua negara lain harus ikut bangkrut ?.

Ada yg bisa kasih SOLUSI ?.
 
. 
 

    


      

Kirim email ke