Dari laporan IMF mengenai World Economic Outlook (WEO) yang
diterbitkan tanggal 17 July lalu terdapat beberapa hal penting yang
dapat dijadikan patokan dalam memprediksi perekonomian Indonesia dan
kinerja Bursa Efek Indonesia di paruh semester kedua 2008.

Pertama, adanya penurunan tingkat pertumbuhan global dari 5% di 2007
menjadi 4.1% di 2008 dan akan terus menurun menjadi 3.9% di 2009.
Pertumbuhan di China diperkirakan akan turun dari 12% di 2007 menjadi
sekitar 10% di 2008-09. Sedangkan pertumbuhan di emerging market turun
sebesar 1% dari 8% menjadi 7%. Pada data yang lebih sempit terlihat
bahwa untuk ASEAN 5, tingkat pertumbuhan di 2007 adalah sebesar 6.3%
yang akan turun menjadi 5.6% di 2008 dan kembali naik ke 5.9% di 2009.

Ini menarik karena dari emerging dan developing countries (EDC) hanya
kawasan ASEAN 5, Sub-Sahara dan China yang diproyeksikan akan membaik
di 2009. Dari ketiga kawasan tersebut, ASEAN 5 memiliki tingkat
kenaikan yang tertinggi. Di ASEAN 5 sendiri, Indonesia dan Thailand
yang paling memiliki kans tertinggi untuk mencapai pertumbuhan ekonomi
tinggi dibanding Singapore, Malaysia dan Philippines.

Kedua, WEO juga menyampaikan bahwa kenaikan harga energy dan commodity
telah menciptakan kenaikan inflasi yang tinggi khususnya di EDC.
Diperkirakan tingkat inflasi di EDC akan mencapai 9.1% di 2008 dan
menurun menjadi 7.4% di 2009.

Dari perkiraan mengenai inflasi ini, saya melihat bahwa potensi
kenaikan suku bunga BI di sisa semester kedua 2008 maksimal hanya 50
point dalam dua tahapan. Namun demikian, seperti yang pernah saya
sampaikan dalam postingan terdahulu, indikasi target suku bunga BI di
akhir tahun hanya akan mencapai 9%. Ini dengan perhitungan bahwa
kenaikan 25 point pertama akan terkait dengan upaya mengontrol
kenaikan inflasi yang tercipta menjelang hari raya Lebaran. Sehingga
bila diperlukan kenaikan kedua, besar kemungkinan akan dilaksanakan
pada awal January 2009 walaupun saya agak ragu apakah pada saat
tersebut masih diperlukan kenaikan lagi.

Beberapa hal yang membuat saya cukup optimis bahwa BI akan menekan
laju kenaikan suku bunganya adalah turunnya harga minyak dan komoditas
dunia. Dari beberapa sumber berita, dikatakan bahwa terdapat indikasi
untuk mempertahankan harga minyak untuk bertahan dalam kisaran USD
130-140 sejalan dengan terjadinya penurunan aktivitas ekonomi global
terutama di negara maju. Faktor positif lain adalah posisi keuangan
pemerintah yang membaik paska kenaikan harga BBM serta stabilnya nilai
tukar Rupiah.

Hal ketiga dari WEO terbaru adalah rekomendasi IMF yang mengatakan
perlunya kebijakan moneter yang lebih ketat serta kebijakan mata uang
yang lebih fleksibel. Ini cuma slogan basa basi yang sebenarnya tidak
memberi nilai tambah terhadap laporan WEO tersebut. Tapi lumayan untuk
mengingatkan para pembuat kebijakan untuk tetap hati hati dalam
membuat kebijakan moneter dalam masa sulit dewasa ini.

http://unpublisheddream.blogspot.com/


Kirim email ke