Bumi akan dongkrak volume buy back saham * Cetak
JAKARTA: Dana cadangan pembelian kembali (buy back) saham PT Bumi Resources Tbk diperkirakan melonjak menjadi Rp6,75 triliun, menyusul rencana perseroan mendongkrak target buy back dari 1% menjadi 3% atau 582,12 juta saham di pasar. Dirut Bumi Ari Saptari Hudaya mengatakan ada rencana meningkatkan jumlah saham yang akan dibeli kembali oleh perseroan. "Ya, sedang diusulkan manajemen. [Target buy back akan kami naikkan] karena ada uang lebih," ujarnya saat dihubungi Bisnis, kemarin. Namun, dia tidak mengetahui di level berapa perusahaan pertambangan batu bara itu menetapkan harga pembelian kembali tertinggi. Dalam prospektus yang dipublikasikan pada 13 Mei, Bumi berencana membeli kembali saham perseroan maksimal 1% atau 194 juta saham dari seluruh jumlah saham yang ditempatkan dan disetor penuh sebanyak 19,4 miliar saham. Pembelian saham akan dilakukan dengan ketentuan harganya tidak lebih dari Rp11.600 per saham. Itu berarti Bumi akan membeli kembali sahamnya dengan harga premium 47% dibandingkan dengan harga penutupan Jumat pekan lalu di level Rp7.900. Harga saham berkode BUMI itu bergerak naik Rp200 atau 2,60% dari hari sebelumnya, sehingga kapitalisasi pasar salah satu perusahaan dari Grup Bakrie ini bernilai Rp153,29 triliun. Meskipun harga saham berkode BUMI ini sudah anjlok dari posisi tertinggi Rp8.450 pada 19 Mei, tingkat keuntungannya dalam setahun lebih dari 350%. Bumi menyatakan dana cadangan untuk pembelian kembali saham yang akan berasal dari saldo laba adalah maksimal Rp2,25 triliun. Dengan 3% saham yang akan dibeli kembali pada harga maksimal Rp11.600, Bumi diperkirakan mencadangkan Rp6,75 triliun. Bumi telah menunjuk PT Danatama Makmur sebagai penasihat keuangan perseroan sekaligus broker pelaksana. Bumi berencana menyimpan saham yang telah dibeli kembali. Selanjutnya, saham yang telah dibeli kembali dapat dijual kembali dengan tingkat harga yang lebih baik atau untuk pembiayaan dalam bentuk utang yang bersifat ekuitas (equity link) seperti obligasi tukar. Terkait dengan buy back, perseroan akan memintakan persetujuan pemegang saham dalam rapat umum pemegang saham luar biasa (RUPSLB) yang digelar pada 12 Juni (Kamis pekan ini). Buy back akan berlangsung selama satu tahun sejak disetujui oleh RUPS. Pembelian kembali saham dilakukan dengan memenuhi Peraturan Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK) No. XI.B.2 dan ketentuan UU No.40 tentang Perseroan Terbatas pasal 37, 38, dan pasal 39. Lonjakan harga Semua saham pertambangan batu bara mencatatkan lonjakan harga setelah tersulut oleh kenaikan harga minyak yang berada di level US$127 per barel. Saham Bumi tercatat sebagai saham yang paling aktif ditransaksikan di Bursa Efek Indonesia pada Jumat. Namun, lonjakan harga terbesar dialami PT Tambang Batu Bara Bukit Asam Tbk yakni sebesar 7,77% atau Rp1.100 menjadi Rp15.250. Saham PT Indo Tambangraya Megah Tbk naik 3,05% atau Rp1.000 ke level Rp33.800. "Saham perusahaan pertambangan batu bara naik karena minyak dan batu bara mempunyai korelasi yang kuat," kata analis PT DBS Vickers Securities Indonesia Yusuf Ade Winoto, seperti dikutip Bloomberg. Analis Merrill Lynch Daisy Suryo menggenjot target harga saham Bumi menjadi Rp10.000. Pertimbangan utama kenaikan target harga ini terjadi menyusul asumsi baru harga batu bara dan fakta Bumi memiliki harga ekspor premium sebesar US$7 per ton berkat efisiensi logistik. "Itu artinya pengiriman batu bara Bumi ke pelanggannya dapat diandalkan," tulis Daisy dalam laporan risetnya pada 6 Juni 2008. Merrill memproyeksikan estimasi laba bersih setelah pajak Bumi pada 2009-2010 20% lebih tinggi karena asumsi harga batu bara yang lebih tinggi. Merrill Lynch yakin Bumi bisa meningkatkan produksi 29% dalam dua tahun ke depan. Volume produksi Bumi 2007 mencapai 55 juta ton. Estimasi produksi tahun ini dan 2009 mencapai 62 juta ton dan 68 juta ton, sedangkan pada 2010 mencapai 80 juta ton. "Kami percaya peningkatan produksi akan didorong oleh beberapa faktor seperti stripping ratio yang lebih tinggi terjadi pada kuartal I/2008, cuaca yang lebih baik, dan peralatan senilai US$200 juta tiba di pertambangan pada semester II." Kombinasi faktor di atas dan dimulainya sebagian ban berjalan dengan kapasitas dobel tahun depan dan 2010 tidak hanya mendongkrak efisiensi Bumi, sehingga mengangkat produksi, tetapi juga menghemat biaya diesel 30% dan memangkas biaya kas US$3 per ton menjadi US$27 per ton pada 2011. ([EMAIL PROTECTED]/[EMAIL PROTECTED]) efeknya gimana ya sama saham BUMI??