Saya tidak begitu ngerti maksud email Anda di bawah ini pak AA. Anda menyebutkan bahwa ketika USD jatuh terhadap mata uang lain, IDR gak ikut yang lain menguat terhadap USD.
Di awal2 paragraf Anda seolah mengatakan, transaksi yang dilakukan Indonesia dominan dalam USD. Sementara di tengah2, Anda mengatakan ada peningkatan 1-2 tahun terakhir ini transaksi menggunakan other currency Jadi menurut Anda, yang mana yang menyebebakan IDR tidak ikut menguat ketika USD melemah? Mencari penyebab tingkah nyeleneh IDR ini penting. Karena tempo hari di milis ini ada yang bilang IDR dijaga oleh pemerintah agar nilainya tidak terlalu menguat terhadap USD. Jadi sebenarnya kalau USD melemah terhadap mata uang lain, maka IDR ikut melemah. Bego banget sih menurut saya (yang awam ini). Karena begitu USD menguat terhadap mata uang lain, emang IDR itu saktinya di mana bisa menguat terhadap mata uang kuat kayak Euro dan Yen. Akhirnya saat USD sudah ,menguat lagi, IDR anteng deh di bawah tetap lemah terhadap yang lain. Kecian deh. Ok lah, alasannya mungkin untuk menarik fund flow dan agar daya kompetisi barang expor. Tapi khan ada tradeoff, yang mungkin harus dibayar lebih mahal. Impor tentu terasa berat. Daya beli juga menurun... d'oh... 2008/4/12 Armando Anthony <[EMAIL PROTECTED]>: > > Ya bener mmg a lot weaker, tapi transaksi Indonesia dalam Euro sangat kecil > dibandingkan dengan transaksi dalam US$. Export-import Indonesia majority > dilakukan dalam US$. Hutang LN jg majority dalam US$, baik itu GOI debt > atau corporate debt. Baru 1-2 tahun belakangan ini aja GOI encouraging > transaksi dalam mata uang selain dollar. Makanya waktu US$ jatuh against > most foreign currency because of its econonomic turmoil, rupiah gak terus > tiba2 menguat, spt euro/yen